MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Jika Arema FC merasa tidak beruntung. Maka sebaliknya, kemenangan 0-1 Persija adalah sebuah keberutungan. Benarkah demikian? Ya, untuk pengobat luka, penenang diri, peredam emosi, bolehlah kita benarkan.
Fakta di lapangan hijau Stadion Kanjuruhan, Minggu (28/8) malam, Arema FC terlihat banyak memiliki peluang. Mulai dengan kadar emas, perak hingga perunggu alias peluang biasa-biasa saja, tak ada satu pun yang berbuah gol. Peluang tetaplah hanya sebuah peluang.
Sedikitnya ada enam peluang bagus dimiliki Arema FC. Diantaranya tendangan Adam Alis membentur tiang gawang, Ilham Udin Armaiyn berhadapan dengan kiper Andritany, dan sundulan Sergio Silva. Upaya membuat gol di babak kedua pun kandas di tengah performa apik kiper Persija.
Nah, kembali soal keberuntungan. Apakah benar, performa bagus Andritany itu hanya sebuah keberuntungan? Satu gol Persija lewat kaki Krmencik menit 45 dengan memperdaya Sergio dan Maringa, apakah itu juga sebuah keberuntungan?
Pastinya pelatih Arema FC, Eduardo Almedia meradang dengan hasil tersebut. Dia merasa timnya sudah bermain bagus dan mengontrol pertandingan. Banyak memiliki peluang, tapi tidak bisa menang. Menurutnya kekalahan itu hasil yang tidak fair bagi Arema FC.
Termasuk tekanan yang diberikan Aremania kepadanya. Seperti usai laga sebelumnya, Arema FC bisa menang 4-2 dari Rans Nusantara FC, Almeidia masih mendapat kritikan. “Sepak bola itu kadang bagus, kadang tidak,” ungkap Almeida menilai tekanan yang diterimanya.
Jujur, permainan Arema FC lawan Persija itu lebih bagus dibanding saat lawan Rans Nusantara. Sudah saya tulis sebelumnya. Meski menang, Arema FC masih mendapat kritik dengan permainan itu. Kebetulan lawan yang dihadapi tidak bermain bagus.
Berbeda saat lawan Persija, sudah main bagus, tapi Arema tidak bisa menang. Lawannya lebih bagus. Setidaknya dari hasil akhir, Persija tidak kebobolan dan justru mampu menjebol gawang Singo Edan yang dikawal kiper sekelas Maringa. Pemain terbaik Piala Presiden 2022.
Mungkin karena merasa sudah bermain bagus, Almeida tidak mau mundur, meski tekanan Aremania kembali menguat. #Almeidaout. Manajemen Arema pun juga dalam posisi sulit untuk memecat pelatih itu. Kalau acuannya, performa tim masih dinilai cukup bagus.
Ya, alasan yang simpel adalah kurang beruntung itu. Adam Alis contohnya, menit 11 dapat peluang emas. Bola hasil tendangannya mengenai tiang, dan memantul kembali ke arah Andritany. Ini Adam Alis yang tak beruntung, atau dianya memang kurang tajam. Bisa diperdebatkan.
Termasuk kemana pemain lain saat Adam Alis itu menciptakan peluang? Tidak ada yang menyambar bola mental. Atau peluang Ilham Udin yang tinggal berhadapan dengan Andritany. Apakah ini dikatakan si Ilham juga tidak beruntung? Menurut saya, dia kurang tenang.
Lebih tepat lagi, dia kurang percaya diri ‘hadapi’ Andritany. Kiper Persija ini adalah kapten tim. Performanya sebagai penyelamat terakhir jadi pertaruhan. Sebagai kiper berpengalaman, rasanya itu bukan hasil untung-untungan, bisa melakukan beberapa penyelamatan.
Kalau bicara peluang, Persija juga sebenarnya bisa saja cetak gol lebih dari dari satu. Artinya, kalah menang, tidak serta merta dari faktor keberuntungan. Buktinya, Arema FC diuntungkan main di kandang dengan ribuan pendukung, tetap saja kalah.
Memang ada istilah keberuntungan dalam sepakbola. Namun saya mengacu dari keterangan seorang mantan pelatih Timnas, keberuntungan itu diciptakan dari latihan. Artinya, tim itu sendiri yang menciptakan keberuntungan. Melalui latihan dan persiapan yang matang.
Kalau ada masalah dengan finishing touch, ya diperbaiki dan terus diperbaiki, agar lebih maksimal dalam menyelesaikan peluang. Pun kalau ada masalah dengan pertahanan, ya diperbaiki dan dicarikan solusinya. Di semua lini, bisa disiapkan keberuntungannya.
Kalau pertandingan adalah ulangan dari hasil latihan, ya begitulah hasilnya. Kalau tak memiliki standart tinggi, hasil pertandingan mengacu dari latihan. Semua kembali kepada sang juru taktik. Pelatih yang memimpin latihan. Pelatih yang menyiapkan formasi dan skema bermain.
Kalau kalah karena kalah taktik strategi. Kalau kalah karena kalah kualitas latihan dan persiapan. Kalau kalah karena formasi pemain tidak maksimal. Jangan bilang kurang beruntung. Karena semua itu harusnya sudah dipersiapkan sebelumnya. Ya, keberuntungan untuk menang. (*)