MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Para santri yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) Malang Raya mengenang seribu hari wafatnya KH. Sholahuddin Wahid (Gus Sholah), Minggu (6/11) kemarin. Acara yang digelar di kediaman Bendahara Umum Presidium IKAPETE Nasional H. Hasanuddin Wahid itu dihadiri istri Gus Sholah Nyai Farida Salahuddin Wahid dan putranya Gus Iqbal Billy.
Hadir pula Khodimul Ma’had Tebuireng KH Fahmi Amrullah Hadziq dan para alumni santri Pesantren Tebuireng dari beberapa daerah, seperti Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya dan juga Kalimantan. Bu Nyai Farida Salahuddin Wahid sebagai istri mengucapkan terima kasih kepada semua alumni Tebuireng yang menggelar acara tersebut.
“Kalau mau bicara dan mengenang sosok beliau Gus Sholah tidak aka nada habisnya. Bahkan, kalau lama-lama saya yang tidak mampu untuk menahan air mata ini,” ungkap Bu Nyai Farida.
Baginya mendampingi Gus Sholah selama 52 tahun terasa masih kurang. Masih banyak hal yang harusnya dapat dipetik pelajaran dari pemikiran dan sikapnya. Bu Nyai Farida menceritakan bagaimana dirinya selalu mendampingi setiap Gus Sholah berkegiatan. Selain karena harus memastikan kesehatannya, Gus Sholah juga sering meminta pendapat dirinya dari apa yang telah disampaikan dalam forum.
“Beliau meminta saya untuk mendengarkan dan meminta pendapat. Meskipun beliau bilang bahwa pendapatnya tidak pasti akan dijalani. Beliau ingin ada pendapat yang berbeda darinya. Begitu juga soal keikhlasan yang sering beliau sampaikan dalam menghadapi sesuatu,” ungkapnya.
Selain itu, Bu Nyai Farida juga menceritakan bagaimana Gus Sholah mulai awal memimpin Pesantren Tebuireng. Membangun wisma di pesantren yang lebih baik sampai dengan membangun fasilitas lainnya untuk pesantren.
“Karena beliau displin ilmunya arsitek, beliau sendiri yang menggambar wisma di pesantren. Setelah ada gambar kemudian kerja keras bagaimana bisa membangunnya,” kenangnya.
Untuk mengenang seribu hari wafatnya Gus Sholah dirangkai dengan pembacaan tahlil oleh KH. Fahmi Amrullah Hadziq yang dilanjutkan dengan pengajian kitab At Tibyan karangan Hadratussyeikh KH Hasyim Asyari.
“Hadratussyeikh KH Hasyim Asyari itu paling senang bersilaturahmi. Karena itu sebagai santrinya juga harus senang silaturahmi seperti yang dijelaskan dalam kirab At Tibyan,” ungkapnya. (aim)