Di tengah perkembangan pola konsumsi yang mudah saat ini, literasi keuangan tentunya menjadi hal yang serius dan penting untuk diterapkan pada setiap kalangan. Seseorang yang paham betul dengan literasi keuangan ketika melakukan kegiatan konsumsi akan sangat memikirkan skala prioritas dan rencana jangka panjang serta berbagai kemungkinan dan risiko ke depannya yang tidak diketahui.
Literasi keuangan tidak hanya berkaitan dengan produk-produk perbankan. Namun juga berkaitan dengan bagaimana menggunakan pemahaman yang dimiliki dalam menentukan keputusan terkait keuangan atau finansial.
Di era milenial saat ini para remaja sudah menjadi generasi yang melek teknologi dan informasi, tentunya bagi mereka sudah tidak asing lagi dengan kata literasi. Literasi merupakan kemampuan dalam mengolah informasi dan pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipata kecakapan hidup.
Menjadi pribadi yang cakap, pandai dan kritis dalam mengerjakan dan menyikapi berbagai hal tentunya merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki remaja saat ini. Para remaja berada pada masa dimana dirinya beralih dari ketergantungannya kepada orang tua menuju kemandirian, termasuk di dalamnya adalah kemandirian finansial.
Dari sinilah literasi keuangan sangat dibutuhkan untuk dipahami dan diterapkan dalam mengelola keuangan dengan baik.
Tingkat literasi keuangan akan berdampak pada perekonomian individu bahkan perekonomian negara. Remaja yang memiliki kemampuan literasi yang rendah akan berdampak pada cara mengelola keuangan ketika dewasa. Misalnya saldo tabungan minus, tidak memiliki dana cadangan atau tabungan untuk kondisi darurat, pembayaran kredit yang terlambat, tidak memiliki asuransi kesehatan, mudah terjebak penipuan finansial dan lain sebagainya. Ketidakmampuan masyarakat dalam mengelola dan membuat keputusan finansial dapat berdampak negatif pada perekonomian negara. Krisis keuangan yang terjadi di suatu negara dapat disimpulkan bahwa kompetensi keuangan warga negaranya rendah.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ke-3 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan indeks literasi keuangan 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan 76,19 persen. Dari sini dapat disimpulkan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah dan sangat perlu untuk ditingkatkan.
Salah satu bukti dari rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia adalah banyaknya masyarakat yang menjadi korban investasi bodong ataupun penipuan binary option yang sempat ramai beberapa bulan lalu.
Di Indonesia sosialisasi tentang pendidikan literasi keuangan juga mulai gencar dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait. Di antaranya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan pendidikan literasi keuangan yang diberikan sejak dini akan sangat membantu seseorang kelak ketika dewasa dalam mengelola dan membuat keputusan finansial mereka.
Remaja yang memiliki kemampuan literasi keuangan yang baik nantinya ketika dewasa akan lebih tangguh dan bijak dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang terjadi. Misalnya terjadinya inflasi, ketidakstabilan kegiatan ekonomi, ketidakstabilan harga, dan lain sebagainya.
Tidak hanya itu, remaja yang melek literasi keuangan juga tidak terlalu rentan terhadap penipuan finansial. Apalagi di masa sekarang penipuan finansial sering kali terjadi dan memakan banyak korban.
Dari sinilah pendidikan literasi keuangan harus ditanamkan pada remaja. Bahkan sejak dini literasi keuangan bisa diajarkan secara sederhana, sehingga kelak mereka akan memperoleh pembelajaran yang kumulatif.
Literasi keuangan penting untuk menyadarkan seseorang dalam mempersiapkan kemandirian finansial. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan dalam mengatur keuangan.
Pertama, Jaga pola makan. Salah satu tips agar uang jajan tidak cepat habis adalah dengan menjaga pola makan. Biasakan membawa bekal makan siang ke sekolah atau bekal untuk jam istirahat. Dengan membawa bekal dari rumah kamu dapat mengurangi jajan di luar rumah. Dengan cara menjaga pola makanmu, kamu dapat menghemat uang jajanmu.
Kedua, Pahami ruang yang perlu diisi. Berkembangnya dunia digital membuat remaja lebih rentan terhadap perilaku konsumtif. Kemudahan membeli barang saat ini berada di ujung jari, mengeluarkan uang menjadi hal yang mudah dan tidak terasa.
Dengan kondisi ini, remaja harus mulai belajar membedakan keinginan dan kebutuhan. Harus memikirkan slot mana yang harus diisi ketika mendapatkan uang. Tidak hanya memenuhi keinginan, tetapi juga harus belajar memenuhi kebutuhan masa depan.
Ketiga, Disiplin menabung. Menabung menjadi menjadi salah satu bentuk investasi sederhana yang bisa dilakukan remaja. Menabung tidak hanya dilakukan ketika memiliki uang sisa jajan. Namun belajar mengalokasikan uang untuk tabungan sangat diperlukan. Alokasikan berapa persen uang yang didapat untuk tabungan dan dalam hal ini diperlukan sikap disiplin menabung bagi setiap orang.
Keempat, Pergaulan yang sehat. Masa remaja adalah masa bergaul, memperbanyak teman dan belajar bersosialisasi. Di satu sisi, remaja sangat mudah terpengaruh lingkungan. Selektif dalam berteman menjadi hal yang sangat penting bagi remaja. Ada nasihat baik “Bertemanlah dengan penjual minyak wangi maka kau akan tertular bau wangi.’’
Kelima, Jangan mudah terpengaruh selebgram. Pada masa kini banyak remaja yang menjadikan remaja sebagai idola, panutan dalam bertingkah laku. Namun sayangnya tidak semua selebgram dalam pembuatan konten berisi hal yang positif.
Banyak juga dari mereka yang kontennya mengarah pada gaya hidup hedonis, berfoya-foya, konsumtif dan tidak berfaedah. Mengidolakan selebgram dan menjadikan panutan tentu saja boleh namun harus pintar dalam memilih role model agar tidak salah dalam menjalani dan mencapai tujuan hidup.
Itulah beberapa tips yang bisa diterapkan dalam mengatur keuangan. Kunci keberhasilan literasi keuangan remaja tidak hanya ada pada mereka. Namun juga diperlukan dorongan, bimbingan dan teladan dari orang tua, keluarga, guru dan orang terdekat yang selalu memberikan pemahaman bagi mereka.
Dorongan, bimbingan dan teladan yang diberikan sesuai dengan perannya sangat dibutuhkan agar pendidikan keuangan benar-benar terinternalisasi pada pola pikir serta dapat termanifestasi pada perilaku sehari-hari. Sehingga keberhasilan literasi keuangan akan memberikan masa depan finansial yang cerah bagi mereka ketika dewasa.(*)