Pesantren Mahasiswa Al-Hikam pelopor pesantren khusus mahasiswa. Pesantren yang berlokasi di Jalan Cengger Ayam Kota Malang ini menginginkan terwujudnya kesatupaduan antara ilmu pengetahuan dan agama secara utuh.
Dengan semangat kepemudaan, KH Ahmad Hasyim Muzadi mendirikan Pesantren Mahasiswa (Pesma) Al-Hikam Malang. Mendapatkan pesan dari KH Anwar Nur Bululawang, bahwa nantinya mendirikan sebuah pondok pesantren yang mengusung konsep membuat kompos.
Pengasuh Pesma Al-Hikam KH Mohammad Nafi’ mengatakan ada akulturasi ketakwaan religi dengan disiplin keilmuan. Inilah yang dibangun Pesma Al-Hikam, menjadi rumah belajar ilmu agama bagi mahasiswa.
“Di awal semangat kami untuk membina adik-adik mahasiswa agar kelak nanti ketika terjun ke masyarakat menjadi seorang yang pintar dan berbekal Bismillah. Seperti membuat kompos, dari sebuah hal yang bernilai kurang menjadi hal yang lebih bermanfaat. Seperti dawuh (menyuruh) Kiai Anwar Nur Bululawang kepada Almarhum KH Ahmad Hasyim Muzadi,” terangnya.
Sejak berdiri 30 tahun lalu, sudah banyak mahasiswa lulusan Pesma Al-Hikam yang terjun ke masyarakat dengan integritas lebih. Pasalnya pembinaan kehidupan seorang yang memiliki latar belakang pelajar dari berbagai disiplin keilmuan.
“Mereka ini kan visinya kami bentuk layaknya kompos yang menggemburkan tanah. Namun, sebuah keilmuan itu dasarnya tetap akhlak. Karena ilmu hasil dari akal budi manusia, ditambah dengan landasan Bismillah, diharapkan akan sangat bermanfaat saat menasuki dunia karir,” lanjutnya.
Di kehidupan santri Pesma Al-Hikam dibiasakan membentuk integrasi keilmuan dan keagamaan. Seperti arti kata Al-Hikam yang berasal dari Himah dalam bentuk jamak, yang berarti bijaksana atau sisi baiknya.
Untuk mewujudkan hal itu, proses pembelajaran dikemas dengan metode khusus. Dan ini kemudian dikembangkan dengan berlandaskan tiga motto.
Seperti makna sebelumnya, bahwa seseorang harus menjadi bijaksana. Selain itu, dari mewujudkan amaliyah agama dan prestasi ilmiah, serta membangun kesiapan hidup.
“Seluruh desain pendidikan, baik in class maupun out class, harus mengusung tiga motto tersebut. Menjadi sarjana harus memiliki integritas. Integeritas keislaman harus dikandung oleh sosok sarjana baik ilmu sains maupun cabang keilmuan lainnya. Serta menjadi orang yang berbakti, bermanfaat dalam kehidupan masyarakat,” lanjut Kyai Nafi’.
Pesma Al-Hikam merupakan media dan ruang bagi mahasiswa untuk mengaktualisasikan ilmu yang telah dipelajari. Pesantren bisa menjadi ruang gerak untuk mahasiswa mengaktualisasikan diri.
“Ruang aktualisasi diri, namun tetap dengan iklim pesantren. Kerangka berpikir harus dibentuk, agar seimbang dan proporsional. Satu hal yang kami pedomani bersama, beda tidak harus bertentangan. Harus ada transformasi, dengan membentuk akhlak dan menjadi akhlakul karimah,” jelasnya. (rex/van/bersambung)