Wednesday, September 24, 2025
spot_img

Menangis Saat Anak Kecil Minta Doa Bisa Sekolah Lagi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

AKP Totok Hariyanto yang Dijuluki ‘Ustadz Polisi’

Melindungi dan mengayomi masyarakat sudah menjadi tugas polisi sehari hari. Namun ada polisi yang melengkapi tanggungjawab dalam hidupnya kepada masyarakat. Menjadi polisi sekaligus menjadi ustadz dan dai. Membagi ilmu, memimpin pengajian dan menerangi hati serta rohani masyarakat.

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Dialah Ajun Komisaris Polisi (AKP) Totok Hariyanto. Sehari-harinya, ia selalu disapa Ustadz Polisi. Perwira polisi ini aktif bersafari religi, mengisi ilmu agama pada masyarakat Kota Malang, sebagai ‘obat’ hati untuk membangun karakter masyarakat madani.

Anggota Polresta Malang Kota asal Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing Kota Malang ini, di waktu senja selalu menyempatkan untuk berkeliling berbagi ilmu. Melepas seragam Polri-nya, berganti menjadi jubah dan busana muslim, Ustadz AKP Totok menjalankan peran lainnya. Sebagai guru ngaji, penyejuk batin, sekaligus ‘Abah’ bagi warga sekitar.

Bagi masyarakat di lingkungannya, AKP Totok bukan sekadar aparat penegak hukum. Ia adalah sosok yang bisa diandalkan saat kondisi sedih maupun bahagia. Ia selalu hadir dan memberikan solusi terbaik. “Kalau untuk sampai saat ini, yang paling sering adalah mediasi rumah tangga, baik rekan-rekan polisi atau masyarakat umum. Selain itu, banyak masyarakat yang membutuhkan modal untuk usaha kecil. Sering saya bantu (uang, red) pribadi,” ujarnya.

Perjalanan AKP Totok dalam kegiatan keagamaan dan sosial bermula dari tugas administratif di bagian Binrohtal dan keperluan nikah anggota Polri. Awalnya ia hanya bertugas mencatat, mendampingi, atau memfasilitasi. Namun suatu ketika, ia diminta mendampingi seorang Bhayangkari senior yang tengah menghadapi masalah rumah tangga.

“Saya sempat ragu, apakah saya mampu. Tapi saya jalani. Dari situ saya merasa panggilan itu datang. Bukan dari instansi, tapi dari hati,” ungkapnya sembari mengenang masa itu.

Sejak saat itu, ia memberanikan diri untuk aktif memberikan pendampingan rohani, bahkan hingga ke kalangan tahanan dan masyarakat umum. Ia tidak hanya mengajar membaca Al Quran, tetapi juga menanamkan nilai kehidupan. Menanamkan rasa sabar, ikhlas, dan bertanggung jawab kepada masyarakat.

Panggilan sosial dari hatinya kian menguat. Bahkan, sosok Abah bagi masyarakat ini, di luar tugas institusi, kerap melakukan tindakan nyata membantu ekonomi warga sekitar. Tanpa banyak bicara, seketika dirinya menyumbangkan modal hingga Rp 7 juta kepada pengurus RT.

Ia menyebutkan hal itu dilakukan agar bisa membantu warga membuka usaha kecil. Mulai dari jualan kue, bakso, hingga ternak lele. “Saya ingin mereka punya harapan hidup. Saya tahu rasanya dihimpit ekonomi. Kalau bisa bantu, ya bantu sampai tuntas,” kata pria berusia 55 tahun itu.

Disiplin, bagi Totok, bukan hanya semboyan. Ia menjalaninya setiap hari, termasuk dalam ibadah dan menjadi sosok yang bisa diteladani oleh para anak muda baik di lingkungan masyarakat maupun institusi. “Saya tidak pernah ingin dinilai dari pangkat. Saya ingin dari hati bagaimana saya hadir saat dibutuhkan,” ujar alumnus SMAN 7 Malang ini.

Tak hanya itu, sosoknya yang membaur dengan masyarakat juga makin dikenal. Itu karena setiap malam Jumat, ia rutin memimpin pengajian di rumahnya. Selain sebagai wadah meningkatkan iman dan taqwa, juga tempat para pemuda berkumpul, bertukar pikiran, dan mendapatkan semangat hidup baru.

Meskipun jarang diketahui masyarakat, sosok AKP Totok yang nyata menunjukkan pengabdian terbaik untuk masyarakat, juga berprestasi. Di bidang non-operasional, dirinya ternyata berhasil menyabet berbagai predikat luar biasa.

Ustadz Totok pernah menyabet Juara MTQ tingkat Polda Jatim, Juara lomba Khatib Jumat tingkat Polda Jatim, Juara pidato pendek TNI-Polri tingkat Jawa Timur dan turut membantu Polresta Malang Kota Penerima penghargaan IKPA terbaik dari KPPN Malang. Namun, prestasi-prestasi itu tak pernah ia pamerkan. “Saya hanya ingin terus belajar. Selama masih bisa bermanfaat, saya akan jalan terus,” ucapnya sederhana.

Satu momen yang tak pernah ia lupakan adalah ketika bertemu seorang anak kecil yang menjual tisu di perempatan lampu merah. Anak itu tak meminta uang, hanya berkata kepadanta.  ‘’Doakan saya ya, Pak Polisi, biar bisa sekolah lagi. Waktu itu saya menangis. Rasanya hancur. Ini anak tidak minta uang, tapi minta doa. Itu artinya dia percaya sama saya,” pungkasnya haru.(rex/lim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img