spot_img
Wednesday, January 15, 2025
spot_img

Mediamorphosis Koran

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Sugeng Winarno
Dosen Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Muhammadiyah Malang

          “Koran akan mati.” Ah, itu kata mereka yang hanya bisa menebak-nebak. “Koran akan gulung tikar.” Itu juga dugaan dari mereka yang bernada pesimis. “Digitalisasi suntik mati koran.” Itu juga anggapan orang yang sempit perspektif, mainnya kurang jauh. Buktinya, koran yang sedang anda baca ini masih tetap eksis. Koran Malang Posco Media (MPM) masih tetap tegar di tengah hantaman gelombang digitalisasi. Di saat media lain pada tiarap hingga ada yang sekarat, ternyata derita itu tidak untuk koran MPM.

          Boleh jadi, Philip Meyer (2004) dalam bukunya “The Vanishing Newspaper: Saving Journalism in the Information Age” memprediksi koran akan mati pada tahun 2043. Tapi itu masih prediksi, tidak pasti. Karena sejatinya koran sebagai bagian dari pers tak boleh mati.

          Sebagai salah satu pilar demokrasi, koran tak boleh mati. Jika koran mati, maka demokrasi tak ada lagi penjaganya. Sebagai “anjing penjaga” demokrasi, koran harus tetap eksis. Untuk itu, melawan senjakala koran adalah harga mati.

Mediamorphosis Koran

          Istilah mediamorphosis diperkenalkan oleh Roger Fidler dalam bukunya “Mediamorphosis: Understanding New Media” pada tahun 1997. Mediamorphosis mengacu pada proses adaptasi dan konvergensi media lama ke dalam format media baru, serta pengaruh timbal balik antara media tradisional dan media baru. Konsep ini menggambarkan transformasi atau evolusi media dari satu bentuk ke bentuk lain seiring perkembangan teknologi dan perubahan dalam cara masyarakat berinteraksi dengan informasi.

          Kehadiran media baru (new media) tak sepenuhnya menggantikan media lama, melainkan hidup berdampingan dan saling melengkapi. Sebuah perusahaan koran cetak juga menyajikan beragam produk jurnalismenya dalam versi digital.

          Seperti yang dilakukan koran MPM, selain terbit dalam versi koran tercetak, ada juga versi e-paper dan website. MPM juga bisa ditemui di beberapa platform media sosial (medsos) seperti Twitter (X), Instagram, YouTube, dan aneka platform lain.

          Selain keberagaman penggunaan platform medianya, diversifikasi produk jurnalismenya juga muncul dalam beragam rupa, seperti infografis, podcast, laporan investigasi, dan beberapa bentuk lain. Aneka konten itu selanjutnya dengan gampang bisa dibagikan (shareable) oleh sesama pengguna media digital. Maka, jadilah berita yang awalnya dimuat di koran bisa jadi viral di beragam platform digital. Koran MPM berhasil melakukan sinergi ini dengan apik demi memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat.

          Dalam versi digital, koran MPM memungkinkan elemen interaktif seperti video, audio, dan grafik interaktif yang tidak ada dalam versi cetak. Cara ini dapat memberikan pengalaman membaca yang lebih kaya dan mendalam. Pembaca MPM sekarang dapat berinteraksi aktif dengan berita melalui komentar, berbagi di medsos, dan berkontribusi konten. Model interaksi ini mampu mengubah dinamika antara penerbit dan audiens, menjadikannya lebih partisipatif dan dua arah (two way traffic communication).

          Media dalam versi digital sejatinya tak ada lagi batasan wilayah geografis. Dengan versi digital, koran MPM dapat menjangkau khalayak global tanpa batasan wilayah. Ini membuka peluang untuk memperluas basis pembaca dan meningkatkan dampak.

          Boleh jadi koran MPM tagline-nya “Asli Korane Arek Malang”, namun aksesibilitas koran ini telah mengglobal. Ini yang kata Marshall McLuhan (1962) bahwa digitalisasi telah menjadikan kita berada di kampung yang global (global village).

Uses and Gratifications

          Teori Uses and Gratifications adalah pendekatan dalam studi komunikasi dan media yang fokus pada bagaimana dan mengapa individu menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Dalam konteks koran, teori ini dapat membantu menjelaskan motivasi dan kepuasan yang diperoleh pembaca. Intinya, koran kalau mau tetap eksis maka tak ada cara lain selain memenuhi apa yang menjadi kebutuhan (uses) dan kepuasan (gratifications) khalayaknya.

          Di saat pilihan akses pada media semakin banyak dan terbuka, di sinilah masyarakat dihadapkan situasi harus memilih. Karena bebas memilih, maka khalayak biasa memilih apa yang mereka butuhkan. Dari sisi pengelola media, termasuk koran, membaca apa yang menjadi kebutuhan khalayak adalah hal penting. Dengan mengetahui dan menyajikan informasi yang dibutuhkan maka khalayak akan memperoleh kepuasan.

          Seperti kepuasan pembaca koran MPM versi cetak, bisa jadi pengalaman membaca koran secara fisik, sentuhan kertas, dan ritual pagi baca koran sambil minum teh atau kopi akan membawa kepuasan tersendiri. Selain itu, pada koran tercetak juga mampu menciptakan kepuasan estetis lewat tata letak visual dan desain koran cetak. Kepuasan menikmati koran tercetak inilah yang menjadikan media ini masih menjadi pilihan bagi banyak orang.

          Kepuasan juga muncul melalui akses pada multi-platform. Pembaca MPM dapat menggunakan kombinasi media cetak dan digital untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka, termasuk akses cepat ke berita dan konten yang lebih mendalam.

          Uses and Gratifications membantu memahami bagaimana koran cetak memenuhi berbagai kebutuhan dan keinginan pembaca. Koran cetak masih relevan karena kemampuannya dalam menawarkan informasi yang mendalam, hiburan, pendidikan, dan kepuasan sosial.

          Dengan memahami Uses and Gratifications, koran cetak dapat lebih tepat memenuhi berbagai kebutuhan pembacanya sehingga tetap relevan dan menarik di tengah lanskap media yang terus berubah. Adaptasi ini memungkinkan koran cetak tetap eksis dan memastikan keberlanjutan hidupnya dalam jangka panjang. Koran MPM telah melakukan semua itu. Selamat Ultah koran MPM. Panjang Umur.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img