MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Pemahaman tentang mata uang rupiah, transaksi keuangan digital, hingga kontribusi sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional menjadi isu penting yang perlu dipahami masyarakat. Apalagi, di tengah maraknya aktivitas keuangan ilegal.
Isu strategis ini menjadi fokus utama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang saat menggelar Training of Trainers (ToT) Cinta Bangga Paham Rupiah, Rabu (23/7) kemarin, yang diikuti ratusan kepala sekolah se-Kota Batu di Hotel Senyum Kota Batu. Kepala KPw BI Malang, Febrina, menjelaskan bahwa program ToT telah dilaksanakan sepanjang tahun ini di wilayah kerja BI Malang, termasuk Kota Batu. Dalam kegiatan ini, BI menekankan bahwa pemahaman terhadap mata uang rupiah harus lebih dari sekadar alat transaksi.
“Uang tidak hanya untuk belanja saja. Warga harus paham sistem-sistem keuangan lainnya seperti menabung atau saving. Lalu bagaimana cara mengatur uang dan bagaimana juga sistem keuangan dan transaksi bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi hingga inflasi,” papar Febrina.
Tak hanya itu, peserta juga diberikan materi seputar sistem keuangan digital, mulai dari pemanfaatan QRIS, BI-FAST, dan teknologi finansial lainnya. Selain untuk memudahkan transaksi, pemahaman ini penting agar masyarakat bisa menghindari risiko-risiko saat bertransaksi secara digital dan memanfaatkan layanan keuangan untuk membangun usaha.
Febrina menyebut alasan pentingnya menyasar tenaga pendidik sebagai peserta sosialisasi literasi keuangan. Menurutnya, kepala sekolah memegang peran strategis dalam penyebaran informasi ke lingkungan pendidikan.
“Tidak hanya mereka ini juga guru-guru, tetapi mereka punya tanggung jawab mengelola sekolah. Termasuk di dalamnya adalah kondisi keuangan. Maka sangat penting untuk mereka bisa memahami lebih dalam apa saja program BI dalam menjaga stabilitas ekonomi. Harapannya bisa diteruskan ilmu ini kepada siswa-siswi di sekolah,” tegasnya.
Program ini mendapat sambutan positif dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu, M. Chori. Ia mendorong sebanyak 120 kepala sekolah yang hadir agar menyebarluaskan pemahaman Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah kepada para guru dan siswa.
Menurut Chori, pemahaman semacam ini bisa membantu menekan peredaran uang palsu yang masih terjadi di masyarakat. Di sisi lain, nilai-nilai simbolis dan sosial pada mata uang rupiah juga masih belum dipahami sepenuhnya oleh generasi muda. “Kami sangat senang dengan adanya ToT ini. Para kepsek dan guru-guru bisa meneruskan banyak ilmu soal bangga, cinta dan paham rupiah. Dulu juga pernah ada seperti ini, materinya soal pinjol (pinjaman online), itu juga sangat baik. Agar masyarakat, terutama anak-anak siswa-siswi kami ini tidak terlibat aktivitas keuangan tidak sehat. Dan bagaimana ke depan bisa menggunakan teknologi untuk mempermudah transaksi,” tegasnya. (ica/aim)