spot_img
Thursday, October 17, 2024
spot_img

Menambah Kapasitas Diri

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA– Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) selalu jadi topik dinamis. Bahkan bisa panas kalau tak dikelola secara baik.  Awak media harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang liputan Pilkada. 

Saya Widya Amalia, fotografer di Malang Posco Media (MPM) juga bertugas mengawal liputan Pilkada. Memperpanjang jarak pandang melalui lensa kamera untuk menangkap momen dramatis pasangan calon wali kota merupakan  hari-hari saya.

- Advertisement -

Apalagi liputan dan pemberitaan Pilkada di MPM menjadi  salah satu atensi. Tak sekadar memberitakan aktivitas paslon, tapi setidaknya liputan memberi pendidikan politik bagi pemilih.  Semuanya dalam koridor menjaga demokrasi.  Pun, sebagai fotografer, saya tak kalah pusingnya. Foto selalu sensitif. Orang bisa marah karena framing foto. Bisa jadi yang tertangkap orang itu nampak sedih padahal dia sedang Bahagia.  Pemilu bak wajan penggorengan yang selalu panas dengan minyak mendidih dalamnya. Sebagai fotografer seumur jagung, saya kerap khawatir. Bagaimana bila integritas saya dalam mengawal pemilu dipertanyakan. Integritas itu penting. 

Suatu waktu belum lama ini,  koordinator liputan (korlip) MPM  Ira Ravika, mengirim pesan melalui WhatsApp  (WA). “Sesuai arahan Pak Pemred, ikuti giat ini ya,” tulisnya dalam pesan WA yang dikirim kepada saya.

Agak kaget, tiba-tiba surat tugas sudah dicetak dengan nama saya di dalamnya. Oh, ternyata saya harus ikut kegiatan Media Gathering yang yang diselenggarakan Bawaslu  Kota Malang. Acara ini menghadirkan banyak awak media, membuka kesempatan tidak hanya untuk memperluas wawasan terkait peran media dalam pemilu, tetapi juga memperkuat koneksi di antara sesama jurnalis.

Kegiatan tersebut berlangsung di Zam Zam Hotel and Convention, Kota Batu, mulai 25-27 September 2024 lalu.

Hari pertama dimulai dengan diskusi yang sangat mendalam mengenai pengaruh media dalam penyelenggaraan pemilu. Panitia juga memutar film The Post, yang menggambarkan kisah The Washington Post dalam menyajikan kebenaran soal peran Amerika Serikat dalam perang Vietnam.

Di hari kedua, suasana lebih santai dan penuh kebersamaan. Pagi-pagi benar kami dijemput dan di antar ke lapangan Coban Rondo. Acara outbound kemudian berlangsung ramai, dilanjutkan dengan bermain airsoftgun.

Menurut saya, aktivitas ini tidak hanya mengasah keterampilan kerja sama, tetapi juga menjadi kesempatan untuk saling mengenal lebih dalam dengan awak media lain.

Tak kalah pentingnya, kegiatan seperti ini meningkatkan pemahaman saya. Yakni tentang liputan Pilkada. Setidaknya menambah kapasitas. Karena liputan Pilkada tak sekadar memberitakan. Harus ada nilai maupun pesan yang disampaikan. Setidaknya memberitakan fakta dengan tetap memperhatikan proses demokratisasi. Produk jurnalistik harus mencerahkan.

 Menjelang malam, acara dilanjutkan dengan gala dinner yang menjadi puncak keakraban. Dalam suasana yang hangat, kami berbagi cerita dan pengalaman di dunia jurnalistik. Saya menyadari betapa pentingnya menjaga hubungan baik antar sesama insan pers, karena di balik setiap berita yang kami sajikan, terdapat nilai-nilai kebersamaan dan tanggung jawab.

Kegiatan ditutup dengan sarapan dan tentu saja berpamit ria. Saya tidak menyadari bahwa hiruk pikuk di lapangan ketika kami berlomba menyajikan produk jurnalistik, kadang menghilangkan kesadaran bahwa kami merupakan manusia biasa. Tak banyak waktu bagi kami untuk duduk dan bercengkrama, dalam kegiatan inilah saya baru merasakannya. Barangkali dalam perjalanan pulang, kekhawatiran saya kemudian tidak ada lagi. (wid/van)

- Advertisement -
spot_img
spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img