MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Bersemangat jadi suporter Arema FC saat menjamu Persebaya, pada 1 Oktober lalu ternyata berakhir dengan tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan. Padahal inginnya mendapat hiburan selepas mengerjakan semua tugas di kantor. Berikut lanjutan catatan wartawan Malang Posco Media, Ira Ravika yang berada di tribun VIP saat kejadian.
Mendadak jadi Aremanita. Itulah yang saya rasakan saat itu. Saya sengaja menonton langsung derbi Jatim tersebut. Jadi pendukung Singo Edan, saya pun menggunakan atribut Arema lengkap dengan syal Aremania.
Sebelumnya saya sudah berkoar untuk melihat langsung pertandingan Arema FC melawan Persebaya tersebut. Kepada teman-teman saya mengatakan ingin melihat langsung di Stadion Kanjuruhan. Termasuk kepada Pemred Malang Posco Media Mas Halim, sejak Senin (26/9) saya izin agar bisa melihat langsung. Mas Halim mengizinkan menonton dengan syarat pekerjaan saya selesai.
Entahlah, waktu itu saya sangat bersemangat. Tidak ada perasaan apapun, selain hanya ingin melihat langsung duel klasik tersebut. Keinginan menonton langsung di stadion pun saya sampaikan kepada Cak Buari, Redaktur Arema Sport. Cak Bu pun bersemangat, dan menjanjikan tiket VIP kepada saya.
Singkat cerita, saat itu saya berangkat dari rumah sekitar pukul 10.00. Karena saya harus hunting mencari berita lebih dulu. Di tas ransel yang saya bawa telah terisi atribut Arema FC, syal dan celana pendek, yang akan saya gunakan menonton bola.
Sekitat pukul 14.00, setelah hunting saya ke kantor. Saya semangat mengetik. Sekitar pukul 15.00, Cak Buari menghampiri saya untuk memberikan tiket VIP. Wajah saya pun sumringah. Tekat menonton langsung semakin bulat. Saya juga bilang kepada Cak Buari akan duduk di tribun Media. Bahkan jika saya dipersulit, meminta Cak Buari menjemput di pintu tempat para penonton VIP masuk. Cak Buari pun mengiyakan. Sehingga membuat saya semakin bersemangat.
Hingga akhirnya pukul 16.00. Saatnya rapat redaksi. Saya pun ikut rapat tersebut. Rapat untuk membahas proyeksi halaman. Beberapa redaktur pun bertanya. Termasuk Mas Halim Pemred Malang Posco Media keberadaan saya masih di kantor padahal sudah izin nonton Arema di Stadion Kanjuruhan. Seketika itu saya jawab. Saya berangkat setelah semua pekerjaan saya selesai. Ya apapun, saya harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang sudah 21 tahun ini saya geluti. Sebagai wartawan.
Alhasil pukul 18.00, semua berita yang saya peroleh hari itu selesai. Saya pun bergegas ganti pakaian dan berpamitan kepada redaktur halaman Kabupaten Pak Marga, redaktur halaman Batu Pak Nugroho dan Mas Halim. Beberapa teman Layout juga saya pamiti.
Mereka pun berpesan agar saya hati-hati. Tidak hanya di stadion, tapi juga di jalan. Itu karena saat berangkat kondisi langit mendung dan gerimis embun. Cuaca petang itu saya abaikan. Niat saya bulat, berangkat ke stadion untuk melihat Arema FC melawan Persebaya.
Ini di luar dugaan. Saya tidak menyangka karena jalan raya saat itu sangat padat. Di Jalan Raya S Supriyadi, saya terjebak macet yang cukup panjang. Yang membuat saya harus bolak-balik melihat jam. Macet terjadi karena meningkatnya volume kendaraan menuju Stadion Kanjuruhan. Di simpang tiga Kacuk juga ada pengalihan arus. Banyak polisi yang melakukan pengaturan lalulintas.
Meskipun sempat ngedumel dalam hati, namun macet yang terjadi tak menyurutkan niat untuk menonton di Stadion Kanjuruhan. Sekitar pukul 19.00 saya sampai di Kepanjen. Dan saya kembali terjebak macet. Mulai dari Jalan Panji depan Kantor DPRD Kabupaten Malang kendaraan sudah sangat padat.
Sampai akhirnya saya sampai Stadion Kanjuruhan. Disitu saya melihat puluhan ribu sulporter. Tak lama setelah parkir motor saya berjalan. Menuju pintu masuk VIP. Tiket gelang saat itu belum saya pakai. Sampai akhirnya petugas di pintu masuk memerintahkan saya memakai.
Sekali lagi, saya tidak memiliki perasaan apapun. Masuk stadion, awalnya saya ingin ke tribun media. Tapi niat itu saya urungkan, dan memilih mendekat rombongan Wakil Bupati Didik Gatot Subroto yang saat itu juga menonton.
Setelah mendapatkan tempat duduk saya menghubungi Cak Buari untuk memberitahu bahwa saya sudah duduk di tribun VIP tak jauh dari tempat duduk Wabup. Laga pun dimulai. Saya menikmati jalannya pertandingan. Saya kembali menghubungi Cak Buari, apakah mau saya buatkan berita soal pak Wabup yang, datang, langsung mendukung Arema FC. Cak Buari mengiyakan.
Wawancara saya lakukan dengan pak Wabup. Orang nomor dua di Pemerintah Kabupaten Malang inipun meladeni setiap pertanyaan yang saya ajukan sembari menonton laga. Hingga peluit panjang berakhir ditiup wasit. Saya masih berada di tribun VIP.
Saya melihat suporter turun dari tribun setelah pemain Arema FC membuat bundaran di tengah lapangan. Selanjutnya terjadi petistiwa memilukan itu. (Ira Ravika/bua/bersambung)