Muda berkarya, melestarikan tari tradisional. Itu dilakukan Millania Dionita Sari. Perempuan 23 tahun ini menampilkan
Tari Beskalan asli Malang di berbagai daerah. Ini dilakukannya di tengah kesibukan menjalankan usaha kerajinan tangan, Diocraft.
=====
Tari bagi Milla, sapaan akrab Millania Dionita Sari bukan dunia baru. Sejak masih TK sudah menari. Berawal dari perasaan suka, minatnya mulai tumbuh. Di sekolah ia mengikuti ekstrakurikuler tari.
“Kemudian saya mulai banyak berlatih gerakan tari. Karena saya asli Malang, saya sangat suka Tari Beskalan, yang merupakan asli Malang,” cerita alumnus SDN Tanjungrejo 3 Kota Malang.
Makin pandai dan gemulai menari, Milla pun tampil di depan publik. Sejak tahun 2012, ia sudah sering tampil di berbagai kegiatan di Malang. Baik acara budaya, karnaval hingga pagelaran dari sanggar tari di beberapa tempat di wilayah Malang Raya.
“Sampai di tahun 2016, saya tampil di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dalam kegiatan mewakili Malang. Setelah itu, saya sering tampil mulai dari kegiatan kampus, hingga penyambutan tamu VIP di jajaran pemerintahan daerah,” terangnya.
Jiwa penari yang kuat dalam diri seorang Milla, membuatnya aktif mengajak generasi muda menjaga kelestarian tari tradisional. Mulai dari mengajak untuk menyemarakkan sanggar, dan aktif publikasi di berbagai media sosial.
“Mengajak masyarakat aktif mengikuti sanggar tari, dan mengunggah kegiatan-kegiatan tari yang ada di wilayah Malang. Ini menjadi opsi agar banyak orang yang akhirnya tetap sadar, bahwa memang seni tari patut dilestarikan dan dihargai,” jelasnya.
Oleh sebab itu, kerap kali Milla juga menjadi pengajar ke sanggar-sanggar. Ia lakukan secara gratis. Selain dunia tari, Milla juga memiliki hobi unik. Yakni aktif membuat kerajinan tangan.
Bahkan, kerajinan itu berhasil membuatnya mengantongi keuntungan secara ekonomis. Hasil buah tangan dingin itu, ia namai Diocraft. Diambil dari suku kata nama tengahnya, untuk mengenalkan bahwa itu adalah murni hasil karyanya.
“Awalnya ini di tahun 2020, saat pandemi Covid-19, membuat saya berhenti bekerja di salah satu bioskop. Kemudian, saya membuat beberapa kerajinan, awalnya untuk diberikan ke orang-orang terdekat saya. Kemudian, banyak permintaan masuk,” ungkap Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Merdeka (Unmer) Malang, itu.
Ternyata, dunia seni yang digelutinya sejak kecil membawa dampak positif, dengan selalu berpikir kreatif. Beberapa kerajinan tangan ia hasilkan, mulai dari buket, bunga kertas, balon, snack dan masih banyak lainnya.
Dari sekian buah tangan Milla, buket ini menjadi favorit para pelanggan Diocraft. “Di luar dugaan saya, Diocraft bisa sangat berkembang. Dampaknya bisa membantu saya dalam menyelesaikan kuliah. Karena masih berkembang, untuk rata omzet bulanan di kisaran Rp 3 juta, tergantung permintaan,” bebernya.
Kini, selain aktif mempromosikan dan menyuarakan tari tradisional, ia juga aktif membantu usaha UMKM di sekitarnya. Dia menawarkan jasa membantu mempromosikan produk UMKM, secara gratis khususnya melalui media sosialnya.
“Selain menjalankan usaha, saya juga membantu orang di sekitar saya yang membutuhkan bantuan. Khususnya untuk mempromosikan usahanya. Sembari aktif membantu di sanggar tari, saat ada kegiatan,” kata kelahiran Desember 1999 ini.
Ia berharap tari tradisional ini semakin diminati masyarakat, seperti sebelumnya. Selain itu, bagi generasi muda untuk tidak pernah patah semangat.
“Selalu berkarya dengan segala kemampuan dan keterampilan, yang bisa dipelajari dari siapapun dan di manapun. Karena kita harus selalu berusaha dan berkarya, untuk diri dan masa depan kita sendiri,” pesannya. (rex/van)