.
Sunday, December 15, 2024

Malam Regsosek Sasar Tunawisma

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Pendataan Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek) dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang menyasar juga tunawisma dan awak buah kapal. Karena mobilitas responden di kedua kelompok itu cukup tinggi, maka pendataan dilakukan serentak pada malam hari, atau dinamakan sebagai Malam Regsosek pada Sabtu (29/10) sampai dengan Minggu (30/10).

Pendataan ini untuk menyediakan sistem dan basis data seluruh penduduk yang terdiri atas profil, kondisi sosial ekonomi, dan tingkat kesejahteraan yang terhubung dengan data induk kependudukan serta basis data lainnya hingga tingkat desa kelurahan. 

“Pendataan Malam Regsosek di Kota Malang dilakukan oleh Petugas Pendata Lapangan (PPL) yang berpengalaman yang telah direkrut dan dilatih oleh BPS. Dalam pendataan malam Regsosek ini, BPS Kota Malang menerjunkan 60 orang petugas yang terdiri dari pegawai organik BPS, pihak kepolisian, Satpol PP, unsur dinas sosial, dan mitra statistik BPS,” terang Kepala BPS Kota Malang Erny Fatma Setyoharini kepada Malang Posco Media, Senin (31/10) kemarin.

Erny melanjutkan, untuk tunawisma yang didata pada malam Regsosek itu adalah penduduk yang tidak memiliki tempat tinggal dan biasanya tinggal di kolong jembatan, pasar, terminal, stasiun, emperan toko, taman umum dan berbagai fasilitas umum lainnya.

Termasuk tunawisma juga adalah gelandangan di trotoar jalan dan juga manusia gerobak. Secara teknis, dikatakan Erny pendataan Malam Regsosek ini terbagi dalam sembilan tim yang terbagi dalam lima kecamatan.

“Sebelum turun ke lapangan, seluruh petugas pendataan melakukan rapat koordinasi untuk persiapan pendataan yang dilakukan di Kantor BPS Kota Malang, kemudian seluruh tim berpencar sesuai dengan titik titik lokasi yang sudah ditentukan untuk menyisir tunawisma yang berada di Kota Malang. ‘No one left behind’,” tegas Erny.

Ernya menyampaikan, harapnnya semua penduduk terdata dan terekam pada basis data perlindungan sosial tanpa terkecuali. Pada saat rapat persiapan pun, Erny menyampaikan bahwa kegiatan Regsosek ini milik bersama sehingga diperlukan kolaborasi banyak pihak 

“Ada berbagai kondisi sosial ekonomi tunawisma yang dapat dipotret selama pendataan malam Regsosek. Tidak berpendidikan dan tingkat kesehatan yang rendah merupakan kondisi umum yang melekat pada sebagian besar tunawisma. Tidak memiliki bekal pendidikan itulah yang kemudian memaksa mereka untuk meminta belas kasihan orang, mengamen, memulung, atau pekerjaan kasar lainnya demi bertahan hidup,” sebutnya.

Sebagian besar dari tunawisma berasal dari luar Kota Malang. Sebagian lagi tidak memiliki kartu identitas. Dalam penyisiran tunawisma itu, ditemukan bahwa tidak semua yang tidur di becak adalah tunawisma.

“Kebanyakan dari tukang becak yang menginap di becaknya ini berasal dari luar Kota Malang dan akan pulang sepekan sekali ke rumah keluarganya. Sesuai dengan konsep penduduk, orang-orang dalam kategori ini akan didata di rumah keluarganya,” beber Erny.

“Semoga melalui pendataan Malam Regsosek ini tidak ada satupun penduduk yang terlewat dalam pendataan ini. Setiap data yang dikumpulkan akan sangat berarti dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan sosial ekonomi di Indonesia,” tutupnya. (ian/aim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img