Inspiring Ramadan
Anak bukan hanya hadir sebagai buah cinta. Tapi anak juga dapat menyadarkan orang tua dari perbuatan salah. Hal ini juga yang dialami Daniel Trigustama. Pria 41 tahun ini berhenti dari jalan gelapnya dunia hitam setelah dia teringat pada putri mungilnya.
“Saya tidak tahu lagi jika tidak ada anak, mungkin sampai sekarang saya masih di dunia hitam,’’ katanya mengawali cerita.
Dani sapaan akrab Daniel Trigustama sangat bersyukur. Pasalnya sang anak menyadarkannya. Bahkan sekarang, tidak hanya meninggalkan dunia hitam, seperti narkoba, miras dan perkelahian. Tapi dia juga mulai belajar agama Islam secara aktif. Juga mengikuti kegiatan – kegiatan keagamaan. Dani pun aktif di Majelis Dzikir yang diasuh Gus Hisa Al Ayubi, pengasuh Pondok Pesantren IQ Darul Hidayah (Yatim Piatu & Dhuafa) Jalan Bareng Kartini 3/G Kelurahan Kauman, Kota Malang.
Selain itu, Dani dan sang istri yaitu Okta Rika pun aktif dalam kegiatan Jumat Barokah sejak 2022 lalu. Yaitu memberikan makanan untuk warga tidak mampu di hari Jumat. “Kalau Jumat barokah, kami memasak makanan sendiri. Kemudian kami bagikan sendiri. Jumlahnya tidak banyak, sekitar 25 bungkus sampai 50 bungkus. Kami bagikan kepada warga tidak mampu, seperti penyapu jalan, orang yang mengambil sampah, penggayuh becak dan lainnya,’’ urainya.
Dani mengenal dunia hitam sejak SMP. Saat mulai mengonsumsi obat-obatan (pil koplo) dan minuman keras. Itu karena merasa tidak diperhatikan oleh keluarganya. “Saya minum boat (sebutan pil koplo) dan miras itu untuk pelarian saja. Karena efek dari keduanya saya tenang, dan nyaman,’’ katanya.
Awalnya Dani minum satu sampai tiga butir saja sehari. Namun kian lama dosisnya terus bertambah. Sampai 10 butir sekali minum. Obat yang dikonsumsi pun tidak satu merek. Tapi beberapa merek. Itu dilakukan untuk mendapatkan efek yang tenang lebih lama.
Seiring waktu, dan terus menerus mengonsumsi obat, Dani kecanduan. Badannya akan lemas saat tidak mengonsumsi obat. Dia juga mudah marah dan tidak tenang.
“Saat mengonsumsi obat, saya juga minum-minuman keras. Entahlah, dulu sama sekali tidak berpikir, efeknya bisa over dosis. Karena saat itu yang saya inginkan adalah merasa tenang, nyaman dan bahagia,’’ ungkap warga Polowijen ini.
Sampai dia lulus SMP dan masuk SMA. Kebiasaan mengonsumsi pil koplo dan obat terus berlanjut. Dosisnya juga bertambah. “Waktu SMA saya mulai kenal sabu-sabu (jenis narkoba). Ada teman yang mengenalkan,’’ katanya.
Dia terbuai dengan nikmat benda terlarang itu. Terbukti, yang awalnya hanya ikut-ikutan, Dani mulai berani patungan untuk membeli narkoba. Bahkan sekali waktu dia membeli dan menggunakan sendiri sabu-sabu. “Untuk mendapatkan uang saya kerap kali ikut teman. Jadi apa ya, kadang belain teman yang dibuli di sekolah, terus saya dapat uang. Ya begitulah. Yang jelas sepanjang saya mengonsumsi narkoba, orang tua waktu itu tidak tahu,’’ katanya.
Dani pun mengaku semakin lama semakin masuk lembah hitam. Pengaruh narkoba, minuman keras dan pil koplo kian membawanya jauh ke jurang. Namun demikian pria kelahiran Surabaya 3 Agustus 1983 ini tak kunjung sadar.
“Pernah suatu ketika saya kehilangan kesadaran. Saya lupa semuanya. Lupa dengan keluarga lupa pada diri saya sendiri, ya pokoknya lupa semuanya,’’ katanya.
Kendati begitu, bukannya kapok Dani sebaliknya semakin menjadi-jadi. Yaitu mengonsumsi obat 12 butir sekali minum, ditambah minum minuman keras dan narkoba.
Pengaruh narkoba dan miras itu membuat dia kadang kehilangan akal dan mudah emosi. Ia sering berkelahi saat kondisinya sedang mabuk. Akibatnya masuk penjara tahun 2002 lalu karena perkelahian. “Waktu itu sudah ikut ujian akhir SMA. Menunggu kelulusan. Tapi pas mabuk saya tersinggung. Kemudian berkelahi. Selanjutnya saya masuk penjara,’’ kata pria berkulit kuning langsat ini.
Dani tidak menceritakan berapa lama dia dipenjara saat itu. Tapi yang jelas, begitu keluar ia melanjutkan aktivitas kelamnya. Tetap mengonsumsi pil koplo, minuman keras dan sabu-sabu.
Bahkan setelah menikah pun belum bisa berhenti. Masih terus mengkonsumsi pil koplo, minuman keras dan sabu-sabu. “Tadinya saya ingin berhenti saat sudah berkeluarga. Tapi entahlah, mungkin karena belum waktunya. Sangat sulit waktu itu,’’ katanya.
Begitu juga saat sang buah hatinya hadir, dia belum juga sadar. Mash terus mengonsumsi barang haram itu.
“Sampai kemudian tahun 2013 lalu, saya kembali ditangkap. Kali ini kasusnya narkoba. Saya ditangkap dengan beberapa teman dan kembali masuk jeruji besi,’’ ungkapnya.
Saat di dalam tahanan inilah, Dani mulai sadar, Dia mulai mengingat anak semata wayangnya.
“Entahlah waktu itu malam-malam, tiba-tiba saya teringat anak. Saya sangat rindu,’’ kata Dani yang mengatakan saat itu usia anaknya baru dua tahun. Dari kerinduan itulah, Dani mulai berpikir jernih. Dia berjanji pada dirinya untuk tidak lagi mengonsumsi barang haram. “Waktu itu saya berpikir bagaimana masa depan anak, dia pasti malu jika saya sering dipenjara. Disitulah saya berjanji berhenti mengonsumsi narkoba,’’ katanya.
Janji itu ditepati. Setelah keluar penjara, dia tidak lagi mengonsumsi narkoba. Sebaliknya, untuk mengalihkan keinginannya itu, Dani memilih minuman keras. “Tidak bisa langsung hilang. Saya masih merasa ingin. Tapi ya itu karena janji, dan untuk menghilangkan keinginan itu saya ‘minum’. Itu bisa lupa, karena setelah minum saya tidur,’’ ucapnya.
Seiring mulai berjalan baik, tapi masalah lain muncul. Dani mulai kerap cek cok dengan sang istri. Dia tidak menjelaskan apa penyebabnya. Yang jelas tahun 2020 lalu bercerai. Dani merasa terpuruk. Saat itu dia kalut. Sempat terpikir untuk kembali ke lembah hitam dengan mengonsumsi barang haram. Namun demikian, itu tidak sempat dilakukan, karena dia sudah berteman dengan orang-orang baik.
“Saya bersyukur, karena teman-teman yang memberikan dukungan, saya kuat menghadapi semuanya. Saya juga mempelajari agama Islam. Membaca bukum tentang agama, dan kerap ikut kajian-kajian Islam,’’ katanya.
Dani mengaku dirinya lahir dengan agama kristen. Tapi tahun 2020 tertarik mempelajari Islam. Dia sendiri tidak paham awalnya, tapi karena dikelilingi teman-teman beragama Islam dan Islam memiliki ajaran yang sangat baik sehingga dia tertarik untuk belajar.
“Terus saya dekat dengan teman wanita yang saat ini menjadi istri. Saya kian tertarik dengan Islam, jadi tahun 2022 lalu saya mualaf. Saya mengucapkan dua kalimat syahadad di Masjid Baitul Makmur. Gus Hisa yang mengislamkan saya,’’ katanya.
Begitu masuk Islam, dia pun semakin bahagia. Telah meninggalkan dunia hitam. Juga semakin dengan dengan Allah SWT.
Dani aktif dalam kajian-kajian yang digelar di Pondok Pesantren IQ Darul Hidayah maupun di masjid-masjid atau tempat lain. Melalui kajian-kajian itu, dia terus belajar.
“Aktif juga di Majelis Dzikir ‘Cangkrukan’ yang ketuanya Sam Ambon. Saya juga membaca buku untuk mengetahui Islam lebih dalam,’’ tambah pria yang kesehariannya bekerja di bidang ekspedisi ini. Saat ini Dani juga bercita-cita untuk bisa mengaji. Dia mengatakan tidak malu, meskipun usianya sudah lebih dari 40 tahun tapi belajar huruf hijaiyah.
“Intinya saya ingin terus dan terus berbuat baik. Saya ingin dekat dengan Allah SWT. Berusaha untuk menjalankan kewajiban sebagai umat Islam seperti salat lima waktu juga berpuasa,’’ tandasnya. (ira/van)