Angka Kejadian Penyakit Jantung Naik 200 Persen
MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Penyakit jantung masih menjadi salah satu penyakit yang paling mematikan dan diderita banyak orang saat ini. Tidak terkecuali seperti yang terjadi di Malang Raya dan sekitarnya. Kasus jantung pada tahun ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding tahun lalu. Banyak kasus penyakit jantung kemudian ditangani di RSUD dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang, sebagai salah satu rumah sakit rujukan di Jawa Timur.
Kepala Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu (IPJT) RSSA Malang dr. Budi Satrijo SpJp(K) menyebut tingkat keterisian bed atau Bed Occupation Rate (BOR) di RSSA kini sudah mencapai 70 persen hingga 80 persen. Sebagiannya merupakan kasus serangan jantung yang harus ditangani di ruang intensif.
“Itu dilihat dari operasi jantung yang kita lakukan meningkat, lalu BOR juga meningkat. Meningkatnya lebih dari dua kali lipat. Kalau dulu sebulan 60 sampai 70-an operasi, sekarang sampai 200-an per bulan. Saya tidak hafal detail, tapi segitu jumlahnya. Padahal semua rumah sakit di Kota Malang juga sudah meningkatkan kapasitasnya. Tapi hampir semua juga pasti meningkat kasusnya,” ungkap dr. Budi ditemui Malang Posco Media, Jumat (29/9) kemarin.
Lebih jauh dijelaskannya, diantara banyaknya operasi jantung itu, tiap tahunnya ada sekitar 2.400 tindakan kateterisasi jantung (pasang ring) yang dilakukan sepanjang tahun ini. Seperempat hingga sepertiganya merupakan tindakan emergency atau darurat.
“Yang bisa katerisasi jantung di Malang ini ada 4 rumah sakit. Tapi tidak semua rumah sakit bisa seperti RSSA yang lengkap. Disini bisa di-bor, bisa masukkan kamera dalam pembuluh koroner dengan besarnya hanya 3 milimeter, kita bisa intip. Di tempat lain tidak ada sarananya karena mahal. Sekali bor dan intip dengan OCT (Optical Coherence Tomography), bisa habis Rp 60 juta belum termasuk ring,” beber dr. Budi
Kemudian untuk tindakan ablasi (penanganan irama jantung yang tidak normal) tiap bulannya kini mencapai 20 kali pacu jantung di RSSA Malang. Sementara untuk tindakan open heart atau bedah jantung, dalam waktu dekat juga diproyeksi meningkat dari satu kali tiap pekan menjadi dua kali tiap pekannya. Selain untuk mempercepat penanganan penyakit jantung, juga untuk meningkatkan ‘learning curve’ tenaga medis yang ada di RSSA.
“Semakin banyak dan sering dilakukan, maka mempunyai keterampilan yang makin baik,” terangnya.
Untungnya masalah penyakit jantung ini, masih bisa tertanggung dalam BPJS. Sehingga masyarakat tidak mampu pun bisa ditangani dengan layanan terbaik. Namun penyakit jantung ini masih menjadi beban paling besar dari BPJS. Selain aspek biaya yang besar, jumlah penderita kasus jantung dan pembuluh darah ini terus mengalami peningkatan yang signifikan. (ian/aim)