Beberapa waktu lalu, ada kegiatan Pelatihan Konselor Keluarga yang digelar Kementrian Agama Kota Malang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Malang. Dalam pelatihan yang berlangsung tiga hari itu (25-27 Oktober 2022), peserta mendapat informasi bahwa kasus perceraian di Kota Malang sangat memprihatinkan. Pada tahun 2021, ada lebih dari 2000 perceraian di Pengadilan Agama. Sementara di Kabupaten Malang, kasusnya sampai delapan ribuan pertahun.
Informasi yang disampaikan para pemateri, diantara faktor penyebab perceraian paling banyak adalah ekonomi dan pertengkaran suami istri. Ekonomi seringkali dijadikan kambing hitam adanya keretakan rumah tangga. Ditambah dengan pertengkaran akibat kesalahfahaman. Dan, manakala sudah masuk ke Pengadilan Agama, sangat sedikit sekali yang bisa dimediasi untuk tetap bersama mempertahankan rumah tangga.
Merenungi permasalahan tersebut, kenapa banyak rumah tangga yang ekonominya bermasalah dan sering terjadi keributan dan pertengkaran. Jawaban dari permasalahan ini terdapat pada ayat 132 surat Thaha, yang artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”
Dalam Kitab At-Tafsir Al-Munir karya Syekh Wahbah az-Zuhaily, diuraikan bahwa ayat ini meskipun khitab (perintah)nya untuk Rasulullah Saw, namun perintah itu juga berlaku untuk ummat beliau. Ayat tersebut mengingatkan kita bahwa tugas utama pemimpin keluarga diantaranya adalah memerintahkan anak dan istrinya untuk beribadah, utamanya salat. Juga bersabar dalam menjaga dan memelihara shalat.
Seorang hamba, jika dia sudar benar-benar menegakkan salatnya sesuai dengan yang diperintahkan, maka dia juga akan menjaga dan tekun mengerjakan urusan agama yang lainnya. Jika dia berani menyia-nyiakan salat, maka dia juga akan berani menyia-nyiakan perintah agama yang lainnya.
Kemudian Allah (memberitahukan) tentang jaminan rezeki, agar perhatian kepada rezeki atau usahanya mengejar rezeki tidak sampai melalaikan beliau dari tugas menegakan salat. Allah berfirman; “Kami-lah yang memberi rezeki kepadamu,” maksudnya rezekimu menjadi tanggungan Kami. Kami yang menanggung sebagaimana Kami bertanggung jawab atas rezeki bagi semua makhluk. Maka orang yang mempeng melaksanakan perintah Kami dan sibuk dengan mengingat Kami sudah tentu Kami lebih menjamin rezekinya).
Artinya, ketika rezeki atau ekonomi keluarga kita bermasalah, kita harus merenenung. Bisa jadi diakibatkan kelalaian kita dalam beribadah. Utamanya salat. Atau akibat kekeliruan kita tidak mengajak dan memerintahkan anggota keluarga kita untuk melaksanakan salat.
Imam At-Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan hadits qudsi dari Sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, Allah Swt berfirman, “Wahai anak Adam, fokuslah kalian dalam beribadah kepada-Ku, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan rasa cukup dan menutupi kefakiranmu. Dan jika kamu tidak melakukan itu, aku akan memenuhi hatimu dengan berbagai kesibukan, dan Aku tidak akan menutupi kefakirannmu”.
Kita harus menata visi, obsesi dan orientasi hidup kita, termasuk keluarga kita. Anak dan menantu kita juga harus sama-sama menata orientasi hidupnya. Karena visi, obsesi dan orietasi hidup keluarga kita benar, maka akan berbuah keberkahan keluarga. Sebaliknya, jika visi, obsesi dan orientasi hidup sudah salah, maka jangan heran jika hidupnya dan kehidupan keluarganya juga bermasalah. Visi, obsesi dan orientasi yang benar yaitu hidupnya untuk keselamatan dan kebahagiaan akhirat.
Diriwayatkan dari sahabat Zaid bin Tsabit bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang dunia menjadi tujuan atau orientasi (hidup)nya maka Allah akan mencerai beraikan urusannya dan menjadikan kefakiran di hadapan matanya. Dan dia tidak akan memperoleh rezeki dunia, kecuali apa yang sudah ditetapkan untuknya. Dan barangsiapa yang akhirat menjadi orientasinya, maka Allah akan menyatukan (memudahkan) urusannya, menanamkan rasa cukup dalam hatinya dan dunia datang serta tunduk kepadanya”. (HR. Ibnu Majah).
Hadits ini menjadi sentilan yang sangat mengena kepada kita. Betapa kondisi kehidupan rumah tangga kita juga disebabkan visi dan orientasi serta sikap hidup sebagai hamba Allah. Kalau ibadah kita mempeng, insyaallah ekonomi dicukupi, hati akan ayem, keluarga anteng, dan keluarga dijauhkan dari masalah. Dengan begitu, insyaallah keluarga pun akan harmonis, jauh dari pertengkaran apalagi perceraian. Wallahu a’lam. (*)