MALANG POSCO MEDIA, SWISS– Indonesia dan Swiss mengadakan pertemuan ekonomi bilateral melalui the 11th Joint Economic and Trade Commission (JETC) di Jakarta, yang dipimpin Direktur Jenderal Hubungan Ekonomi dan Kerja Sama Pembangunan Kementerian Luar Negeri RI, Dubes Daniel Tumpal Simanjuntak dan Kepala Hubungan Ekonomi Bilateral Kementerian Ekonomi Swiss, Dubes Andrea Rauber Saxer. Masing-masing didampingi oleh Duta Besar RI untuk Swiss, Ngurah Swajaya dan Dubes Swiss untuk Indonesia, Olivier Zender. Delegasi kedua negara dilengkapi kehadiran sejumlah pejabat Kementerian serta perwakilan pihak Swasta kedua negara, termasuk KADIN Indonesia dan Danantara.
Pertemuan membahas mengenai langkah konkret untuk memaksimalkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Swiss. Sejumlah isu strategis seperti kerja sama bidang teknologi kesehatan dan farmasi, pengolahan mineral jarang (critical mineral), infrastruktur hijau, upaya meningkatkan perdagangan dan investasi berdasarkan perjanjian Indonesia-EFTA (European Free Trade Association) Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan perjanjian Indonesia-Swiss Bilateral Investment Treaty (BIT).
Hubungan bilateral Indonesia dan Swiss yang pada tahun depan berusia 75 tahun, memiliki potensi yang tinggi dalam hubungan ekonomi, khususnya perdagangan dan investasi yang selalu meningkat setiap tahun. Swiss adalah mitra pertama Indonesia di Eropa untuk perjanjian CEPA dan BIT. Dalam bidang perdagangan, nilai perdagangan untuk 6 bulan pertama tahun 2025, mencapai USD 3.14 miliar, meningkat lebih dari 100% dengan surplus bagi Indonesia di atas USD 2,5 miliar pada tahun 2024.
Swiss adalah investor asing terbesar ke-12 bagi Indonesia, dan kedua terbesar dari Eropa. Investasi Swiss tahun 2024 sebesar USD 244,9 juta dan minat investasi terus meningkat, khususnya untuk industri kecil dan menengah yang berbasis teknologi, termasuk teknologi rendah karbon.
Pertemuan JETC ini merupakan momentum yang penting dan strategis di tengah situasi ekonomi dunia yang tidak menentu, karena potensi kedua negara masih sangat besar untuk dimanfaatkan bagi kepentingan timbal balik yang saling mengutungkan. Indonesia memiliki nilai potensial yang sangat tinggi bagi Swiss, karena memiliki posisi strategis dan merupakan pintu gerbang untuk perdagangan yang lebih luas ke ASEAN dan kawasan yang lebih besar. Seperti dalam kerangka RCEO (Regional Comprehensive Economic Partnership) Agreement dan sebagai basis produksi yang kompetitif dan potensial dalam rangka divesifikasi rantai pasok industri global. Sebaliknya, Swiss juga merupakan mitra yang sangat potensial dari Eropa karena potensi ekonomi dan teknologinya. Kedua negara juga memiliki dasar hukum yang kuat, yakni CEPA dan BIT.
Pertemuan tersebut juga sangat strategis dalam mempersiapkan kunjungan Menteri Federal Bidang Ekonomi Swiss, Guy Parmelin ke Indonesia pada 30 September – 3 Oktober 2025, dengan membawa delegasi bisnis yang terdiri atas lebih dari 22 CEO perusahaan besar asal Swiss. Aktifnya partisipasi sektor swasta dalam kunjungan ini juga diharapkan secara konkret akan mendorong peningkatan hubungan ekonomi kedua negara.
Serangkaian pertemuan telah dijadwalkan untuk Menteri Parmelin, yang sesuai sistem pemerintahan Swiss, juga merangkap sebagai Wakil Presiden Konfederasi. Pertemuan yang telah dijadualkan adalah dengan Menko Perekonomian, Menko Infrastruktur, Menteri Investasi dan Hilirisas/Kepala BKPM, Menteri PPN/Kepala BAPPENAS, hingga KADIN. Menteri Parmelin juga dijadualkan untuk melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden RI.
Selain rangkaian pertemuan tersebut, Menteri Federal Swiss juga akan berkunjung ke POLMAN Bandung dengan menggunakan kereta cepat Woosh, serta untuk melihat sejumlah proyek kerja sama Indonesia dan Swiss di Bandung yang telah berjalan. Sektor-sektor potensial kerja sama ekonomi kedua negara dalam bidang investasi, antara lain infrastruktur hijau, termasuk hydro power, waste to energy, medical equipment, farmasi, serta ekonomi digital, demikian ungkap Dubes Ngurah Swajaya. (opp/udi)