MALANG POSCO MEDIA – Setelah masa perjuangan berakhir, Pongky tetap aktif di berbagai kegiatan veteran. Ia sering menghadiri pertemuan kelompok pejuang, termasuk Paguyuban Mas TRIP, untuk menjaga silaturahmi dan menghidupkan semangat juang di antara generasi penerus.
Putri keempat Pongky, Luluk Sih Wilujeng menceritakan di balik sosok tegar dan pantang menyerah ibunda, di rumah, Pongky juga menjadi sosok ibu yang hangat. Bahkan ia mampu membesarkan enam orang anaknya dengan nilai disiplin, keberanian, dan kepedulian sosial.
“Meski perang telah usai, ibu ini tetap aktif menghadiri pertemuan veteran dan Paguyuban Mas TRIP, menjaga api perjuangan agar tak padam di generasi berikutnya,” sebutnya.
Pongky menghembuskan napas terakhir di usia 87 tahun. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Untung Suropati Kota Malang, berdampingan dengan para pejuang lain yang pernah berjuang untuk negeri. Hingga akhir hayat, ia tetap memegang teguh komitmen bahwa kemerdekaan bukan hadiah, melainkan hasil darah, keringat, dan air mata.
Bagi keluarganya, warisan Pongky bukan hanya kisah heroik di medan perang, tetapi juga teladan hidup. Pesannya kepada sang anak dan generasi penerusnya adalah setia pada prinsip, bekerja untuk kepentingan orang banyak, dan tidak pernah menyerah meski jalan terasa terjal.
“Ibu itu selalu bilang dan berpesan kepada kami, bahwa kemerdekaan ini titipan, tugas kita semua sebagai generasi penerus adalah menjaganya,” ucap Luluk. Nama Pongky Soenarsih terpatri tidak hanya di batu nisan, tapi juga di hati mereka yang mengenang perjuangan perempuan tangguh ini. Dari gorong-gorong perlawanan hingga halaman TMP Suropati, kisahnya adalah bagian dari sejarah Malang, bagian dari denyut nadi Indonesia. (rex/van)