Oleh : Gus Achmad Shampton, M.Ag
Kepala Kemenag Kota Malang
MALANG POSCO MEDIA – Puasa adalah ibadah yang istimewa, namun keistimewaannya akan terasa lebih mendalam jika kita memperhatikan aspek-aspek esensial yang sering kali terabaikan.
Tanpa kesadaran dan penerapan aspek-aspek ini, puasa dapat terasa hampa, hanya menyisakan rasa lapar dan dahaga. Berikut adalah beberapa kunci untuk menjadikan puasa lebih bermakna:
Menjaga Pandangan: Lebih dari sekadar menahan diri dari melihat hal-hal yang haram, puasa adalah kesempatan untuk melatih mata agar lebih fokus pada kebaikan dan keindahan yang diperbolehkan. Hindari pandangan yang dapat membangkitkan nafsu atau mengarah pada pikiran negatif.
Menjaga Lisan: Puasa bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga tentang mengendalikan ucapan. Hindari perkataan yang sia-sia, gosip, fitnah, atau kata-kata yang menyakitkan. Gunakan lisan untuk berzikir, berdoa, dan menyampaikan perkataan yang baik dan bermanfaat.
Menjaga Pendengaran: Jaga telinga dari mendengarkan hal-hal yang diharamkan atau tidak bermanfaat, seperti musik yang berlebihan, obrolan yang buruk, atau berita yang menyesatkan. Alihkan perhatian pada suara-suara yang menenangkan jiwa, seperti lantunan ayat suci Al-Quran atau nasihat bijak.
Menjaga Anggota Tubuh: Kendalikan seluruh anggota tubuh dari perbuatan dosa. Jaga tangan dari perbuatan yang merugikan orang lain, kaki dari melangkah ke tempat yang haram, dan seluruh anggota tubuh dari segala bentuk kemaksiatan. Menghindari menuruti syahwat saat berbuka adalah bagian terpenting. Seperti menjaga tubuh tersentuh hal yang haram. Berlelah berpuasa sepanjang siang, tetapi kemudian saat berbuka mengkonsumsi sesuatu yang haram atau tidak jelas kehalalannya.
Tidak Berlebihan dalam Hal Makanan: Meskipun makanan yang dikonsumsi halal, hindari sikap berlebihan. Makanlah secukupnya untuk menjaga energi dan kesehatan, serta sisihkan sebagian untuk bersedekah. Ingatlah bahwa puasa adalah latihan untuk mengendalikan diri, termasuk dalam hal makanan. Imam Ghazali menegaskan “tidak ada tempat yang paling dibenci Allah melebihi perut yang dipenuhi makanan meskipun halal. Bagaimana puasa bisa bermakna menekan musuh Allah dan menghancurkan syahwat sementara ketika berbuka, orang yang berpuasa mengkonsumsi semua yang ia tidak dapatkan disiang hari. Jangan-jangan macam-macam makanan yang ia siapkan lebih banyak dibanding bila tidak dibulan Ramadan untuk sekedar berbuka.
Menjaga Hati: Senantiasa waspada dan introspeksi diri. Periksalah niat dan kualitas puasa kita. Apakah puasa ini benar-benar ikhlas karena Allah, ataukah hanya puasa balas dendam dalamnya? Kewaspadaan atas tidak diterimanya amal dan harapan kuat agar Allah menerima merupakan pilar utama dari Taqwa itu sendiri. Khauf dan Raja’. Teruslah berusaha memperbaiki diri agar puasa kita diterima dan diridhai oleh Allah SWT.
Dengan memperhatikan keenam aspek ini, puasa kita tidak hanya menjadi ritual menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjadi perjalanan spiritual yang mendalam. Puasa menjadi sarana untuk membersihkan diri dari dosa, meningkatkan ketakwaan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. (*)