Doa Rasulullah SAW diijabah. Kota Thaif menjadi kota yang makmur. Kota subur di tengah jazirah Arab yang gersang. Bisa dibilang, Thaif adalah Kota Batunya Arab Saudi. Hijau asri. Aneka buah-buahan dihasilkan di kota ini. Berikut cerita wartawan Malang Posco Media (MPM) Imam Wahyudi yang belum lama ini berkunjung ke Thaif.
=======
Mendengar kata Thaif, saya membayangkan dua sisi yang berbeda.
Pertama sebagai kota bersejarah di awal penyebaran syiar Agama Islam.
Perjuangan berat dialami Rasulullah di kota ini. Hingga caci maki dan kekerasan fisik dialami. Namun tidak satu kabilah pun yang menerima dakwah Nabi saat itu.
Kedua, Kota Thaif sebagai kota yang subur dan hijau. Penduduknya makmur. Dan dari kota ini, lahir ulama-ulama besar yang melanjutkan perjuangan risalah Nabi Muhammad SAW. Tentu, ini berkat doa Rasulullah.
Ulama-ulama besar di Thaif, di antaranya berkat didikan dari Sahabat Nabi, Abdullah bin Abbas. Dikenal juga dengan nama Ibnu Abbas. Salah satu ‘profesor’ muslim yang lahir di zaman Nabi.
Makam Ibnu Abbas ada di Kota Thaif. Makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah. Termasuk jamaah haji dan umrah yang berkunjung ke Thaif. Terletak di sisi Masjid Abdullah Bin Abbas. Di komplek yang sama juga ada Perpustakaan Abdullah Bin Abbas.
Di sekitar Makam dan Masjid Ibnu Abbas ini, ramai sekali pedagang kaki lima. Mereka menyambut kedatangan para peziarah dengan barang dagangannya. Ada aksesoris, pakaian, makanan dan lain-lain.
Yang cukup menjadi perhatian, buah-buahan. Banyak sekali pedagang yang menjual buah di sini. Selain kurma, ada juga anggur, delima, stroberi, melon dan lain-lain. Harganya murah. Dibanding buah yang dijual di Makkah.
Tidak heran, karena Thaif kota yang subur. Dibandingkan kota-kota lain di Arab Saudi. Buah-buahan itu hasil pertanian lokal penduduk setempat.
Saya sempat membeli satu kotak buah melon. Harganya hanya lima riyal. Atau sekitar Rp 20 ribu. Cukup puas dinikmati empat orang. Rasanya juga sangat manis. Melon warna jingga, asli Thaif.
Kembali ke Ibnu Abbas. Ia merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad, sekaligus saudara sepupu beliau. Nama Ibnu Abbas digunakan untuk membedakannya dari Abdullah yang lain.
Karena ada lima sahabat Nabi dengan nama yang sama “Abdullah”. Dan semuanya terkenal dalam sejarah Islam. Yakni, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Amru bin Ash, dan Abdullah bin Mas’ud.
Ibnu Abbas merupakan salah seorang sahabat yang berpengetahuan luas, sangat banyak hadits yang diriwayatkannya. Ia merupakan kakek dari Imam Muhammad al-Abbasi yang kelak mendirikan khilafah Bani Abbasiyah.
Salah satu khalifah terkenal dari daulah Abbasiyah ini, yakni Harun Ar Rasyid, yang menjadi puncak kejayaan Islam saat itu. Baik dari segi ekonomi maupun ilmu pengetahuan.
Kecerdasan dan kedalaman ilmu Ibnu Abbas tidak lepas dari didikan langsung Rasulullah. Suatu saat Nabi Muhammad menyampaikan satu pesan yang sangat penting. Pesan tauhid yang maknanya begitu mendalam.
Pengasuh Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari, Ustadzah Durrotun Nafisah Aminuddin, yang turut serta dalam rombongan saya ke Thaif menyampaikan kisah ini saat perjalanan. Dalam keterangannya itu, Rasulullah bersabda, “Wahai pemuda, maukah kau mendengar beberapa kalimat yang sangat berguna?” tanya Rasulullah suatu ketika pada seorang pemuda kecil. “Jagalah (ajaran-ajaran) Allah, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya selalu menjagamu. Jagalah (larangan-larangan) Allah, maka kamu akan mendapati-Nya selalu dekat di hadapanmu.”
Pemuda kecil itu termangu di depan Rasulullah. Ia memusatkan perhatian pada setiap patah kata yang keluar dari bibir manusia paling mulia itu. Nabi melanjutkan, “Kenalilah Allah dalam sukamu, maka Allah akan mengenalimu dalam duka. Bila kamu meminta, mintalah kepada-Nya. Jika kamu butuh pertolongan, memohonlah kepada-Nya.”
Ustadzah Durrotun Nafisah mengatakan, bahwa pemuda kecil itu adalah Abdullah bin Abbas. Wejangan Rasulullah saat itu telah memenuhi rasa ingin tahunya.
“Dari hadits ini kita semua akhirnya memahami bahwa pendidikan tauhid penting diajarkan sejak dini. Jangan menunggu remaja . Karana pendidikan tauhid menjadi pondasi kehidupan,” terang Bu Nyai Nafisah, sapaan akrabnya.
Abdullah bin Abbas menutup usianya pada umur 71 tahun di tahun ke-68 Hijrah. Ribuan karyanya telah mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Mulai riwayat hadits, tafsir Alquran dan sebagainya.
Beliau pernah ditanya tentang kedalaman ilmunya itu. Ibnu Abbas mengatakan, “sejak kecil aku suka berpikir dan bertanya. Sampai anak-anak seusia ku menilai aku aneh”.
Ibnu Abbas juga dikenal dengan banyak julukan. Antara lain Hibrul Ummah (pemimpin umat), Faqihul Ashr (orang yang paling pandai memahami agama di masanya, Imam Tafsir (ahli tafsir), al-Bahr (lautan karena luasnya ilmu), dan banyak julukan lain.
Amirul Mukminin Umar Ibnu Khattab, seringkali meminta pendapat dan saran kepada Ibnu Abbas. Tidak lain karena kedalaman dan kecerdasannya. Meskipun usianya saat itu masih sangat muda.
Sampai-sampai khalifah kedua itu memberi julukan tersendiri untuk Ibnu Abbas : Si Pemuda Tua. (imm/van)