MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang mencatat tingkat literasi keuangan di Kota Malang masih berada di angka 60 persen. Padahal, angka inklusi keuangan sudah mencapai 80 persen.
Artinya, masih ada sekitar 30 persen penduduk Kota Malang yang memiliki pengetahuan atau kesadaran rendah terhadap aktivitas keuangan, khususnya aktivitas keuangan yang tidak sehat atau ilegal.
“Meskipun sebanyak 80 persen penduduk di Kota Malang sudah punya akses baik terhadap layanan keuangan, tetapi literasi bahayanya masih kurang maksimal,” ungkap Kepala OJK Malang, Farid Falethan, Selasa (13/5) kemarin.
Ia menjelaskan, rendahnya literasi keuangan membuat masyarakat lebih mudah terjerat penipuan atau scam, serta aktivitas keuangan ilegal lainnya yang merugikan, baik secara online maupun offline. Hal ini, menurutnya, harus diwaspadai bersama.
Dari catatan OJK secara nasional, lanjut Farid, sepanjang tahun 2024 sebanyak 1.332 entitas keuangan ilegal telah ditutup. Dari jumlah tersebut, 1.123 di antaranya merupakan aktivitas pinjaman online (pinjol), dan 209 lainnya berupa investasi ilegal.
”Angka inklusi keuangan yang besar itu bagus, tapi harus diimbangi dengan literasinya. Salah satu tolok ukur negara maju bisa dilihat dari literasi keuangan. Jadi semakin maju negara, pemahaman masyarakat terhadap produk dan risiko keuangan makin tinggi dan menyeluruh,” tegas mantan kepala OJK Bangka Belitung itu.
Sebagai upaya peningkatan, OJK Malang berkomitmen untuk lebih gencar menyebarluaskan edukasi literasi keuangan melalui berbagai program. Sasaran utamanya mencakup empat komponen penting, yakni kelompok ibu-ibu dan anak-anak muda, serta petani, peternak, dan masyarakat di kawasan pedesaan.
Selain itu, literasi keuangan juga akan difokuskan pada pekerja migran, kelompok usia 15–17 tahun, hingga lansia berusia 59 tahun ke atas. Mereka akan diberikan pemahaman yang lebih luas terkait keuangan digital agar terhindar dari berbagai modus penipuan. “Banyak oknum tidak bertanggung jawab yang menawarkan investasi dengan profit yang menggiurkan pada korban yang literasi keuangannya lemah,” pungkas Farid. (ica/aim)