Mati lampu se-kecamatan mungkin terdengar biasa. Hidup tanpa listrik selama 1 – 5 jam juga pernah. Biasanya ada pengumuman kalau ada gardu listrik yang sedang perbaikan, terbakar, atau kena sambar petir saat hujan deras. Tapi kalau mati listrik satu negara bagaimana?
==========
MALANG POSCO MEDIA– Satu negara gelap gulita tanpa ada lampu dan penerangan. Senin, 28 April 2025 lalu menjadi catatan sejarah pertama kalinya negara Portugal tanpa listrik. Bagaimana panik dan stres-nya?
Setelah menikmati long weekend santai, warga Portugal disambut kepanikan di hari Senin. Sebagian sekolah baru mulai kembali beraktivitas setelah libur panjang memperingati Paskah. Pagi hari anak-anak berangkat sekolah seperti biasa. Suami saya papi Fariz sudah meeting di ruang kerjanya yang kebetulan mengambil WFH. Saya masih bisa menikmati jalan pagi di taman setelah mengantar dua anak kami, DoubleZ sekolah. Kenyamanan hari Senin mendadak berubah pada pukul 11.30 WEST (West European Summer Time) atau pukul 17.30 WIB.
Saya yang baru saja duduk untuk charge HP tiba-tiba mendengar bunyi “tiiiiiit”. Suami langsung keluar dari ruangan kerja sembari berkata, “Wah, lampu mati yaa”. Nasi di rice cooker yang belum sepenuhnya hangat langsung kami santap dengan lauk bali telor yang sudah saya masak kemarin minggu malam. Sengaja masak agak banyak untuk porsi dua hari. Sambil makan kami berdua mengobrol kalau setelah ini suami akan ngungsi ke kantor dan saya akan pergi ke mall. Belum sadar tuh, dikira yang mati listrik hanya area tempat tinggal saja. Setelah buka HP langsung shock mendengar berita yang mati, SATU NEGARA PORTUGAL!!!! Bukan cuma Portugal, tapi Spanyol dan sebagian area Perancis.
Wajah semangat mau ke mall mendadak panik kecil. Kenapa bisa satu negara yang tidak punya aliran listrik. Kok bisa??!?! Kok bisa beberapa negara yang mati, ada apakah ini? Segera siap-siap antar papi Fariz ke kantor dan saya mau ke supermarket. Tiba-tiba sudah ada sliweran berita kalau tidak ada listrik selama 10 jam sampai tiga hari ke depan. Paniiik gak tuuuh? Akses internet HP saya masih nyala, tetapi baterai HP mau habis. Sedangkan HP suami sudah tidak ada akses internet. Namun kenapa suami malah pergi ke kantor, kan listrik tidak ada?
Kebetulan kantor suami memiliki daya genset cukup besar dan memiliki solar panel sendiri untuk mensupport listrik kantor. Papi Fariz memiliki agenda meeting sangat penting dengan kantor Swiss, harus tetap melakukan kewajiban bekerja karena headquarter Swiss tidak lampu mati doong, hehe. Setelah antar suami langsung ke supermarket besar terdekat. Dan ternyata lampunya masih hidup, beberapa supermarket besar dan mal memiliki genset. Dan benar sudah ada beberapa orang yang panic buying. Apakah saya ikutan juga?? Jelas IYA!!
Awal mula ke supermarket saya hanya ingin membeli roti, susu, buah, kabel charger HP dan lilin. Ternyata berakhir membeli dua pax roti tawar besar, satu pax croissant, satu pax roti coklat, pisang, apel, timun, tomat, susu coklat 3 pax (@pax: 6 botol), susu putih 6 L, air mineral 14 L, lilin besar tiga biji, senter, kabel charger, tisu roll, tisu dapur, sarden empat kaleng dan selai coklat. Sebenarnya saya orangnya panikan, melihat orang membawa satu troli penuh begitu jadi terasa tambah panik. “Apa yang harus saya beli? Apakah dengan ini kami bisa survive tiga hari tanpa listrik? Apakah perlu beli air karena tadi air juga masih nyala? Apakah beneran akan hidup tanpa listrik?” begitulah kira-kira pikiran kacau yang sedang saya rasakan. Apalagi saya sedang belanja sendiri dan takut terjadi kericuhan di supermarket. Mesin ATM sudah tidak berfungsi, saya hanya punya cash di dompet sebesar 15 Euros (Rp.287.000). Untungnya pembayaran pakai kartu masih berfungsi di supermarket.
Keluar dari supermarket langsung disambut dengan antrean panjang pengunjung yang akan masuk ke supermarket. Petugas telah membatasi pengunjung yang masuk supaya bisa berbelanja bergantian dan tidak menimbulkan ricuh di dalam. Langsung tambah panik dong saya. Perjalanan ke kantor suami masih lancar tidak ada kemacetan. Berbeda dengan Lisbon kota yang memiliki banyak traffic light maka arus lalu lintas sudah tidak terkendali dan kemacetan dimana-mana. Mengapa di Cascais tidak? Karena Cascais tidak banyak menggunakan lampu merah. Banyak sistem bunderan kecil di setiap perempatan/perlimaan yang memang bergantian berjalan. Untuk spot traffic light, polisi sudah terlihat bertugas mengatur lalu lintas.
Kereta, metro bawah tanah, tram, airport berhenti tidak beroperasi!!! Penumpang dievakuasi tanpa penerangan. Jutaan orang terdampak secara tiba-tiba. Jadwal operasi bus terganggu karena pengisian daya bensin di SPPU tutup!!! Alhamdulillah sudah sempat isi bensin setelah anter anak sekolah meskipun tidak full tank. Karena listrik mati pas jam makan siang maka hanya restoran yang memiliki tungku gas yang bisa beroperasi. Saya sudah jelas tidak bisa masak karena kompor listrik dan segala alat masak semua listrik. Untungnya sudah ada persediaan nasi di rice cooker baru tadi pagi masak dan menu makan malam. Alhamdulillah.
Alhamdulillah, guru anak-anak di sekolah sempat memberikan kabar kalau mereka baik-baik saja. Tidak perlu khawatir berlebihan dan dijemput sesuai jam pulang sekolah. Banyak terlihat warga Portugal tidak begitu panik, mereka masih bermain di taman, berjemur di pantai, menikmati bir di kafé, membaca buku di taman, dan melakukan kegiatan outdoor. Cuaca Senin itu sangaaat cerah, tidak ada mendung sama sekali. Matahari baru terbenam pukul 20.30 WEST. Sehingga orang-orang sengaja menunggu di luar sampai makan malam. Cash is a king, yang punya uang bisa survive untuk membeli makanan.
Untung apartemen kami ada di lantai empat, dengan senter HP kami jalan menuju rumah. Alhamdulillah air masih beroperasi normal, kami bisa mandi sore meskipun suhu air sekitar 15 derajat celcius. Brrrrrrr, kami tidak bisa masak air dong. Alhamdulillah sebelum matahari tenggelam kami masih bisa makan malam dengan baik. DoubleZ sibuk bermain robot dan senter baru. Sejak jam 20.00 WEST lilin sudah mulai menyala karena ruangan sudah semakin gelap. Zirco terus berdoa supaya lampu kembali nyala. Zygmund berdoa supaya bisa nonton TV lagi, hehe. Papi Fariz berdoa supaya bisa punya internet lagi di HP-nya. Hidup tanpa internet ternyata memang hampa yaa. Saya jelas berdoa supaya malam tidak tidur gelap-gelapan.
Alhamdulillah setelah 10 jam hidup tanpa listrik, tepat jam 21.30 WEST semua lampu kembali nyala. Yeeeee!!!! Semua orang di sekitar apartemen sorak sorai seperti acara tahun baru. Ada yang menghidupkan kembang api dan terompet juga. Masya Allah Alhamdulillah, bisa menikmati listrik lagi. Namun kondisi ini berbeda di masing-masing daerah. Di daerah lain masih ada yang menunggu listrik menyala hingga dini hari. Karena memang pasokan listrik bertahap mengalir. Bahkan di daerah Cascais dan Lisbon juga ada yang tidak memiliki pasokan air. Artinya No Water, No Electricity, No Internet, dan No Supermarket Open. Penderitaan masing-masing orang berbeda di masing-masing daerah.
Menurut berita yang dirilis dikabarkan terjadi adanya perubahan cuaca ekstrem di Spanyol. Sehingga mendadak ada gangguan di arus listrik. Hingga berita ini ditulis juga tidak ada kelanjutan berita lagi terkait listrik mati di dua negara besar tersebut. Warga lokal sudah “melupakan” kejadian ini yang mana kemarin beritanya penyebab akan diinvestigasi lebih lanjut. Sedangkan kami rasa perubahan cuaca juga belum terlalu ekstrem. Belum memasuki musim panas yang benar-benar panas. Doanya hanya satu semoga hal ini tidak terjadi lagi di Portugal. Pada keesokan harinya kondisi sudah kembali normal, supermarket sudah aman lagi, kegiatan sekolah dan bekerja tetap berjalan lancar.
Ternyata di beberapa negara lain seperti Swiss, Belanda, Jerman, Swedia, dan Norwegia, pemerintahnya mengimbau kepada warganya agar menyiapkan “paket darurat” yaitu persediaan makanan, air, selimut hangat, uang tunai, perlengkapan kebersihan, senter, serta obat-obatan untuk tiga hari. Mereka mengumumkan ini beberapa bulan lalu. Tidak ada penjelasan maksud lebih detail hanya berstatus mengimbau saja. Jaga-jaga kalau ada bencana alam, situasi kritis, atau konflik bersenjata.
Tak lama dari Blackout Portugal dan Spain ternyata disusul dengan Blackout Bali pada Jumat pekan kemarin. Sekitar 5 – 6 jam Bali tidak mendapatkan asupan energi listrik dari pukul 16.00 WITA. Pemadaman ini disebabkan oleh gangguan pada kabel bawah laut yang menghubungkan sistem kelistrikan Bali dengan Pulau Jawa, yang merupakan sumber utama pasokan listrik di Bali. Karena tidak ada listrik, maka support air yang menggunakan pompa listrik juga tidak bisa. Internet pun juga mati. Hampir sama dengan di Portugal. Listrik dan air kita anggap remeh selama ini karena ketersediaannya melimpah. Nyatanya tanpa listrik dan air, hidup kita pun hampa. Stres dan overthinking datang bersamaan. Belum lagi yang memiliki anak. Mereka rewel kepanasan saja sudah buat si ibu keluar tanduk singa, haha. Semoga kasus blackout seperti ini tidak terjadi lagi. Pabrik berbasis energi fosil harus tetap ada sebagai cadangan. Karena nyatanya untuk membangkitkan pabrik renewable energy juga membutuhkan listrik. Apalagi saat membangkitkan pertama kali, itu butuh daya besar. Kalau tidak dari pembangkit fossil fuel mau dapat energi dari manaa?? Stay safe everyone, mulai siapkan “paket darurat 72 jam” di masing-masing rumah. (opp/van)
-Advertisement-.