MALANG POSCO MEDIA- Hari ke-4 di Antalya wartawan Malang Posco Media Stenly Rehardson mulai keluar hotel selain menjalani aktivitas latihan tim Arema FC Women. Meskipun tidak jauh, hanya 2 km dari Innvista Hotel Belek, setidaknya memahami perbedaan besar antara Turki dan Indonesia menghadapi pandemi Covid-19.
Sesuai janji, saya mencoba jalan-jalan meskipun masih sekitar hotel. Saya menuju The Land of Legends. Tempat ini merupakan sebuah kompleks hotel, shopping mall hingga taman bermain. Namun tujuan saya berburu vitamin karena kebetulan stok vitamin habis.
Sejak hari ketiga sebenarnya kondisi badan sudah kurang fit. Badan mulai meriang dan menggigil, apalagi seharian ini tak ada sinar matahari. Cuaca seperti mendung, tapi tidak gelap. Nah, cuaca seperti itu membuat saya drop, apalagi sebelum ini berada di wilayah panas di Bali.
Menuju The Land of Legends, benar-benar jalan-jalan. Ya karena jalan kaki, sekaligus mencari keringat. Saya berangkat berlima, bersama official Arema FC Women. Manajer Fuad Ardiansyah, pelatih Nanang Habibi, fisioterapis Abid Nur dan Reza Septian. Lumayan nyaris dua kilometer kira-kira. Walaupun sebenarnya, lokasi tepat di belakang Innvista Hotel Belek. Saya berangkat dengan OOTD (outfit of the day) layaknya musim dingin. Sweater, scarf dan celana hangat berbahan cotton polyester.
Begitu sampai, saya benar-benar melihat perbedaan Indonesia dan Turki kala menghadapi pandemi terkini. Tak ada kewajiban bermasker. Bebas masuk ke area public meskipun tanpa masker. Ketika berada di area The Land of Legends pun, jarang terlihat warga memakai masker. Hanya dari rombongan kami yang memakai masker.
Sebenarnya, melihat warga Turki tak bermasker, sudah terlihat ketika berada di Bandara Istanbul. Saat menunggu flight, terlihat banyak orang bebas berjalan tanpa masker. Begitu pun ketika di Bandara Antalya. Malahan, sejumlah petugas juga santai tanpa masker.
Sepertinya Covid-19 sudah dihadapi dengan santai oleh Turki. Hal ini juga terlihat saat sampai di negara tersebut, tak ada kewajiban karantina bagi orang yang baru datang dari luar negeri. Sempat rekan sekantor, Mbak Noer Adinda Zaeni menulis pesan di DM Instagram ketika melihat saya sudah update status latihan di hari pertama. “Tidak ada karantina? ” tanya Mbak Dinda sapaan akrab General Affair Manager Malang Posco Media.
Saya jawab, tidak. Ya karena kedatangan kami bebas dari kewajiban tersebut. Karantina berdasarkan informasi yang saya dapatkan sudah sejak pertengahan Juni tahun lalu hal tersebut ditetapkan. Kala itu, hanya kedatangan dari delapan negara yang wajib karantina.
Tidak heran, jika flight yang saya tumpangi dari Jakarta, full. Begitu pula ketika dari Istanbul ke Antalya, penuh. Juga tak ada lagi kewajiban test PCR bagi mereka yang baru datang. Tes PCR masih berlaku selama tiga hari.
Di Turki, kami pun sudah beraktivitas seperti biasa. Hanya ada pengisian form di hotel, mengenai kondisi setiap orang yang masuk. Asal sehat, ya aman-aman saja.
Saya pun membandingkan dengan Indonesia. Sekarang masih sangat waspada. Menurut Dewi, salah satu penumpang dari Jakarta ke Istanbul yang kebetulan bersebelahan dengan saya, di Turki sangat free. Kondisi yang berbeda, ketika dia datang di Indonesia, Januari lalu, harus karantina 10 hari.
“Begitu sampai, ya sudah ke Imigrasi, ditanya mau kemana. Nanti di Antalya, keluar, sudah tidak ke imigrasi, tidak ada pertanyaan kesehatan juga. Bebas, tak ada protokol kesehatan,” ujar dia.
Akan tetapi kondisi tersebut sebenarnya membuat saya juga sedikit was-was. Karena tentu saja sejak keberangkatan, tak ada lagi tes Covid-19. Kami harus benar-benar waspada sendiri. Makanya ketika badan mulai meriang, juga harus cepat-cepat merespon supaya badan tetap sehat. Seperti yang saya lakukan hari ini. Padahal, mungkin meriang ini karena tidak mendapatkan asupan sinar matahari dan menghadapi cuaca yang dingin.
Saya sempat berkomunikasi dengan tim medis Arema FC yang berada di Bali. Untuk membeli obat jenis-jenis tertentu dan juga vitamin, salah satunya vitamin C dan D. Semoga tetap selalu sehat. (ley/van/bersambung)