MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Belum genap satu bulan berdiri, Mason Art Gallery terus menggeliat menunjukan eksistensinya. Terbaru, tempat yang memiliki nuansa bangunan kolonial tersebut menjadi tempat untuk memamerkan karya dari dua seniman Bali.
Founder Manson Art Gallery, Agung Buana mengungkapkan bahwa kolaborasi tersebut menunjukan bentuk konkrit bahwa dunia seni tidak mengenal batas teritorial. Keberagaman, kerjasama, silaturahmi dalam membangun ekosistem berkesenian itu terwujud dari munculnya karya seniman Bali di Malang.
“Terlebih yang dipamerkan ini karya seniman sekaligus akademisi dari Institut Seni Indonesia Denpasar, Bali yang mencoba untuk melakukan eksplorasi di Malang melalui karya-karyanya. Bagi saya dan teman-teman perupa di Malang ini adalah hal yang sangat menggembirakan,” ujarnya.
Salah satu yang menurutnya patut untuk di banggakan yakni Malang menjadi barometer dalam hal kesenian, tidak hanya karya orang Malang namun juga karya seniman diluar Malang. Hal itu juga memupuk semangat para seniman Malang untuk menjadi barometer seni rupa dan berkesenian.
Mason Art Gallery menjadi tempat memamerkan karya dua seniman Bali, yakni I Wayan Setem dan Anis Raharja dari ISI Denpasar yang dibuka pada Sabtu (28/9) malam. Rencananya pameran ini akan dibuka untuk umum hingga 10 Oktober mendatang.
“Kami disini menjadi alternatif art space yang bisa memberikan alternatif untuk seniman, budayawan, penikmat maupun pecinta budaya dan seni untuk menikmati gedung ini bersama-sama. Artinya kami memberikan fasilitas ini untuk teman-teman dan kami membuka kolaborasi sebesar-besarnya,” paparnya.
Sementara itu, I Wayan Setem yang juga merupakan dosen di ISI Denpasar mengungkapkan bahwa tema pameran ini adalah Ananda Jaya Maya Khosa yang bermakna kebahagiaan tertinggi manusia yang berusaha untuk merangkum dua seniman yang penciptaannya berbeda, dimana I Wayan Setem sendiri menggunakan seni murni dan Anis Raharja menggunakan Fotografi Art.
“Tapi dari sisi tone warna dan konsep memiliki kemiripan, ini bagaimana kami mencapai kebahagiaan tertinggi dari manusia. Ada beberapa karya yang kami bawa kali ini yang merupakan pameran penelitian, penciptaan, desiminasi seni dan desain,” jelasnya.
Ini menjadi penanda bahwa akademisi juga sekaligus seniman. Butuh waktu kurang lebih selama enam bulan untuk mempersiapkan karya hingga pameran. Sementara itu, Anis Raharja membawa tema lebih khusus yakni terkait dengan pluralitas.
“Saya lebih menonjolkan dari sisi pluralitasnya. Ketika berbicara fotografi tidak berbicara tentang dokumentasi saja, namun juga bisa dipakai untuk berekspresi, menyampaikan pesan dan nilai-nilai di wilayah kita,” terangnya.
Melalui karya tersebut, ia berharap bisa membagi pengalaman kepada masyarakat Malang terkait dengan pluralitas yang ada di Bali. Memperjelas lagi terkait makna keindahan dan kebersamaan. (adm/jon)