MALANG POSCO MEDIA – Kurang lengkap rasanya ke Istanbul bila tidak mengunjungi Hagia Sophia. Bangunan bersejarah yang sempat menjadi kontroversi dan kini telah diubah kembali menjadi masjid oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sejak tahun 2020. Sejarah panjang tentang masjid dengan empat menara tersebut juga menarik perhatian wartawan Malang Posco Media Stenly Rehardson.
Di hari kedua di Istanbul, saya mendatangi Hagia Sophia. Di Turki namanya Aya Sofya. Letaknya di kawasan Sultan Ahmet, tak jauh dari Innova Hotel Sultan Ahmet, tempat saya menginap. Hanya 10 menit kira-kira berjalan kaki.
Saya datang bersama beberapa pemain Arema FC Women. Yakni Aulia Nur, Windi Ayu, Dian Khusnul, dan Syafira Azzahra. Mereka meminta saya antar jalan-jalan, mengelilingi sebagian wilayah Istanbul. Kunjungan kami di hari yang sama ketika saya terkena jambret di Grand Bazaar. Namun saat itu masih siang hari.
Lokasinya tidak jauh dari T1 Tramway atau biasa disebut Sultanahmet. Banyak petunjuk arah ke Ayasofia. Sebagian besar wisatawan pasti mengarah ke sana pula. Selain ke Hagia Sophia, tentunya ke Blue Mosque atau Masjid Sultan Ahmet.
Awalnya, saya mengira Blue Mosque adalah Hagia Sophia. Sebab banyak orang menuju ke sana. Sekalipun Blue Mosque masih direnovasi. Tapi, saya tersadar ketika menghitung jumlah menara. Jumlahnya enam. Sedangkan menara Hagia Sophia empat. Selain itu, tentu saja warnanya.
Sempat sampai di gerbang masjid, akhirnya kami putar balik. Menuju masjid di seberang, ya itu namanya Hagia Sophia.
Ketika berjalan menuju Hagia Sophia, saya kira sepi. Tapi begitu masuk gerbang, masuknya pun antre. Saya sempat menjajal masuk duluan, untuk melihat apakah ada tiket masuk atau lainnya. Sebab di depan banyak yang menawarkan untuk meng-guide kami, berkeliling ke Hagia Sophia. Ya walaupun punya uang seandainya untuk beli tiket dan ditemani guide, apa salahnya jika bisa mandiri.
Ternyata ketika masuk, saya tidak melihat adanya kewajiban tiket. Mungkin di sisi lain, pikir saya. Hanya terlihat kewajiban berkerudung atau bertutup kepala bagi perempuan, dan tentu saja bermasker. Lalu, memakai celana panjang, karena telah menjadi masjid. Ketika masuk pun, mendekati Salat Dhuhur. Kontan, saya panggil pemain Arema FC Women tadi.
Jelang masuk ke area utama masjid, sepatu setiap pengunjung harus dilepas. Ada rak-rak untuk ratusan atau mungkin ribuan sepatu di depan. Nyaris semua penuh. Begitu masuk, tepat di sebelah kanan pintu juga banyak rak-rak sepatu. Seandainya penuh, bisa disimpan di rak di bagian dalam.
Aulia paling bersemangat ketika masuk. Sebab dia berniat berfoto dan mengabadikan dalam video. Sedangkan yang lainnya penasaran karena berita atau artikel Hagia Sophia sangat banyak di internet.
Benar-benar besar. Ya benar, layaknya bangunan katedral. Masih ada lambang malaikat dan Bunda Maria. Memang sengaja tak dihilangkan.
Berdasarkan sejarah, Aya Sofya masa pembangunannya pada tahun 537 M sampai 1453 M. Bangunan ini merupakan Katedral Ortodoks dan tempat kedudukan Patriark Ekumenis Konstantinopel. Kecuali pada tahun 1204 sampai 1261, ketika tempat ini diubah oleh Pasukan Salib Keempat menjadi Katedral Katolik Roma di bawah kekuasaan Kekaisaran Latin Konstantinopel. Sempat jadi katedral terbesar di dunia sebelum 1520 Katedral Sevilla diselesaikan.
Bangunan ini menjadi masjid mulai 29 Mei 1453 sampai 1931 pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmani. Kemudian bangunan ini disekulerkan dan dibuka sebagai museum pada 1 Februari 1935 oleh Republik Turki.
Baru pada 10 Juli 2020 setelah pengadilan Turki memutuskan bahwa konversi Hagia Sophia pada tahun 1934 menjadi museum adalah ilegal. Keputusan ini membuka jalan untuk kembali mengubah monumen tersebut menjadi masjid. Kira-kira begitu sejarahnya.
Di dalam, banyak orang berfoto, melihat dinding-dinding dari Hagia Sophia. Di sisi depan, tempat orang menjalani salat. Lalu ada batas di tengah, yang dijaga petugas. Perempuan dilarang melewati area tengah tersebut. Sedangkan bagi umat muslim laki-laki yang mau salat bisa masuk.
Penjaganya ramah sekalipun tidak segan mengingatkan siapapun yang tidak menaati peraturan. Selain itu, rata-rata mereka bisa berbahasa Inggris. Sehingga memudahkan wisatawan berkomunikasi ketika membutuhkan informasi.
Selain rombongan saya, sejumlah pemain dan official Arema FC Women pun berkunjung ke Hagia Sophia, namun tidak dalam waktu yang bersamaan. (ley/van/bersambung)