MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tim Matching Fund lintas universitas yakni Universitas Islam Malang (Unisma) dan Universitas Negeri Malang (UM) bekerjasama dengan Pemerintah Desa Jabung, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang untuk dapat memaksimalkan sumber daya yang ada.
Program Matching Fund yang merupakan kerjasama antara Kemendikbudristek dengan mitra Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) tersebut berupaya untuk memaksimalkan hasil sumber daya daerah, khususnya potensi dari peternakan sapi perah.

“Desa mitra kami ini masih belum bisa memaksimalkan hasilnya, jadi hanya diperah susunya kemudian dijual, belum ada daya guna ataupun pemanfaatan untuk yang lainnya. Selain itu juga semua proses dilakukan secara manual. Melalui program ini, kita membantu mitra kita untuk dapat memaksimalkan sumber daya yang ada,” ungkap Ketua Tim Matching Fund lintas universitas, Dr. Ifit Novita,S.Sos.,M.Pd kepada Malang Posco Media, Senin (2/1) kemarin.
Ia juga menuturkan bahwa mitra memiliki cita-cita untuk menjadi desa pariwisata edukasi, salah satunya adalah dengan memanfaatkan komoditi yang ada yakni sapi perah. Melalui pemanfaatan sumber daya yang ada, maka akan dibentuklah Edu Wisata Susu.
“Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu adanya efesiensi serta peningkatan hasil dari perah susu sapi, sehingga perlu pengoptimalan yang harus dilakukan,” kata Dr. Ifit
Program tersebut diikuti oleh lima dosen yang terdiri dari Dr. Ifit Novita,S.Sos.,M.Pd sebagai ketua pengusul, yang beranggotakan Dr. Otto Fajarianto, M.Kom. (Universitas Negeri Malang), Dr. Citra Kurniawan, ST., MM. (Universitas Negeri Malang), Dr. Ena Marlina, ST., MT. (Universitas Islam Malang) serta Tri Candra Wulandari M.Pd. (Universitas Islam Malang)
“Kami disini ada tiga kegiatan, yakni membuat alat pencacah makan ternak yang dimodifikasi. Selain itu juga ada kegiatan untuk membangun instalasi instal susu, karena selama ini kan masih dilakukan secara manual. Kegiatan yang terakhir kita membuatkan website atau e-learning bagi desa mengenai pembejaran beternak sapi perah,” jelasnya.
Beberapa program tersebut sudah dilaksanakan mulai bulan Agustus lalu hingga terakhir pelaporan pada Jumat (30/12) lalu. Luaran yang dihasilkan diantaranya adalah jurnal terindeks sinta, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) serta paten sederhana. Selain itu juga ada E-Modul yang ber-ISBN dan ISSN. Untuk saat ini masih terdapat dua peternak yang mendapatkan bantuan alat dari program tersebut.
“Untuk alatnya sudah jadi semua, untuk kepemilikan punya Unisma, namun dimanfaatkan oleh desa mitra ini. Saat ini ada dua unit alat untuk pencacah rumput. Alat pemerah susu juga ada dua unit, kemudian ada website serta e-learning. Selain itu juga ada satu unit komputer untuk pengoperasian dari websitenya. Semuanya kami berikan bimtek untuk pengoperasiannya,” jelasnya.
Selain memberdayakan para peternak sapi perah, untuk mewujudkan desa Edu Wisata Susu, maka diharapkan ke depannya mitra dapat turut serta mengajak para pejalar yang kemudian dibina untuk dapat mengaplikasikan website yang sudah dibentuk. Kedepannya, perlu ada tindak lanjut mengenai program ini berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan. Sehingga akan diusulkan pada program Matching Fund tahun 2023.
“Karena ini masih awal, maka perlu adanya kelanjutan dari kegiatan ini. Tentu saja ke depannya di program yang sama akan memperbaiki beberapa kekurangan-kekurangan yang ada untuk produk saat ini. Karena keterbatasan waktu dan biaya, maka evaluasi ini akan dijadikan program perbaikan untuk ke depannya,” tutur Dr. Ifit.
Beberapa hal yang akan diusulkan di program Matching Fund 2023 diantaranya adalah mengenai penyempurnaan dari alat cacah pakan sapi. Selain itu alat pemeras susu yang digunakan menggunakan daya listrik, sehingga ketika padam tentu saja menjadi kendala.
“Jadi untuk mengantisipasi tersebut, mungkin ke depannya kita akan menggunakan Solar Cell (Sel Surya) yang dihubungkan ke semacam baterai. Jadi ketika listrik padam bisa menggunakan baterai tersebut,” paparnya.
Kedepannya, ia berharap bahwa hasil-hasil perahan susu tersebut tidak hanya dijual dalam bentuk mentahan saja, namun dapat diolah dijadikan berbagai hal yang bermanfaat, mulai dari olahan makanan, obat maupun kosmetik. Kegiatan ini juga turut serta mengajak mahasiswa untuk ikut andil dalam program tersebut.
“Kita juga turut serta mengajak mahasiswa dari beberapa prodi, diantaranya adalah prodi Matematika, Teknik Mesin serta prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. Totalnya adal sekitar 10 mahasiswa, jadi mereka membantu mulai dari membuat e-modul juga laporan-laporan,” ujarnya.
Para mahasiswa yang mengikuti program tersebut akan mendapatkan nilai yang dapat dikonversi dalam kegiatan Kandidat Sarjana Mengadi (KSM) menjadi satuan kredit semester (SKS) berjumlah 20 SKS. Kemudian output yang dihasilkan diantaranya adalah artikel jurnal, laporan akhir serta berita di media masa.
“Sehingga mahasiswa tidak hanya belajar pada bidang studinya saja, namun juga dapat belajar di bidang yang lain. Tapi masih ada hubungannya dengan prodi masing-masing. Keberhasilan dari program ini juga sebagian besar dari bantuan para mahasiswa,” tandasnya. (mp1/adv/bua)