Monday, October 27, 2025
spot_img

Menulis Puisi, Membangun Karakter Cinta Lingkungan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Seperti yang kita ketahui bersama, pondasi utama dalam memahami sesuatu berawal dari proses pembelajaran, baik formal maupun nonformal. Pembelajaran menjadi sarana penting untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, sehingga pelaksanaannya perlu mendapat perhatian serius. Mengapa demikian? Karena pembelajaran bukan sekadar proses transfer ilmu dari guru kepada siswa, tetapi bagaimana siswa mampu memahami, memproses, dan menerapkan pengetahuan dalam konteks kehidupan yang nyata. Salah satunya melalui pembelajaran bahasa Indonesia.

Salah satu jalur penting dalam membangun pemahaman tersebut adalah pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam mata pelajaran ini, siswa dilatih empat keterampilan berbahasa, menyimak, membaca dan memirsa, berbicara dan mempresentasikan, serta menulis. Keempat elemen itu tidak hanya menuntut kemampuan hafalan, tetapi juga memerlukan analisis, aplikasi, dan sintesis.

-Advertisement- HUT

Apakah pembelajaran bahasa Indonesia hanya berfokus pada pembahasan berbahasa saja? Tentu tidak, selain pembelajaran bahasa siswa juga dihadapkan pada pembelajaran sastra. Apakah pembelajaran sastra itu penting bagi siswa SMK? Tulisan ini bermaksud untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran sastra, khususnya menulis puisi berbasis cinta lingkungan pada siswa SMK.


HUT

HUT

Pembelajaran sastra pada jenjang SMK adalah hal yang sangat penting. Mengapa demikian? Dengan adanya pembelajaran sastra, siswa diajak untuk lebih peka terhadap situasi dan kondisi di lingkungan sekitar dengan menggunakan perasaan bukan hanya pikiran dan logika. Selain pembelajaran teori dan praktik kejuruan, pembelajaran sastra pada siswa SMK justru menjadi angin segar bagi mereka. Dalam hal ini, pembelajaran sastra menjadi penyeimbang antara pikiran dan perasaan pada siswa agar mereka tidak hanya kompeten pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga menumbuhkan rasa simpati dan empati pada diri siswa.

Pembelajaran sastra bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami, mengapresiasi, dan menulis karya sastra, salah satunya adalah puisi. Pembelajaran menulis puisi seringkali dianggap remeh atau sesuatu hal yang tidak terlalu penting bagi siswa. Oleh karena itu, sebagian besar siswa menggampangkan pembelajaran menulis puisi. Mereka menganggap menulis puisi sama saja dengan menulis kalimat dengan diksi atau pilihan kata yang dilebih-lebihkan. Namun, pada kenyataannya menulis puisi tidak hanya fokus pada diksi saja, tetapi harus memperhatikan unsur yang lain. Unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam menulis puisi  meliputi diksi, majas (gaya bahasa), imaji (citraan), rima, irama, tipografi, kata konkret, tema, rasa, nada, dan amanat.

Terkadang memang dalam pembelajaran menulis puisi, guru harus memahami konten atau materi dan strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini bahan ajar memiliki peranan yang sangat penting untuk memandu guru dalam menerapkan proses pembelajaran mulai dari persiapan, proses, hingga evaluasi demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pengembangan bahan ajar menulis puisi berbasis cinta lingkungan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh guru, meskipun perkembangan teknologi memudahkan guru untuk mengakses bahan ajar. Namun, tetap saja bahan ajar yang sesuai dengan konten dan karakteristik siswa akan sulit didapat. Di sinilah, tantangan yang sesungguhnya dalam dunia pembelajaran. Bagaimana agar bahan ajar yang kompleks dan berorientasi pada karakteristik siswa bisa dikembangkan? Tentu hal ini bukanlah hal yang mudah, namun bukan berarti hal yang tidak mudah mustahil diwujudkan.

Pembelajaran menulis puisi bukan hanya sekadar menulis tanpa arah dan tujuan, tetapi perlu adanya tuntunan dan panduan materi yang kompleks sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penekanan pada karakter cinta lingkungan harus diwujudkan dalam pembelajaran, mengingat itu adalah bagian dari dimensi kewargaan yang merupakan salah satu dimensi lulusan berdasarkan penerapan Kurikulum Merdeka saat ini. Untuk mewujudkan hal itu, ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh guru. Pertama, guru harus memahami setiap karakteristik siswa. Hal ini memudahkan guru untuk memetakan arah pembelajaran dan menentukan konten yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Kedua, guru harus menguasai konten atau materi yang akan diajarkan dalam pembelajaran. Hal ini guru membutuhkan bahan ajar yang kompleks agar guru lebih mudah menyampaikan materi kepada siswa. Ketiga, guru harus bisa menentukan jenis evaluasi atau asesmen yang tepat untuk mengukur kemampuan siswa dalam pembelajaran. Ketiga hal tersebut akan didapatkan oleh guru melalui pengembangan bahan ajar yang hendak disusun oleh penulis.

Bahan ajar yang sudah ada dan dimanfaatkan oleh guru perlu adanya proses pengembangan yang mengarah pada pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menyenangkan tanpa mengesampingkan tujuan pembelajaran, yaitu siswa mampu mengapresiasi teks sastra. Bahan ajar berbentuk buku yang dilengkapi dengan identitas, capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, pemahaman bermakna, pertanyaan pemantik, panduan kegiatan pembelajaran, asesmen, dan refleksi sangat dibutuhkan oleh guru, terutama guru bahasa Indonesia.

Dari ulasan tersebut, dapat disimpulkan pembelajaran sastra sangat penting untuk siswa jenjang SMK untuk mengembangkan kemampuan memahami, mengapresiasi, dan menulis karya sastra, salah satunya adalah puisi. Pada praktik pembelajaran, hal tersebut masih menjadi salah satu kesulitan yang dialami oleh guru karena keterbatasan referensi materi. Meskipun terasa sulit, namun pada akhirnya guru harus mampu memberikan kualitas pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menyenangkan dengan adanya pengembangan bahan ajar yang kompleks meliputi capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, pemahaman bermakna, pertanyaan pemantik, panduan kegiatan pembelajaran, asesmen, dan refleksi. Upaya ini dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. (*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img