MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Gerakan Urban Farming yang digalakkan Pemkot Malang bersama dengan TP PKK Kota Malang terus digalakkan. Urban farming sebagai salah satu penguatan ketahanan pangan di lahan pertanian yang sangat terbatas di perkotaan.
Kepada Malang Posco Media Ketua TP PKK Kota Malang Widayati Sutiaji menjelaskan konsep urban farming yang beberapa tahun terakhir diterapkan di Kota Malang dinilai dapat diimplementasikan di daerah-daerah lain.
“Karena ternyata tidak sedikit daerah lainnya yang juga punya masalah lahan terbatas seperti Kota Malang. Program urban farming di Kota Malang bisa dilakukan dengan tidak membebani APBD dan juga dapat mempengaruhi angka penurunan stunting,” jelas Widayati.
Ia menjelaskan sepanjang 2022 ini, Pemkot Malang melalui TP PKK Kota Malang bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI). Dalam bentuk CSR nya, BI juga berpartisipasi dalam pengendalian inflasi pangan (volatile food) dengan memberi bantuan sarana prasarana pengembangan Urban Farming.
Kerjasama dan sinergi ini pun berlanjut hingga saat ini. Maka dari itu, lanjut Widayati, sinergi lintas instansi seperti ini akan terus dilakukan untuk pengembangan daerah.
“Gerakan Budidaya Bunga Telang juga kita lakukan dengan kolaborasi bersama Bank Jatim. Bibit hingga pupuk disalurkan ke masing-masing kelurahan di 57 kelurahan. Dan alhamdulilah berkembang terus,” pungkas Widayati.
Di sektor pertanian juga menjadi perhatian khusus Pemerintah Kota Malang. Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji bersama dengan Wakil Wali Kota Malang Ir. H. Sofyan Edi Jarwoko melakukan ubinan di persawahan Jalan Pelabuhan Ketapang Kelurahan Bakalan Krajan Kecamatan Sukun, Selasa (13/12) kemarin, untuk mengetahui jumlah produksi padi di Kota Malang.
Berdasarkan hasil ubinan yang dilakukannya, Sutiaji mengatakan jumlah produksi padi di Kota Malang cukup besar dan bisa memberi manfaat atau keuntungan kepada petani.
“Sampling tanah dari 1 hektar itu dapatnya 10,5 ton. Kemudian, hitung hitungnya, dengan harga Rp 5 juta per kuintal berarti ada (total) Rp 55 juta. Kami hitung lagi, bersihnya itu dapat Rp 4 juta sampai Rp 5 juta dibagi 4-5 bulan, sudah kami hitung semua biayanya hingga tenaga kerjanya,” terang Sutiaji.
Perlu ada inovasi untuk sekarang mampu 10,5 ton per hektar, mudah mudahan ke depan bisa sampai 12 ton. Dengan meningkatnya produktifitas, itu maka isu krisis pangan tidak perlu dirisaukan lagi meski di luar negeri memang telah banyak yang merasakannya. Disamping inovasi pertanian itu, Pemkot Malang melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Malang juga memberikan berbagai bantuan untuk meningkatkan produktifitas para petani. (ica/aim)