Oleh: Irma Novita Sari, S.Pd
Guru SMP Islam Sabilillah Malang
Hidup dan tumbuh dengan diiringi semakin canggihnya teknologi dan perubahan sosial yang begitu cepat, memang menjadi salah satu tantangan besar bagi para pendidik di dunia. Saat ini, para pendidik dihadapkan pada generasi baru yang memiliki cara belajar, berkomunikasi, dan berinteraksi yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.
Generasi Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2010 adalah kelompok yang paling terdampak oleh perkembangan teknologi. Mereka tumbuh di era digital, di mana informasi dapat diakses dengan mudah dan cepat, serta media sosial menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
Hal ini menjadi salah satu tantangan bagi seluruh pendidik. Dengan istilah lain menjadi salah satu penuntut para pendidik untuk bisa beradaptasi kembali dan mengembangkan lagi metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik Generasi Z ini.
Salah satu penelitian yang relevan dengan topik ini adalah “Understanding Generation Z: How They Think, Learn, and Communicate” yang dilakukan oleh McCrindle Research pada tahun 2019. Penelitian ini mengkaji cara berpikir, belajar, dan berkomunikasi dari Generasi Z, serta perbedaan signifikan dibandingkan dengan generasi sebelumnya, seperti Milenial.(McCrindle Research, 2019).
Menjadi seorang pendidik yang berhadapan langsung dengan generasi Z ini, tentunya perlu banyak bekal dan cara yang tepat agar tetap sinkron dengan cara belajar dan pola belajar bagi siswa generasi Z. Berikut ini adalah bab-bab yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam menghadapi siswa generasi Z.
Memahami Karakteristik Generasi Z
Mengapa pendidik perlu memahami karakteristik generasi Z? Bagaimana jika pendidik tidak memahami karakteristik generasi Z dalam proses pembelajaran di kelas?. Nah sekilas kita pasti berwondering dengan pertanyaan-pertayaan tersebut. Jawabannya adalah pasti sangat perlu bagi seorang pendidik itu memahami karakteristik dari generasi Z karena kenapa?
Ya dikarenakan Generasi Z dikenal sebagai digital natives. Digital natives maksudnya adalah di mana mereka tidak hanya menggunakan teknologi, tetapi juga menganggapnya sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Mereka tumbuh dengan internet, media sosial, dan perangkat mobile yang mengubah cara mereka berinteraksi, berkomunikasi, dan belajar.
Salah satu ciri utama dari generasi ini adalah kemampuan mereka untuk mencari informasi dengan cepat. Mereka terbiasa dengan konten visual dan interaktif, sehingga gaya belajar yang monoton dan berbasis ceramah tidak lagi menarik bagi mereka.
Nah, kalau pendidikan tidak memahami karakteristik generasi Z, pastinya akan sangat berpengaruh terhadap jalannnya proses pembelajaran. Pertama, hasil belajar yang buruk. Kedua pendekatan antar pendidik dan juga siswa yang kurang efektif. Ketiga kurang menciptakan lingkungan yang menarik. Apabila pendidik tidak memahami hal tersebut, maka jalannya pembelajaran tidak akan sempurna.
Keterampilan Sosial dan Emosional
Keterampilan sosial dan emosional ini sangat perlu dipahami oleh pendidik jika sedang menghadapi siswa Generasi Z. Disadari atau tidak siswa Generasi Z sering kali mengalami kesulitan dalam interaksi sosial. Mengapa bisa disebut demikian? Karena adanya ketergantungan mereka pada komunikasi digital. Oleh karena itu, penting untuk mengintegrasikan kegiatan yang mendorong keterampilan sosial dalam proses pembelajaran.
Kegiatan Kolaboratif. Seorang pendidik tentunya harus pro-aktif dalam mengadakan kegiatan yang mendorong kerja sama tim dan interaksi antar siswa di dalam kegiatan pembelajaran, seperti diskusi kelompok atau proyek kolaboratif. Hal ini sangat dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih baik ke depannya.
Pembelajaran Empati. Seorang pendidik perlu mengajarkan siswa tentang empati dan kesadaran sosial terhadap dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Hal ini dapat membantu mereka menjadi individu yang lebih baik.
Pendidik dapat menggunakan studi kasus atau simulasi untuk membahas isu-isu sosial yang relevan, sehingga siswa dapat memahami perspektif orang lain. Dengan demikian, lambat laun siswa akan lebih mampu memahami bentuk empati terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Peran Orang Tua dan Organisasi
Kolaborasi antara pendidik dengan orang tua maupun dengan organisasi ini ternyata juga sangat penting dalam mendukung pendidikan Generasi Z. Pendidik harusnya perlu berkomunikasi secara aktif dengan orang tua tentang tujuan dan harapan pendidikan ke depannya, serta memberikan saran tentang cara mereka dapat terlibat dalam proses belajar anak-anak mereka. Selain itu, melibatkan organisasi dalam kegiatan pendidikan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih kaya bagi siswa.
Ketiga hal di atas perlu sekali menjadi bekal bagi pendidik dalam mendidik generasi Z saat ini. Menjadi pendidik yang berhadapan langsung dengan Generasi Z adalah tugas yang menantang tetapi sangat bermanfaat. Apakah susah? Tentu tidak, hal ini akan terasa sangat mudah apabila pendidik mampu sadar dan juga mau untuk memahami karakteristik dan kebutuhan unik generasi ini.
Pendidik dapat mengadaptasi berbagai macam metode pengajaran mereka agar lebih relevan dan efektif untuk siswa. Integrasi teknologi dalam prose kegiatan belajar mengajar di kelas, penggunaan pembelajaran berbasis proyek, dan pengembangan keterampilan sosial serta emosional adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif.
Sebagai pendidik perlu menyadari bahwa pendidikan untuk siswa bukan hanya tentang mentransfer ilmu pengetahuan yang kita miliki kepada mereka. Akan tetapi, pendidik harus menyadari juga tentang bagaimana cara membekali siswa dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk menghadapi dunia yang dari tahun ke tahun terus berubah. Hal ini disebabkan karena pendidik memiliki peran kunci dalam membimbing siswa menjadi individu yang siap menghadapi tantangan di masa depan. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat membantu Generasi Z mencapai potensi terbaik mereka.(*)