Dirikan Sabtu Membaca di Sudut Taman Slamet Kota Malang
Hariyono atau akrab dengan sebutan Cak Pendek terus bersemangat. Meski tak tamat sekolah di jenjang SMP, namun cita-cita mulianya untuk membumikan literasi bagi semua kalangan terus membara.
MALANG POSCO MEDIA – Berangkat dari sudut Taman Slamet, Gading Kasri, Klojen Kota Malang, Hariyono atau akrab dengan sebutan Cak Pendek mulai berbagi dan membumikan literasi untuk semua kalangan.
Latar belakang pendidikan yang hanya tamatan sekolah dasar tidak menghentikannya untuk terus berbagi dan membiasakan literasi. Sasarannya beragam, tidak hanya para mahasiswa, anak-anak yang jalan-jalan dengan orang tuanya ketika weekend di Taman Slamet ataupun semua masyarakat yang ada disana.
Ia menceritakan kepada Malang Posco Media, mulai senang membaca ketika dulu menemukan buku terkait dengan Genosida. Kecintaannya dengan buku mulai terbangun dari sana.
“Saya ini hanya tamatan SD, SMP tidak lulus. Dulu ketemu sama buku tema genosida di dunia saat SMP, dari sana muncul rasa penasaran-penasaran, akhirnya membuat saya tertarik untuk mencari sumber bacaan lainnya,” tutur pria yang menyukai buku Sejarah itu.
Tahun 2000, ia sempat bekerja untuk menjaga warung internet (Warnet), mulai dari sana ia banyak mengakses banyak bacaan-bacaan yang membuka khazanah pengetahuannya. Kebanyakan koleksinya berkenaan dengan teks-teks sejarah, serta buku-buku karya dari Tan Malaka.
Kebiasaan membaca buku itu terus ia nikmati, bahkan sampai dengan saat ini. Ia biasa melakukan diskusi dengan para mahasiswa atau di tongkrongan warung kopi bersama dengan anak-anak muda. Semangatnya membumikan literasi itu diwujudkan, salah satunya dengan mendirikan Sabtu Membaca.
“Tidak ada kepikiran gimana-gimana awalnya, tiba-tiba tercetus saja mendirikan perpustakaan gratis dalam program Sabtu Membaca. Itu saya dirikan tahun 2017 lalu, bersama dengan adik saya Prita Yulianti yang kala itu sedang berkuliah di UM,” ceritanya.
Sabtu Membaca bisa dikatakan komunitas ataupun program perpustakaan gratis yang memfasilitasi masyarakat untuk membaca. Bukunya beragam, bacaan untuk anak-anak, akademis, filsafat sampai dengan novel-novel. Ia menggelar tikar di salah satu sudut di Taman Slamet Klojen Kota Malang.
“Kebetulan karena saya suka membaca, dan sedikit-sedikit sudah mendapatkan manfaat dari membaca. Melalui Sabtu Membaca ini sekaligus mengkampanyekan untuk membiasakan membaca. Mari kita tularkan membiasakan diri untuk membaca,” ucapnya.
Taman Slamet dipilih karena dari berbagai tempat yang sebelumnya sudah di survei, Taman Slamet inilah yang paling nyaman. Suasana yang sejuk, tenang dan jauh dari jalan raya sangat cocok untuk membaca.
Nama Sabtu Membaca diambil karena perpustakaan gratis tersebut hanya ada di hari sabtu. Ketika ditanya mengapa hari Sabtu, menurutnya pada hari tersebut banyak masyarakat yang memiliki waktu luang lebih banyak dan biasanya menghabiskan waktu bersama dengan keluarga untuk jalan-jalan, salah satunya mengunjungi taman kota.
“Awalnya yang mengelola saya dengan adik saya ini, semakin ke sini banyak teman yang gabung. Akhirnya banyak yang menemani, ada teman-teman mahasiswa yang datang. Bantu dan nongkrong di sini, kadang diskusi kecil-kecilan,”imbuhnya.
Berawal dari koleksi pribadi, sampai dengan saat ini setidaknya ia memiliki lebih dari 1.000 buku koleksi. Buku-buku itu kebanyakan hasil sumbangan dari mahasiswa ataupun masyarakat yang peduli terhadap literasi. Buku-buku itu juga yang ia bawa setiap Sabtu saat membuka ruang Sabtu Membaca. Biasanya ia mengangkut buku-buku yang beragam genre itu dengan gerobak yang ditarik dengan motor Vespa miliknya.
“Intinya saya ingin bermanfaat saja, berbagi ilmu. Karena dengan membaca ini banyak keuntungan yang bisa didapatkan. Kita lihat tidak usah jauh-jauh, di Malang saja minat membaca itu sangat rendah. Padahal membacakan jendela dunia, bisa membuka wawasan. Saya berusaha untuk dapat membiasakan masyarakat Malang untuk membaca,” tandasnya (adm/aim)