MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Malang (UM) bertekad untuk meningkatkan kapabilitas kelompok riset serta skema penelitian maupun pengabdian. Hal itu disampaikan Ketua LPPM UM, Prof. Dr. Markus Diantoro, M.Si, kepada Malang Posco Media, Rabu (9/11) kemarin. UM akan terus meningkatkan performanya melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang diantaranya dibawah tugas LPPM.

Prof Markus yang baru saja kembali dilantik sebagai Ketua LPPM UM hingga 2027 ini menyampaikan, bahwa di periode selanjutnya program prioritas tidak hanya dalam satu tahun kedepan. Tetapi dalam jangka waktu yang panjang.
“Prioritas utama kami meningkatkan kapabilitas kelompok riset, KBK (Kelompok Bidang Keahlian) dan skema penelitian maupun pengabdian kolaboratif,” katanya. Lulusan Fisika ITB ini menegaskan, pengabdian juga akan semakin diperkuat. Bahkan areanya bisa sampai skala internasional. Tidak hanya kuantitas tetapi juga kualitasnya.
Termasuk juga dengan penelitian. Tidak cukup di area nasional. Penelitian bisa dibangun dengan konsep joint research. Atau riset kolaboratif. Dosen UM bisa bersama-sama melakukan penelitian dengan dosen dari kampus luar negeri. “Selain kualitas, kuantitas, dan area cakupan ditargetkan meningkat. Akses peneliti maupun pelaksana pengabdian juga terus diperluas,” paparnya.
Untuk mencapai kualitas tersebut, lanjut Prof Markus, harus ada langkah konkret. Harus ada upaya strategis. Misalnya UM menjalin komitmen dalam bentuk MoU atau program kerjasama (PKS) dengan kampus lain. “MoU itu isinya menyatakan kesepakatan bersama dalam pendanaan, pelaksanaan dan luaran. Skema ini dinamakan Penelitian Kolaborasi,” terangnya.
Program kolaborasi UM yang sudah berjalan antara lain Indonesia Malaysia Research Consortium (IMRC). Atau disebut Riset Kolaborasi Indonesia. Ada juga program RKI PTNBH. Menurut Profesor Bidang Fisika Material ini, skema kolaborasi perlu ditingkatkan. Dari kolaborasi itu akan meningkatkan kerjasama antar peneliti, institusi, dan juga luaran yang lebih banyak jumlahnya dibanding skema lainnya.
“Selain itu, perlu diteruskan upaya peningkatan kelompok penelitian, KBK agar tujuan bersama dan luaran lebih berdampak,” kata dia. Selain itu, kata Markus, peningkatan kompetensi individu juga terus diupayakan melalui beberapa workshop penelitian, pengabdian, kemampuan analisis, penyusunan proposal, dan penulisan artikel ilmiah.
Berbagai upaya itu, sudah dirancang pada tahun sebelumnya. Namun karena target dan orientasi berubah, maka targetnya pun perlu penyesuaian. Salah satu target kinerja baru adalah masuknya UM sebagai PTNBH yang ditargetkan untuk bisa masuk ranking QS WUR 1000. “Maka banyak skema perlu ditata,” imbuhnya.
Sebagai kewajiban PTNBH, UM bukan sekedar diminta luaran berupa karya ilmiah internasional bereputasi, namun juga luaran berupa produk inovasi. Atau setidaknya prototipe industri. Produk yang siap dipasarkan, dimanfaatkan oleh mitra UM.
Satu poin yang tetap harus ditingkatkan di masa yang akan datang, yakni publikasi pada jurnal ilmiah bereputasi. “Banyak naskah yang jumlahnya ratusan belum terbit, karena ada perubahan kriteria. Meskipun ini terjadi bukan hanya di kampus kita, yang bisa dilihat di laman SINTA,” ujar Guru Besar FMIPA UM ini.
Untuk menunjang target itu, Prof Markus memaparkan upaya yang perlu dilakukan. Yakni menjalin kerjasama dengan mitra penyelenggara konferensi, memberikan pelatihan penulisan karya ilmiah, dan mengatur jadwal penelitian dan pengabdian lebih awal. “Sehingga waktu untuk pelaksanaan maupun pencapaian luaran lebih banyak,” pungkasnya. (imm/bua)