.
Thursday, December 12, 2024

Menafsir Aspirasi Kaum Milenial

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Mengacu kepada data yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), dimana pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 nanti terdapat sebanyak 204.807.222 Daftar Pemilih Tetap (DPT). Menariknya, dari Jumlah 204.807.222 pemilih tersebut, sebanyak 66.822.389 (33,60 persen) merupakan suara pemilih dari generasi milenial dan sebanyak 46.800.161 pemilih (22,85 persen) merupakan suara pemiliha dari Generasi Z.

Generasi milenial adalah sebutan untuk orang yang lahir pada 1980 hingga 1994, sementara Generasi Z (Gen-Z) merujuk pada orang yang lahir antara tahun 1995 hingga 2000-an. Jika diakumulasikan, maka jumlah total pemilih dari kelompok Generasi Milenial dan Generasi Z mencapai 113.622.550 juta pemilih (55,48 persen).

Sisanya, sebesar 44,52 persen pemilih berasal dari tiga generasi, yakni: Generasi X (lahir antara 1965-1979), Generasi Baby Boomer (lahir antara 1944-1964), dan Generasi Pre-Boomer (lahir sebelum 1944).

Mengingat jumlah pemilih dari generasi muda, yakni generasi milenial dan generasi Z jumlahnya cukup dominan, maka kelompok ini tentu saja sangat potensial untuk dijadikan bidikan dalam meraih suara di Pemilu 2024. Oleh karena itu tentu saja para kandidat dan tim sukses pasangan Capres-Cawapres 2024 harus berusaha mengatur strategi dalam meraih simpati dan dukungan dari kelompok generasi muda ini.

Meraih simpati generasi muda dalam pemilu 2024 akan menjadi hal yang penting, mengingat peran mereka sangat menentukan dalam membentuk masa depan bangsa dan Negara yang tangguh. Barangkali ada beberapa strategi yang perlu diperhatikan oleh pasangan Capres-Cawapres dan para tim suksesnya agar mendapatkan dukungan dan simpati dari generasi muda dalam Pemilu 2024 nanti.

Pertama, Pemahaman akan isu-isu generasi muda.  Adalah penting untuk memahami isu-isu yang paling penting bagi generasi muda, seperti pendidikan, lapangan kerja, lingkungan, kesehatan mental, dan hak asasi manusia. Calon-calon dan partai politik harus berfokus pada isu-isu ini dan menunjukkan komitmen mereka dalam mengatasi masalah-masalah ini.

Kedua, Optimalkan komunikasi digital. Generasi muda adalah pengguna aktif media sosial dan internet. Calon-calon dan partai politik harus memanfaatkan platform-platform digital untuk berkomunikasi dengan generasi muda. Kampanye media sosial yang kreatif dan penggunaan platform seperti YouTube, Instagram, dan Twitter dapat membantu mencapai audiens muda.

Ketiga, Pelibatan aktif generasi muda. Calon-calon dan partai politik harus melibatkan generasi muda dalam proses politik. Ini bisa melibatkan mereka dalam diskusi dan pengambilan keputusan, serta menciptakan ruang bagi mereka untuk menyuarakan pandangan dan ide-ide mereka.

Keempat, Melakukan edukasi politik. Penting untuk meningkatkan pemahaman generasi muda tentang sistem politik dan proses pemilu. Program-program edukasi politik dan diskusi publik dapat membantu meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya berpartisipasi dalam pemilu.

Kelima, Mengusung Calon Muda. Memiliki calon muda dalam daftar calon Pemilu dapat membantu menarik perhatian generasi muda. Calon-calon muda dapat lebih dekat dengan pengalaman dan pandangan generasi muda, sehingga mereka dapat lebih mudah terhubung.

Keenam, Melakukan kampanye yang jujur dan transparan: Transparansi dan kejujuran dalam kampanye dan tindakan politik sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan generasi muda. Calon-calon dan partai politik harus berkomitmen untuk menjadi transparan dalam janji dan tindakan mereka.

Ketujuh, Menciptakan inovasi dalam pembuatan kebijakan. Generasi muda seringkali melihat masa depan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan kebijakan-kebijakan inovatif yang relevan dengan masa depan yang diinginkan oleh generasi muda.

Kedelapan, Memfasilitasi partisipasi. Membuat proses pemilu dan partisipasi politik lebih mudah diakses dan dimengerti oleh generasi muda, termasuk registrasi pemilih online dan pemungutan suara elektronik jika memungkinkan.

Kesembilan, Mendengarkan dan menerima masukan. Generasi muda harus merasa didengar dan memiliki pengaruh dalam proses politik. Mendengarkan masukan mereka dan meresponsnya dengan serius dapat membangun kepercayaan dan simpati. Kesepuluh, Berkomitmen pada keberlanjutan. Keterlibatan dalam isu-isu keberlanjutan, seperti perubahan iklim, juga dapat menarik perhatian generasi muda yang seringkali peduli akan masa depan planet.

Strategi ini harus didukung oleh tindakan nyata dan komitmen yang kuat dari calon-calon dan partai politik. Memahami bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam pembentukan masa depan negara dan berinvestasi dalam meraih dukungan mereka adalah kunci untuk kesuksesan dalam pemilu 2024.

Hasil Survey

Dalam memahami dan menafsir aspirasi generasi muda (Generasi Milenial dan Gen-Z) pada Pemilu 2024, penulis mencoba melakukan survey sederhana dengan responden survey adalah para mahasiswa UMM. Survey dilakukan dengan menggunakan aplikasi  google form yang disebarkan kepada para mahasiswa melalui group whatsapp mata kuliah.     Masa pengisian google form pada hari Minggu, tanggal 5 November 2023, dari jam 10-00 wib sampai jam 17.00 wib. Terdapat 182 responden mahasiswa yang merespons pertanyaan yang diajukan dalam google form tersebut. Salah satu pertanyaan penting dalam google form tersebut adalah “Jika Pemilu 2024 diikuti oleh tiga pasangan Capres-Cawapres, yakni: Pertama, pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar; Kedua, Pasangan Ganjar Pranowo dan Mahpud MD; dan Ketiga, pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming, maka siapakah yang akan saudara pilih?       Hasil survey menunjukkan pilihan mahasiswa sebagai berikut. Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (12,60 persen), Ganjar Pranowo dan Mahpud MD (5,50%), dan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming (58,20 persen). Sementara terdapat sebesar 23,60 persen yang belum menentukan pilihin alias masih ragu-ragu.

Dari hasil survey ini, tampak bahwa aspirasi generasi muda pada Pemilu 2024 nanti jika ditetapkan hanya ada tiga pasangan Capres-Cawapres maka pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming menjadi pilihan dominan mereka. Penulis mencoba secara kualitatif menanyakan kepada salah satu responden atau subjek terkait alasan mengapa memilih pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming.

Alasannya adalah tertarik dengan sosok Prabowo Subianto yang dianggap memiliki ketulusan dan kesungguhan dalam memajukan Indonesia. Faktor Gibran Rakabuming ternyata bukan faktor yang menarik bagi para generasi muda (mahasiswa). Mohon maaf ini adalah survey sederhana yang tentu saja banyak kelemahannya.(*)Top of Form

Top of Form

Top of Form

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img