MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Mahasiswa inbound Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) mendapat materi budaya. Ini salah satu materi program modul nusantara untuk program mahasiswa inbound. Maka pada pekan lalu, mereka dikenalkan pada Topeng Malangan.
Ini merupakan upaya ITN Malang untuk menjaga dan melestarikan Topeng Malangan. Sekaligus guna meningkatkan kreatifitas mahasiswa agar terinspirasi oleh upaya dalam menjaga eksistensi kebudayaan daerah dari pengrajin Topeng Malangan.
Sebanyak 28 mahasiswa antusias melukis Topeng Malangan. Bertempat di Pendopo Desa Kemantren, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Mereka terbagi dalam empat kelompok. Masing-masing kelompok melukis karakter Topeng Malangan yang berbeda-beda, seperti Panji Asmoro Bangun, Dewi Sekartaji, Dewi Ragil Kuning, dan Klana Sewandana.
Salah satu mahasiswa PMM, Febri Siswanto, melukis Topeng Malangan karakter Panji Asmoro Bangun. Tokoh protagonis ini diceritakan sebagai seorang pangeran yang gagah berani. Panji Asmoro Bangun wajahnya dihiasi warna hijau sebagai cerminan karakter yang baik hati.
“Menurut Pak Sugeng (pemilik Galeri Topeng Lyhonkart) arti kata panji adalah gelar. Maka topeng ini saya namakan Panji Siswanto sesuai nama saya,” ucap mahasiswa Universitas Bengkulu ini sambil asik memainkan kuas di atas wajah topeng.
Febri mengatakan, ia sangat terkesan mengikuti kegiatan mengenal Topeng Malangan yang merupakan seni tradisional yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. Menurutnya Topeng Malangan menjadi salah satu warisan budaya dari Jawa Timur, Indonesia.
“Saya tertarik dalam mewarnai topeng ini, karena saya sendiri suka melukis dan mewarna. Mewarnai Topeng Malangan menjadi hal yang menarik karena ternyata tiap warnanya memiliki makna bagi karakter topeng,” lanjut mahasiswa angkatan 2021, Prodi Teknik Elektro, Universitas Bengkulu ini.
Salah satu pengrajin Topeng Malangan adalah Sugeng pemilik Galeri Lyhonkart, Kemantren, Jabung. Ia mengenalkan sejarah Topeng Malangan kepada mahasiswa inbound PMM 3 ITN Malang. Ia juga mengajari mahasiswa melukis karakter topeng. Mengingat waktunya terbatas, maka mahasiswa melukis topeng mini yang biasa digunakan sebagai gantungan kunci.
Menurut Sugeng, dalam membuat topeng untuk pertunjukan membutuhkan waktu tiga hari. Mulai dari mengukir kayu hingga melukis. Di Lyhonkart dalam membuat topeng menggunakan kayu pule dan prosesnya masih manual.
“Topeng dipakai untuk menari, dan memerankan tokoh sehingga harus hidup. Kalau memakai cetakan atau mesin, maka rasa dari topeng tersebut tidak ada. Nah, inilah yang membuat proses pembuatan topeng cukup lama,” jelasnya. (imm)