Sisi Lain Liputan MotoGP Mandalika Lombok (4)
MALANG POSCO MEDIA – Ke pulau Lombok rasanya tak lengkap kalau tak mampir ke Gili Trawangan. Meski sudah hampir dua kali, namun pesona Gili Trawangan tetap menggoda. Kali terakhir Malang Posco Media singgah ke Gili Trawangan pada November 2021, setelah meliput gelaran World Superbike di sirkuit Mandalika Lombok.
Tahun 2021, Gili Trawangan seperti pulau ‘mati.’ Pandemi menghantam dunia, termasuk Indonesia. Dan Lombok, termasuk Gili Trawangan, yang merupakan ‘surganya’ wisatawan mancanegara juga menjadi sepi. Hotel, homestay, pub, restoran, rumah makan dan semua paket wisata di Gili Trawangan waktu itu merosot tajam.
Karena itu, usai meliput gelaran MotoGP Mandalika 2024, Malang Posco media ingin kembali ke Gili Trawangan. Tujuan utamanya adalah melihat perkembangan wisata dan segala insfrastrukturnya di sana. Ke Gili Trawangan juga butuh biaya mahal. Namun ada alternatif bila ingin hemat. Pilihannya dari Pelabuhan Pamenang, bisa pilih Privat Boat Rp 600 ribu. Atau Publik Boat dengan tiket Rp 23 ribu per orang. Bedanya kalau private boat bisa sewaktu-waktu berangkat. Kalau public boat harus menunggu penumpang 40 orang satu kapal, baru berangkat ke Gili Trawangan. Malang Posco Media memilih public boat biar merasakan sensasi naik kapal bersama para penumpang lain. Karena para penumpang beraneka ragam, ada warga lokal, turis mancanegara dengan segala perlengkapan dan barang bawaannya.
Perjalanan ditempuh sekitar 30 menit. Sesampainya di Gili Trawangan, suasana sudah beda. Lebih ramai, infrastruktur lebih tertata. Aturan kendaraan bermotor tetap. Hanya ada sepeda angin alias sepeda pancal dan beberapa motor listrik. Oleh tour guide, Aditya Wiraguna, Malang Posco Media diajak makan ke sebuah warung tradisional.
‘’Kalau tempat makan lain, mayoritas sudah untuk turis. Ada warung yang khusus tradisional. Para turis juga banyak makan di tempat ini. Namanya Warung Dewi. Biasanya ramai sekali. Harganya relatif terjangkau, masakannya juga sangat enak dan lezat,’’ ujar Didit, panggilan akrab pria asli Praya Lombok ini.
Benar, Warung Dewi lokasinya masuk ke gang, tidak jauh dari tempat penurunan penumpang dari kapal. Persis di sebelah Pasar Dusun Gili Trawangan Desa Gili Indah. Bangunannya juga sederhana. Namun menunya tidak sederhana. Yang makan juga tak biasa. Bukan hanya warga lokal, turis dari beragam negara juga menikmati masakan Warung Dewi Local Food ini. Ada ayam taliwang, beberok, nasi campur, nasi rawon, pelecing kangkung, dadar jagung, urap-urap, terong bakar dan sayur bening.
Nah, saat asyik makan siang, eh datang Iksan ‘idol’ Tarore. Host Makan Receh Trans 7. Mereka ternyata juga membidik Warung Bu Dewi untuk liputannya. Sambil makan siang, Malang Posco Media juga mengamati cara pengambilan gambar, proses syuting dan wawancara serta bagaimana Iksan mencoba makanan secara langsung di depan kamera. ‘’Saya penasaran apa semua dihabiskan kalau syuting,’’ tanya Malang Posco Media kepada Iksan saat persiapan syuting. ‘’Tergantung mood makan, ‘’ jawab Iksan sambal tertawa.
Usai syuting, Malang Posco Media berkenalan dengan kru Tim Makan Receh. Selain Iksan, ada reporter, serta dua kameramen, yaitu Bryan dan Ambar. Ternyata keduanya asli Malang. Bryan dari Ngaglik Kota Batu alumni Atmajaya Jogjakarta. Sedangkan Ambar asli Sulfat Kota Malang lulusan Universitas Brawijaya. ‘’Saya mahasiswanya Pak Husnun,’’ ujar Ambar. Perkataan Ambar membuat suasana jadi gayeng karena merasa seperti di Malang. ‘’Keren Malang Posco Media, meliput MotoGP sampai Mandalika. Keren Mas Halim, keren Malang Posco Media,’’ ujar Bryan dan Adam setelah saya berpamitan untuk ke homestay.
Tandika Putra Bumi, pemilik Warung Dewi mengatakan, warungnya berdiri sejak 2002. Usaha ini berawal dari ibunya, yang kemudian diteruskannya hingga sekarang. ‘’Alhamdulillah, terus meningkat. Yang makan makin banyak dari tahun ke tahun,’’ ujar Dika, alumni Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang ini.
Sore harinya Malang Posco Media mengelilingi pulau Gili Trawangan dengan sepeda. Yang baru, seluruh jalanan, yang dulu masih ada yang pasir, kini semua sudah paving. Rapi dan bersih. Sekitar 40 menit bersepeda, Malang Posco Media singgah di depan Ombak Sunset Hotel untuk menikmati sunset sambal duduk di hamparan pasir putih. Indah sekali suasananya hingga malam pun menjelang.(abdul halim/bersambung)