.
Wednesday, December 11, 2024

Masyarakat Tontonan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media – Tak sedikit orang sibuk berlomba merepresentasikan dirinya di berbagai platform media sosial (medsos). Banyak orang menjadi super sibuk membuat konten YouTube, Instagram, Twitter, Facebook, dan TikTok. Tak sedikit di antara para pengabdi konten itu ingin viral dan jadi trending topik. Tak peduli konten yang viral itu tentang kebaikan atau keburukan, bermanfaat atau tidak. Pokoknya viral hingga banyak yang nonton, memberi like, comment, dan subscribe.

          Fenomena ingin viral dan menjadi perhatian banyak orang di dunia maya tak hanya terjadi di kalangan artis atau selebritis. Masyarakat awam pun banyak yang ingin selalu eksis di medsos. Di antara mereka suka kalau ditonton dan dibicarakan warganet. Semakin mampu membuat netizen gaduh, di situlah kepuasan dirasakan oleh para pengunggah konten. Medsos telah menjadi ajang adu konten yang ramai setiap hari.

          Masyarakat kebanyakan juga suka menikmati beragam konten di medsos. Tak sedikit yang selalu menunggu dan menjadi penggemar setiap unggahan para pembuat konten (content creator) ternama. Di antara para pengunggah konten dan para penonton setia sama-sama saling membutuhkan. Mereka bersimbiosis mutualisme, sama-sama mendapatkan kesenangan dan kepuasan. Antara para pembuat tontonan dan masyarakat yang menonton keduanya berpadu, menjadikan jagat dunia maya semakin riuh.

Era Masyarakat Tontonan

          Inilah era masyarakat tontonan. Menurut Guy Debord (1970), seorang teoretisi dan filsuf dari Prancis, bahwa dunia sosial hari ini makin menunjukkan ke arah karakteristik masyarakat yang disebut masyarakat tontonan (society of the spectacle). Era masyarakat tontonan ditandai dengan kondisi ketika orang-orang sibuk berlomba merepresentasikan dirinya ke berbagai media, terutama medsos.

          Lebih lanjut, Guy Debord menjelaskan bahwa tontonan bukan hanya kumpulan gambar atau citra, melainkan relasi sosial yang terjalin di antara orang-orang yang dimediasi oleh gambar-gambar atau citra (The spectacle is not a collection of images but a social relation among people mediated by images). Relasi yang dibangun lewat ruang maya yang tentu tak serupa dengan relasi langsung di alam nyata.

          Relasi sosial yang terbangun di era ini akan lebih banyak terjadi melalui beragam media massa dan medsos ketimbang secara langsung di dunia fisik. Oleh karenanya, dunia yang isinya relasi melalui citra-citra dan simbol representasi dari orang-orang itu, bahkan terasa lebih riil dari dunia yang dianggap kebanyakan orang sebagai dunia riil, yakni dunia yang bisa mempertemukan fisik manusia secara langsung.

          Risiko yang bisa terjadi pada individu-individu yang hidup di era masyarakat tontonan adalah konsumsi informasi palsu mengenai objek yang ditonton, yang kemudian berujung kepada penafsiran yang keliru. Di satu sisi, pada era ini orang-orang telah menganggap realitas yang berupa kumpulan citra-citra atau image yang disaksikannya adalah representasi dari diri pembuat konten.

          Dalam relasi sosial maya juga sangat memungkinkan munculnya risiko langsung bila terjadi pelanggaran etika. Para penonton, netizen, atau warganet bisa menghujat, bahkan memperkarakan bila ada konten yang melanggar hukum. Bisa jadi karena faktor like-dislike, konten tertentu unggahan dari sosok tertentu akan menuai hujatan. Di sinilah terjadi “perang” terbuka adu kekuatan massa.

          Terhadap konten-konten yang bagus, tak jarang bisa mendatangkan banjir pujian. Namun tak otomatis konten bagus justru yang banyak disukai dan ditonton. Tak jarang justru konten-konten yang kontroversi dan sensasional justru yang dapat banyak dukungan. Inilah bahaya era masyarakat tontonan. Karena sejatinya tontonan lebih hanya memenuhi unsur hiburan dan kesenangan, bukan soal isi dan esensi. Tontonan tak selalu bisa menjadi tuntunan.

Selebritas Digital

          Medsos telah menciptakan ruang bagi individu untuk menjadi selebritas digital. Orang-orang yang memiliki pengikut yang besar di medsos dapat mendapatkan popularitas, peluang kerjasama dengan merek, dan bahkan pendapatan melalui sponsor atau iklan. Dalam masyarakat tontonan, menjadi selebritas digital menjadi salah satu bentuk eksistensi yang diinginkan. Monetisasi medsos juga menjadi iming-iming mengiurkan bagi siapa saja yang mampu eksis mengambil bagian di era masyarakat tontonan ini.

          Medsos memungkinkan individu untuk membangun citra diri (self-branding) mereka secara online. Orang-orang cenderung memilih dan mengunggah konten yang mereka percaya akan mendapatkan perhatian dan pujian dari pengikut mereka. Mereka berusaha membangun merek pribadi atau persona yang menarik dan memikat untuk meningkatkan popularitas dan eksistensi mereka di medsos.

          Masyarakat tontonan cenderung mencari perhatian dan pengakuan dari orang lain. Di medsos, jumlah pengikut, jumlah like, komentar, dan berbagi merupakan bentuk pengakuan dan validasi terhadap keberhasilan mereka dalam mendapatkan perhatian dari orang lain. Orang-orang membandingkan jumlah pengikut, like, komentar, dan prestasi online mereka dengan orang lain. Mereka merasa perlu untuk bersaing dan mencapai popularitas yang setara atau lebih tinggi daripada orang lain.

          Salah satu ciri khas masyarakat tontonan adalah orientasi mereka terhadap popularitas dan selebritas. Mereka sering tertarik pada kehidupan publik tokoh terkenal, acara realitas, dan peristiwa yang sedang menjadi sorotan. Masyarakat tontonan juga cenderung bergantung pada media untuk membentuk persepsi mereka tentang dunia, menerima informasi, dan membentuk preferensi budaya.

          Medsos menggunakan algoritma yang canggih untuk menganalisis preferensi dan perilaku pengguna. Berdasarkan data tersebut, mereka dapat menyajikan konten hiburan yang relevan dan disesuaikan dengan minat individu. Hal ini dapat memengaruhi pola konsumsi dan memperluas lingkup pengalaman hiburan masyarakat tontonan, sekaligus memperkuat fenomena “binge-watching” (menonton secara maraton).

          Namun, perlu dicatat bahwa tak semua orang yang ingin eksis di medsos adalah bagian dari masyarakat tontonan. Banyak juga individu yang menggunakan medsos dengan tujuan berbagi pengalaman, menjalin hubungan dengan orang lain, atau memromosikan kegiatan positif tanpa memrioritaskan popularitas dan perhatian semata. Medsos memang media yang terbuka, penggunaannya tergantung tujuan masing-masing orang.

          Menyikapi maraknya masyarakat tontonan penting untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan maya dan kehidupan nyata. Berikan waktu untuk aktivitas di luar medsos, seperti berinteraksi dengan orang-orang secara langsung, menjalani hobi, berolahraga, atau membaca buku. Hindari mengabaikan hubungan dan aktivitas nyata hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarakat tontonan.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img