.
Saturday, December 14, 2024

Malang Posco Media Full Cover Liga 1 Berlanjut ke Turki (7); Ke Pusat Kota Tanpa Macet, Jajal Restoran Spesialis Kebab

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA-Akhirnya datang juga kesempatan ke pusat Kota Antalya. Hari ke-6 berada di salah satu kota pinggiran Laut Mediterania tersebut, wartawan Malang Posco Media Stenly Rehardson akhirnya bisa keluar agak jauh dari hotel.

Ke pusat Kota Antalya bersama official Arema FC Women, perwakilan Bolabros Football dan S & B Sport. Makanan otentik Turki, kebab di jajal di hari tersebut.

Banyak anak banyak rezeki. Eits, itu mungkin ungkapan bagi mereka yang sudah berkeluarga. Bagi saya yang masih bujang, banyak teman banyak rezeki.

Ya, berada di Antalya, segala aktivitas tim Arema FC Women di-manage oleh Bolabros dan juga partnernya, S & B Sports. Apalagi dengan jadwal latihan dua kali sehari, tak banyak waktu kecuali petang hingga malam hari. Seperti setelah laga melawan Breznica.

Sebelum laga, Bard, panggilan akrab Badiuzzaman Jamhari, Managing Director Bolabros Football menyampaikan pesan. Jam 5 sore atau dua jam setelah pertandingan, diajak berkeliling ke pusat Kota Antalya oleh Mr. Soner Biçikçi dari S&B Sports.

Sebenarnya jalur menuju kota sangat mudah. Keluar dari hotel, belok kanan. Setelah itu, hanya ada sekitar tiga atau empat kali jalan bercabang. Sekali jalan, sepertinya susah untuk kesasar.

Kami dijemput pas pukul 5 sore waktu Turki. Mobil Mercedes Benz Vito berwarna hita  sudah siap di depan hotel. Mobil tersebut, diakui oleh Bard sama dengan mobil yang digunakan pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong ketika TC di Antalya, November 2021 lalu.

Di dalam mobil itu, saya dan official Arema FC Women. Yakni Manager Fuad Ardiansyah, pelatih Nanang Habibi, fisioterapis Abid Nur Rohman dan Reza Septian, lalu Bard, Soner dan driver. Perjalanan sekitar 30-40 menit. Sepanjang jalan lagi-lagi menunjukkan bila Antalya adalah kota Sport Tourism. Banyak lapangan yang terlihat jelas dari tepi jalan raya, tepatnya di sebelah kanan. Kemudian bangunan pun tampak tak padat, meskipun sudah mendekati pusat kota. Memang nyaman untuk liburan dan pemusatan latihan. Tak ada macet menuju pusat kota. Mungkin karena Antalya terhitung kota kecil.

Di perjalanan Mr Soner banyak bercerita tentang Antalya. Sampai akhirnya dia mengajak berhenti untuk makan malam di Sirali Kebap, restoran spesialis masakan Turki di Kota Antalya.

Restoran tersebut tampak ramai. Begitu masuk Mr Soner mendapatkan pertanyaan dari pelayan restoran. Kira-kira berapa orang dan berapa lama. Setelah berkomunikasi dengan Bard, dijawablah. 1,5 jam. Barulah kami diantar ke meja. Pas untuk tujuh orang.

Ada sekitar empat waiter yang bergantian melayani, ditambah satu orang dengan berpakaian jas, rapi. Yang jelas dia bukan waiter dan terus berkomunikasi dengan Mr Soner. Setelah bercakap sebentar dan mungkin memesan menu, tak sampai lima menit, satu per satu menu keluar. Find dining. Diantar mulai dari minuman, makanan pembuka berupa salad, roti khobus dan hamus.

“Jangan banyak-banyak kalau makan, karena ini masih makanan pembuka. Nanti sudah kenyang pas main course datang,” ungkap Bard.

Tentu saya paham. Ya walaupun tak menghentikan kami untuk menikmati menu appetizer tersebut. Begitu terlihat kami selesai makan dan lebih banyak berbincang, maka menu utama datang. Dua plater, berisi kebab dan olahan bawang bombay yang entah apa namanya. Olahan daging kambing dan daging sapi, yang dipadukan dengan olahan terong.

Saya pun bersemangat mencicipi kebab. Karena ketika saya mau berangkat, sejumlah rekan berpesan agar merasakan beda kebab di Indonesia dan Turki. Hahaha. Padahal di Malang pun saya tak begitu suka dengan makanan tersebut, walaupun saya tahu bagaimana rasanya.

Berbeda jauh. Tak segurih kebab di Indonesia. Justru saya menemukan banyak rasa asam dan dominan di sajian lainnya. Mungkin kalau di Indonesia, saya mencari saus sambal. Tapi nyaris seminggu, saya jadi paham dengan ciri khas masakan Turki, yang banyak mengolah daging ketimbang ikan atau sea food. “Di sini, makan daging jauh lebih murah ketimbang makan ikan. Harga masakan laut, sangat mahal,” ujar Mr Soner.

Selain itu, di Turki nyaris setiap pekan orang pergi keluar untuk makan di restoran. Bahkan bisa sampai dua kali. Pantas, saya melihat restoran-restoran selalu ramai. (ley/van/bersambung)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img