MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Sempat dinyatakan tidak lolos ke final, tim siswa MA Muhammadiyah 1 Plus Kota Malang atau sering dikenal dengan MAMUMTAZA Malang, membuktikan diri sebagai tim terbaik dalam Kompetisi Biologi Tingkat Nasional, Minggu (19/11) lalu. Dalam kompetisi yang diselenggarakan Biosfer HIMA Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surabaya ini tim MAMUMTAZA, sukses menjadi Juara 1.
Sebuah prestasi yang begitu membanggakan. Apalagi tiga siswa ini semua masih kelas 10. Mereka berjuang untuk menjadi yang terbaik dari tim lain yang rata-rata siswa kelas 11 dan 12. Tiga siswa hebat MA Muhammadiyah 1 Malang ini, yaitu Wafi Qotul Hikmah, Syafira Ramadhani dan Nadine Salsa Aviani.
Selaku Ketua Tim, Wafi Qotul Hikmah menyampaikan, ada banyak kendala yang begitu dramatis selama kompetisi berlangsung. Di sesi pertama penyisihan, timnya sempat terkendala pensil. “Kami tidak kepikiran untuk membawa pensil, padahal dijelaskan di juknis. Akhirnya dipinjamkan oleh panitia,” katanya.
Di babak penyisihan ini, mereka harus menyelesaikan 100 soal multiple choice selama 120 menit. Soal-soal itu pun dibagi tiga. Tanpa dipilah dan dipilih. “Kami percaya satu sama lain, bahwa kami bisa menjawab soal. Maka kami bagi supaya selesai tepat waktu,” ujar Fika, sapaan akrabnya.
Ada 32 tim yang ikut kompetisi ini. Hanya delapan tim yang masuk semifinal. Kepercayaan diri tim Mamumtaza sempat kendor, setelah tahu bahwa rival mereka kebanyakan siswa kelas 11 dan 12. “Tentu sempat minder dengan kemampuan kami. Tapi ternyata kami lolos ke semifinal,” ucapnya.
Di sesi semifinal tantangannya berbeda. Peserta uji praktikum selama 30 menit. Mereka diminta untuk observasi dan menganalisis sebuah percobaan sel dan jaringan.
Sempat terkendala 20 menit karena preparat yang mereka gunakan terbalik. Otomatis sisa waktu 10 menit itu yang mereka maksimalkan. Beruntung dalam waktu yang singkat itu, sel yang mereka harapkan terlihat.
“Kami sempat panik, tapi kami berusaha menenangkan diri dengan tidak gelisah. Tetap tenang dan yakin bisa. Alhamdulillah berhasil,” terang Fika.
Namun keberhasilan itu tidak membuat timnya yakin lolos ke final. Tentu karena kendala tadi. Dan sekali lagi, tidak begitu yakin karena lawan yang beda tingkat.
Keraguan mereka terjawab. Saat pengumuman hasil semifinal. Tim MAMUMTAZA tidak tercantum. Artinya, perjuangan mereka terhenti. Angkat koper, pulang.
Mereka menerima dengan lapang dada. Itu karena merasa beda kelas tadi. Pulang ke Malang pun sudah siap. Taksi online sudah dipesan.
Tapi ternyata, tiba-tiba ada informasi dari panitia. Tim Mamumtaza masuk final. Ada salah penilaian. Kesempatan berlomba kembali didapat. Harapan menjadi juara terbuka. “Meskipun bukan juara 1,” kata Syarifa, menambahkan.
Di Final, mereka dicecar dengan pertanyaan juri. Via lisan. Langsung saat itu harus dijawab. Namun sebelumnya masing-masing tim finalis mendapat video untuk dipelajari. Waktu belajarnya tidak lama. Hanya 10 menit.
Pertanyaan tim penilai berdasarkan video tersebut. Jawaban harus cepat dan tepat. Tapi bukan cerdas cermat. Setiap tim tampil bergantian dengan tema yang berbeda.
Tim Mamumtaza mendapat video bertema isu lingkungan. Menyikapi sampah yang terus bertambah. Mencemari lingkungan dan menebar penyakit. Bagaimana solusinya?? Itu salah satu pertanyaan juri.
Sulit. Karena juri meminta solusi yang tidak biasa. Alias solusi yang tidak seperti dilakukan selama ini. “Salah satu solusi yang kami berikan adalah bioteknologi yang bernama bioremediasi, yang memanfaatkan salah satu mikroorganisme yaitu bakteri Azotobacter,” terang Nadine Salsa Aviani.
Tanpa disangka, perjuangan mereka di final membuahkan hasil yang mengejutkan. Tim Mamumtaza keluar sebagai tim terbaik, Juara 1.
“Alhamdulillah, kami senang mempersembahkan gelar juara ini untuk madrasah kami. Meskipun sebenarnya, kami tidak menyangka. Tapi kami bangga. Terima kasih untuk guru dan teman-teman kami yang selalu mendukung,” tuturnya.
Kepala MA Muhammadiyah 1 Malang, Syaiful Arif, S.Ag merasa bangga akan prestasi anak didiknya. Meskipun masih kelas 10 mampu bersaing dengan siswa lembaga lain yang tingkat kelasnya lebih tinggi. “Ini sebuah hasil yang begitu membanggakan, kami kagum, mereka anak-anak hebat,” katanya kepada Malang Posco Media.
Arif menyampaikan prestasi ini membuktikan bahwa siswa MAMUMTAZA memiliki potensi yang luar biasa. Baik akademik maupun non akademik. Karena itu madrasah memberikan wadah.
“Kami punya program kelas olimpiade. Buat anak-anak yang punya kemampuan di bidang akademik. Mereka itulah yang akan jadi duta madrasah kami untuk berkompetisi di luar,” terangnya. (sir/imm)