spot_img
Tuesday, February 4, 2025
spot_img

Majelis Dzikir Bina Qolbu Sabilillah, Jaga Akhlak Mulia, Adaptif Pada Kemajuan Zaman

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Berikan anak kesempatan untuk maju. Untuk mengenal dan menguasai teknologi. Maka jangan berpikir negatif saat anak menggunakan gadget. Ada masanya mereka belajar dan beradaptasi dengan zaman.

Itu yang dikatakan Dra. Hj. Durrotun Nafisha saat mengisi materi Majelis Dzikir Bina Qolbu Sabilillah, beberapa waktu lalu. Menurutnya, anak menggunakan gadget tidak salah. Karena mereka harus mengikuti perkembangan zaman. Dan perubahan itu sebuah keniscayaan. Seperti perubahan zaman batu ke zaman kertas. Sampai ke zaman teknologi berupa LCD.

-Advertisement-

Termasuk perkembangan ilmu pengetahuan. Dari zaman belum adanya huruf sampai kini berbentuk tulisan dengan berbagai model literasinya.

Maka teknologi bukan sebuah musibah. Bukan kendala orang untuk menjadi baik. Namun menjadi sarana untuk berpikir semakin maju.

“Maka anak memakai HP tidak perlu berpikir negatif. Karena itu menjadi media informasi untuk mereka berpikir maju dan beradaptasi dengan zaman,” katanya, dalam kegiatan yang digelar di Di Aula Pemimpin Peradaban Dunia, Kampus 2 LPI Sabilillah tersebut.

Akan tetapi, Pengasuh Pesantren El Jasmeen Singosari itu memberikan catatan penting. Orang tua, menjadi kunci utama anak untuk tetap dalam koridor agama. Tetap dalam ketaatan dan karakter yang bagus. “Yang penting, kalau orang tuanya saleh salehah insyaAllah anak juga taat pada agamanya,” ujar Bu Nyai Nafisha, sapaan akrabnya.

Menurutnya, gaya belajar anak Generasi Z sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka butuh belajar dengan konsep audio visual. Belajar berbasis teknologi.

Karena itu, guru pun harus bisa menyelesaikan. Sudah tidak relevan mengajar dengan cara-cara yang konvensional. Guru harus adaptif, kreatif dan inovatif.

“Gen Z itu suka bersahabat. Lebih terbuka. Kritis, bukan membantah.  Mereka percaya diri. Maka guru harus bisa mengarahkan. Supaya siswa tetap dengan akhlakul karimah,” terangnya.

Penggunaan gadget oleh anak ada sisi positif dan negatifnya. Maka orang tua juga perlu bersikap bijak. Harus ada kontrol yang sistematis. Tidak memberikan keleluasaan sepenuhnya.

Untuk mengalihkan perhatian anak dari handphone maka perlu adanya pengganti. Orang tua tetap kooperatif dengan mengarahkan pada aktivitas lain. Seperti olahraga, permainan dan sebagainya.

Nyai Nafisha menegaskan bahwa orang tua tidak boleh meremehkan keberadaan anak sebagai amanah dari Allah SWT. Sebab kemuliaan anak akan menjadi penghalang orang tua dari api neraka. “Maka muliakanlah anak-anak dengan memberikan hak-hak mereka,” ucapnya.

Dia memaparkan, ada lima hak anak yang wajib diberikan orang tua. Pertama, memberikan hadiah berupa akhlak mulia. Itu tugas utama orang tua. Guru di sekolah hanya membantu karena keterbatasan ilmu dan kesempatan orang tua.

“Tidak ada hadiah yang lebih utama pada anak dari akhlak yang baik. Maka jadilah teladan yang baik untuk anak-anak kita,” terangnya.

Hak-hak lain untuk anak adalah memberi nama yang baik, mengajarkan kitab ketika sudah baligh, memberikan makanan halal dan menikahkan ketika sudah masanya.

“Ajarkan anak dengan tauhid, kenalkan mereka pada Allah. Supaya mereka punya sandaran yang kuat. Terutama saat mereka sudah tidak bersama orang tua,” tuturnya.

Majelis Dzikir Bina Qolbu, merupakan agenda rutin Sekolah Islam Sabilillah Malang (SISMA) bersama Majelis Orang Tua Siswa (MOS). Kegiatan ini digelar setiap bulan dengan menghadirkan motivator andal sebagai pemateri. (imm)

-Advertisement-

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img