spot_img
Monday, January 20, 2025
spot_img

MBG Direalisasi, Omzet Kantin Sekolah Melorot

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA– Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bikin pengusaha kantin sekolah terpukul. Omzet mereka melorot. 

Seperti di  kantin yang ada di SDN  03 Kepanjen. Guru SDN 03 Kepanjen, Fredy Fajar Pristiwanto menjelaskan di kantin sekolah ada dua pedagang terdiri dari pedagang makanan berat seperti nasi lalapan dan nasi pecel. Pedagang satunya menjual makanan ringan.

Dampak dari adanya program MBG sama seperti sekolah-sekolah lainnya.

“Seperti yang di berita-berita kemarin,  semua sekolah yang dapat makan bergizi otomatis pendapatan kantin menurun, terutama nasi,” kata Fredy.

“Kalau makanan ringan anak-anak (SDN 03 Kepanjen) masih membeli. Tapi memang untuk nasi,  omzet kantin menurun. Hari ini (kemarin) pedagang nasi full tidak jualan. Diganti sama buah,” sambungnya.

Pihak sekolah telah berkoordinasi dengan pedagang nasi. Kalau tidak laku atau tidak habis, dapat menitip jualan berupa makanan ringan agar pemasukan terus berjalan.

Fredy menambahkan bila siswa kelas bawah yakni kelas satu dan dua menyisakan sayur bagian dari menu MBG. Sebab, siswa di kelas bawah ini  tidak terbiasa memakan sayur sehingga tidak dimakan.

“Rata-rata di kelas kecil, tidak mau makan sayurnya. Karena memang mereka tidak terbiasa. Anak kecil ini kan macam-macam, jadi ada yang bisa makan sendiri di rumahnya atau mereka mau makan kalau disuap sama orang tua,” tambah Fredy.

Tidak hanya pedagang kantin SDN 03 Kepanjen yang terdampak, namun enam pedagang di SMPN 02 Kepanjen juga mengalami hal serupa.

Seperti diberitakan Malang Posco Media sebelumnya. Erwin Bakrudin salah satu pedagang yang telah berjualan empat tahun di SMPN 2 Kepanjen mengaku mengalami dampak adanya program MBG.

“Jadi biasanya saya masak nasi lebih dari lima kilo untuk dijual. Sekarang dua kilo aja gak habis,” ujarnya sembari menyampaikan jualan nasi pecel, telur kremes.

Sementara itu Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Pendidikan Dasar Disdikbud Kota Malang Muflikh Adhim mengatakan program MBG  membawa pengaruh yang cukup besar, khususnya terhadap aktivitas kantin sekolah.

“Dampaknya pasti ada, tergantung dari produk yang dijual di masing-masing kantin. Kami memperkirakan imbasnya bisa mencapai 50 persen dari penjualan biasanya,” ujar Adhim kepada Malang Posco Media.

Ia mengatakan, untuk saat ini tercatat ada sebanyak 398 sekolah SD dan SMP di Kota Malang. “Direncanakan memang semua sekolah khususnya di jenjang SD hingga SMP, akan melaksanakan program tersebut,” sebutnya.

Sehingga diperkirakan akan ada ratusan kantin sekolah yang akan terdampak. Namun, tentu hal ini dikatakannya tidak dapat dilihat dari satu sisi sudut pandang saja.

Ia juga menambahkan bahwa hingga saat ini Disdikbud Kota Malang belum menerima petunjuk teknis (juknis) dari kementerian atau lembaga berwenang terkait pelaksanaan program MBG. Khususnya mengenai program tersebut juga mencakup pemberian makanan gratis untuk guru atau tidak.

“Kami masih menunggu juknis dari Kementerian untuk memastikan detail pelaksanaannya, termasuk apakah guru juga akan menerima manfaat program ini,” tambah Adhim.  

Plt Kepala SMPN 3 Malang, Drs Teguh Edy Purwanata mengapresiasi program MBG. Menurut dia,  program tersebut sebagai upaya mendukung kesehatan dan asupan gizi siswa.

Menurut Teguh, program ini berpotensi memberikan dampak positif pada pola konsumsi siswa.

“Dengan adanya MBG, kualitas asupan siswa akan menjadi lebih baik. Orang tua kemungkinan besar tidak akan mengurangi uang saku anak, sehingga siswa tetap memiliki kesempatan untuk jajan di kantin,” ujarnya.

Ia menambahkan keberadaan kantin sekolah tetap penting, terutama bagi siswa yang belajar dari pagi hingga sore.

“Meskipun ada MBG, kantin tetap dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan jajan dan minum siswa. Bahkan siswa yang biasanya tidak jajan mungkin mulai membeli makanan di kantin,” katanya.

Teguh juga menekankan pentingnya pengawasan terhadap kualitas jajanan di kantin. Ia berharap program MBG ini dilaksanakan secara berkelanjutan dengan evaluasi rutin untuk memastikan dampak positif, baik bagi siswa maupun lingkungan sekolah.

“Kualitas jajanan harus dipantau dan dikontrol agar tetap sehat dan mendukung kebutuhan gizi siswa,” jelasnya. (den/rex/hud/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img