Malang Posco Media – Gelaran MotoGP Indonesia 2022 pada tanggal 18-20 Maret 2022 diadakan di Pertamina Mandalika International Street Circuit. Sebuah sirkuit balapan yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 21 November 2021 dan terletak di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kuta, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Teanggara Barat. Kawasan Ekonomi Khusus ini merupakan destinasi sport tourism kelas dunia dan salah satu destinasi super prioritas di Indonesia menurut laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Setelah penantian 25 tahun menggelar MotoGP, akhirnya Indonesia kembali mengadakan di sirkuit cantik yang sering disebut sebagai salah satu sirkuit terindah didunia karena letaknya tepat menghadap ke Samudra Hindia, Mandalika. Mandalika sendiri berasal dari nama seorang putri cantik menurut legenda suku Sasak. Tentu saja sirkuit seluas 120 hektar ini menyajikan panorama indah yang melekat di hati setiap pembalapnya.
Setelah sukses menggelar World Superbike (WSBK) November 2021 dan menjadikan Toprak Razgatlioglu sebagai juaranya, banyak momen unik yang terjadi di sana. Tahun ini pun serba serbi keseharian pembalap pun tak luput dari kamera media dan netizen media sosial. Setelah tahun lalu viral dengan pembalap yang bermain, mandi hingga keramas di bawah hujan di sirkuit, kali ini tak kalah viral adalah momen momen unik yang sukses diabadikan oleh media dan media sosial.
Di antaranya adalah pembalap yang dibonceng oleh penduduk asli, adanya aksi Mbak Rara si pawang hujan dan pembalap yang memakai caping. Rider MotoGP terlihat memakai caping saat mengecek lintasan melalui foto-foto yang diabadikan oleh awak media dan akun ig salah satu pembalap, raulfernadez_25. Ya, caping, pelindung kepala khas petani di Indonesia.
Caping adalah sejenis topi yang berbentuk kerucut yang umumnya terbuat dari anyaman bambu (Wikipedia Indonesia, 2022). Dengan momen dikenakannya caping ini oleh para rider MotoGP membuat negara kita one step ahead, satu langkah lebih maju dalam memperkenalkan caping sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat agraris Indonesia sehingga caping makin identik dengan Indonesia, Hal ini karena memang bentuknya yang memiliki kemiripan dengan topi petani-petani di negara Asia Tenggara lainnya, seperti Vietnam dan Thailand. Hal ini menjadi semacam promosi gratis budaya kita pada dunia.
Caping adalah salah satu produk budaya, produk kearifan lokal masyarakat Indonesia. Makna makna kearifan lokal inilah yang harus dipahami oleh anak muda generasi sekarang. Caping yang bentuknya melingkar kemudian mengerucut ke atas adalah perjalanan spriritual religius manusia, bagian bawahnya yang lebar menggambarkan dunia yang fana, bentuknya yang runcing ke atas adalah sebuah filosofi ‘sangkan paraning dumadi’, bahwa titik kehidupan tertinggi adalah kembali pada Sang Pencipta (Ki Panji Koeswening, 2017).
Dari filosofi caping, bisa diambil pembelajaran bermakna yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya bahwa sejatinya hidup ini adalah hablumminallah dan hablumminannas. Bahwa begitu banyak pembelajaran bermakna yang bisa diambil dari produk kearifan lokal bangsa.
Kearifan lokal bukan hal kuno dan tidak modern, justru dengan kearifan lokallah ilmu pengetahuan dan kebudayaan dihasilkan. Local wisdom atau local genius atau kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka (Fajarini, 2014).
Kearifan lokal adalah salah satu semangat dari Merdeka Belajar. Kearifan lokal juga dapat berupa permainan tradisional sarat makna (seperti bentengan, gobak sodor, dakon, dll) yang apabila diimplementasikan dalam pembelajaran akan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan, berpusat pada anak dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada anak.
Setelah bermain, anak kita minta merefleksikan makna permainan yag sudah dimainkannya dan mengambil pembelajaran dari permainan tersebut. Motorik mereka pun akan terlatih setelah sekian lama berkutat pada permainan online saja. Kolaborasi, kerjasama serta berpikir kritis adalah banyak makna yang bisa diambil dari permainan tradisional.
Dengan mengangkat kearifan lokal dalam kegiatan pembelajaran di sekolah akan membuat siswa memahami dan percaya diri dengan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia, bangga pada identitas dirinya di mata internasional, dan yang lebih penting lagi adalah mengambil pembelajaran dan makna dari budaya yang ada dalam masyarakat.
Bahwa ternyata budaya kita sangat dihargai oleh dunia internasional. Budaya kita adalah aset berharga yang harus kita banggakan. Pelajar yang bangga pada jati dirinya sebagai bangsa Indonesia dan memiliki kebhinekaan global adalah salah satu karakteristik berprofil pelajar Pancasila.
Dalam pembelajaran paradigma baru, Profil Pelajar Pancasila menjadi penuntun arah yang memandu segala kebijakan dan pembaharuan dalam sistem Pendidikan di Indonesia. Profil Pelajar Pancasila di antaranya adalah Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan beraklak mulia, Berkebinekaan Global, Bergotong Royong, Mandiri, Bernalar Kritis dan Kreatif.
Betapa semua itu dapat diakomodasi salah satunya melalui kearifan lokal yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Selain itu kompetensi dalam Profil pelajar Pancasila perlu dikuatkan dalam keseharian anak melalui intrakurikuler, ekstrakurikuler, budaya sekolah, maupun proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila. Kita patut bersyukur ditengah tengah gegap Mandalika, booming isu kearifan lokal, salah satu esensi Kurikulum Merdeka. (*)