MALANG POSCO MEDIA — Melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Negeri Malang (UM) terus berkomitmen dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Termasuk sukses Mahasiswa PPG (Pendidikan Profesi Guru) Fakultas Pascasarjana UM yang melaksanakan pengabdian berjudul “Peningkatan Kreativitas dan Literasi Lingkungan Melalui Pelatihan Pembuatan Eco-Enzyme dari Aneka Kulit Buah di SMP Laboratorium UM”.
Tim Pengabdian Kepada Masyarakat ini diketuai oleh Dr. Yudhi Utomo, M.Si., dosen Kimia FMIPA UM dengan beranggotakan 11 mahasiswa PPG calon guru dari bidang studi IPA. Kegiatan ini merupakan bagian dari program edukasi berbasis lingkungan yang memberikan pengetahuan tentang cara mengurangi volume sampah organic, khususnya limbah kulit buah.

Selain itu, pengabdian di SMP Laboratorium UM tersebut, sekaligus untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini dan mengembangkan kreativitas para siswa dalam menciptakan produk ramah lingkungan yang bernilai guna.
“Kegiatan dilaksanakan menjadi dua pertemuan. Pada pertemuan pertama, siswa mempelajari konsep dasar pengelolaan sampah organik, manfaat eco-enzyme, serta mempraktikkan pembuatannya menggunakan kulit buah yang difermentasi dengan molase dalam botol bekas,” ungkap Zahrotun Nafi’ah, mahasiswa PPG anggota Tim Pengabdian Kepada Masyarakat UM.

Dijelaskannya, selama jeda menuju pertemuan kedua, siswa rutin mengeluarkan gas hasil fermentasi setiap dua hari sekali. Pertemuan kedua difokuskan pada pembuatan produk turunan eco-enzyme seperti sabun cair, pupuk cair, hand sanitizer alami dan pembersih lantai. Masing-masing kelompok dibimbing oleh tim pengabdian untuk memastikan kualitas produk.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini juga untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya untuk pencapaian SDG 12. Yaitu Responsible Consumption and Production, yang menekankan pentingnya pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

“Melalui kegiatan ini, limbah organik seperti kulit buah yang biasanya dibuang diolah kembali menjadi eco-enzyme dan produk turunannya. Proses ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA, tetapi juga memberikan nilai tambah dengan menghasilkan produk ramah lingkungan yang dapat digunakan kembali dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Zahrotun Nafi’ah.
Melalui program ini diharapkannya dapat mendorong masyarakat, khususnya siswa, untuk menerapkan prinsip reduce, reuse, dan recycle secara nyata. Respon positif pun datang dari siswa maupun guru pendamping setelah mengikuti rangkaian pelatihan.

“Banyak peserta yang mengaku baru mengetahui bahwa limbah kulit buah bisa diolah menjadi produk bermanfaat. Beberapa siswa bahkan berencana mempraktikkan pembuatan eco-enzyme di rumah bersama keluarga,” terang Zahrotun Nafi’ah mewakili timnya.
Tim pengabdian melanjutkan kegiatan dalam pameran hasil karya yang menunjukkan hasil pelatihan yang sudah dilakukan oleh siswa serta pendampingan lanjutan untuk mengembangkan variasi produk eco-enzyme. “Kolaborasi ini kami harapkan menjadi contoh nyata sinergi antara perguruan tinggi dan sekolah dalam membangun kesadaran lingkungan yang berkelanjutan,” pungkasnya. (adv/bua)