INSPIRING RAMADAN
MALANG POSCO MEDIA- Mengenal dunia Punk di Malang sejak kelas satu SMA, tahun 1998 lalu. Kini Musthofa Kamal hijrah dan syiar kebaikan kepada teman-teman Punk yang ada di Malang. Baginya, jalanan merupakan sekolah yang ada sisi baik dan buruk. Tinggal ingin belajar seperti apa.
Kehidupan Musthofa Kamalsejak hijrah dari jalanan sebagai anak Punk tahun 2009 lalu merupakan doa dari orangtuanya. Saat ini Ia lebih dekat dengan ulama dan sering ikut ngaji di salah satu pondok pesantren di Singosari.
Kehidupan jalanan yang keras dan bebas sebagai anak Punk memberikan banyak pelajaran. Selama kehidupan di lingkungan anak Punk yang hampir 11 tahun itu membuat dia hampir lupa dengan Tuhan-Nya. Menurutnya, Punk adalah sebuah budaya kebebasan. Bebas bermusik dan berkarya, serta bebas dari segala hal untuk mandiri jadi diri sendiri.
Dikarunia anak kedua perempuan, membuat dia terus berpikir. Karena kehidupan di jalan sangatlah keras dan tidak baik buat keluarganya untuk perkembangan kedua anaknya.
“Setelah menikah, saya dikaruniai anak laki-laki dan saya masih belum hijrah. Setelah lahir anak kedua perempuan mulai hijrah dan ini berkat doa dari kedua orangtua saya,” ucap Musthofa Kamal.
Ia mengenal Punk berawal dari temannya yang sama-sama bekerja sebagai juru parkir di Singosari. Hobinya terhadap musik membuat semakin penasaran dengan dunia Punk, terutama musik yang beraliran Punk.
“Berawal dari mengenal bermacam-macam teman pemusik salah satunya dari Punk. Pas ada teman main lagu Punk, saya mulai tertarik. Akhirnya ikut Punk sampai tidak pernah pulang,” ujarnya
Selama menjadi anak Punk. Sejak SMA, Musthofa Kamal tidak pernah pulang ke rumah. Ia tetap berangkat ke sekolah meskipun dari jalanan. Dia memang tidak pernah melupakan sekolah. Setelah pulang sekolah, ia kembali ke tempat berkumpulnya teman-teman Punk.
“Dulu saya punya tongkrongan itu ada dua. Satu di Lawang, terus pindah ke Mitra 2. Sebelum jadi Savana Hotel saat ini. Walaupun saya dari jalanan saya tetap tidak melupakan sekolah,” ungkapnya.
Soa kehidupan Punk, dia menyebut tergantung sisi pandang masyarakat. Menurutnya, Anak Punk punya kehidupan sendiri, di kalangan mereka sendiri. Sedangkan masyarakat dari luar melihat anak Punk lingkungannya kurang bagus. Mereka dilihat oleh masyarakat dari sisi buruknya. Tapi tidak dari sisi sosialnya yang baik. Karena secara sosial mereka aktif. Tapi tidak kelihatan di masyarakat.
“Seperti puasa gini mereka bagi-bagi takjil. jika ada bencana seperti di Gunung Semeru beberapa waktu lalu, kita bergerak ke sana. Mungkin dari sisi ini masyarakat tidak melihat. Masyarakat melihat dari sisi mabuknya, teriak – teriak ketika main musik dan lainnya. Jadi kelemahannya di situ. Saya yang selama ini pernah menjalani, kita aktif di sosial,” terang Musthofa Kamal.
Setelah hijrah dari dunia Punk. Musthofa Kamal mengikuti Majelis Riyadlul Jannah (RJ) dan mulai belajar salat dan mengaji kembali. Ia menjelaskan, waktu itu RJ jemaahnya masih sedikit, masih beberapa puluh orang tidak seperti sekarang yang sudah sangat banyak.
Saat ini, sudah dua tahun ia menjalani syiar kepada teman-tema Punk yang ada di Malang. Motivasinya untuk mengajak hijrah sangatlah kuat. Dia yakin setiap orang pasti mempunyai sisi baik dan ingin berubah.
Model dakwahnya mengajak kebaikan dengan mencontoh perilaku baik dan tidak memaksa. Ketika masuk waktu salat, ia salat dan tidak ikut minuman keras ketika temannya sedang minum.
Dia berpikiran, ketika dulu masih menjadi anak Punk di Mitra 2, bisa memberikan contoh kepada juniornya yang masih baru bergabung. Sekarang sudah berubah dan yakin bisa mengajak temannya untuk berubah.
“Prinsip saya di situ. Mengajak kebaikan. Jika berdakwah mengajak ngaji agak sulit. Semoga dari perilaku saya bisa ada yang nyantol. Dan alhamdulillah, sekarang sudah ada tiga sampai empat teman yang sudah mulai ikut ngaji bersama saya di salah satu pondok pesantren Singosari,” ujarnya.
Musthofa Kamal juga sangat yakin, suatu saat Anak Punk pasti akan kembali. Karena yang selama ia alami adalah teman-temen bisa berbaur kembali dengan masyarakat. Dan banyak yang menjadi aktivis sosial sebagai tim di ambulan, relawan, SAR, bahkan ada yang menjadi sebagai ketua RT maupun RW.
Saat ini, Musthofa Kamal selain bekerja di PLN Kota Malang sebagai teknisi, juga aktif ikut pengajian Pesantren Ilmu Al Quran (PIQ) Ba Murtadho yang diasuh oleh Gus Buyung.
Di sana, ia dan teman-temannya yang sudah hijrah bersama, diberi nama dengan sebutan Jamaah Ngaji, Doa dan Ratib (Jidor) setiap hari Kamis.
Dia berharap, di Malang ada wadah untuk mewadahi kreativitas anak Punk. Mereka juga manusia yang mempunyai bakat dan memiliki cita-cita untuk membangun Malang Raya dengan kreativitasnya.
“Teman-teman Punk sebenarnya butuh ruang untuk berekspresi, bakat mereka perlu diwadahi. Semoga di Malang ada ruang untuk mereka,” ungkap Musthofa Kamal. (hud/van)