MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Pekan ini guru-guru SDIT Ahmad Yani Kota Malang memberikan pembelajaran yang tidak biasa kepada anak didiknya. Para siswa diajarkan materi pelajaran secara kontekstual. Mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata.
Tentunya dengan metode dan cara yang menarik. Mulai kelas 1 sampai kelas 6 diajak untuk belajar lebih dekat dengan objek yang dipelajari. Mereka outing Class. Masing-masing level tempatnya berbeda.
Senin (15/5) lalu, siswa kelas 5 dan 6 menelusuri Kayutangan Heritage. Mereka jalan kaki. Memang jaraknya tidak jauh dari sekolah. Hanya sekitar 300 meter saja dari SDIT Ahmad Yani yang berada di Jalan Kahuripan.
“Senang sekali bisa jalan-jalan di Kayutangan Heritage. Karena selama ini menggunakan kendaraan. Jadi tidak bisa melihat secara detail,” ujar Hafy Azka Harianto, salah satu siswa.
Siswa dapat leluasa mengeksplor potensi yang ada di Kayutangan Heritage. Terutama muatan sejarah yang ada di tempat itu. Mulai gedung-gedung, monumen dan unsur-unsur bersejarah lainnya. “Kami menjadi tahu bahwa di Kayutangan Heritage ada banyak nilai sejarahnya. Tidak hanya tempat untuk nongkrong,” ujar siswa kelas 5 ini.
Dari Malang Kayutangan Heritage selanjutnya siswa menuju ke Sarinah. Di sana mereka nonton bareng (nobar) film Buya Hamka. Tujuannya untuk belajar dari tokoh nasional yang sangat inspirasi tersebut. “Banyak yang bisa kita pelajari dari Buya Hamka. Beliau orang yang gigih dalam mensyiarkan agama Islam, pemberani dan layak kita teladani,” ucap Naura Candrakanti Novariza, siswa kelas 5 yang juga ikut nonton bareng.
Sementara itu, Kepala SDIT Ahmad Yani Kepala SDIT Ahmad Yani, Nurdiah Rachmawati, S.Pd., M.Pd mengatakan Outing Class merupakan implementasi dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Melalui sebuah objek kegiatan siswa memperdalam muatan-muatan karakter. “Menilai karakter dalam kurikulum merdeka saat ini dapat melalui projek P5,” ujar Rachma, sapaan akrabnya.
Dia menjelaskan, profil pelajar Pancasila memiliki enam ciri utama yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Enam muatan tersebut bisa langsung dikemas dalam satu kegiatan atau dicapai secara bertahap. “Enam profil ini yang akan diinternalisasi kepada anak-anak selama pembelajaran,” ucapnya.
Pembelajaran kontekstual dengan konsep outing class, dilaksanakan SDIT Ahmad Yani selama sepekan. Kegiatan ini sekaligus menyongsong Hari Kebangkitan Nasional.
Kelas 1 di Kampung Kidz, Kelas 2 ke Kebun Binatang Surabaya, kelas 3 ke Museum Angkut, kelas 4 ke Makoya Taman Dayu Pandaan, kelas 5 ke Eco Green Park dan kelas 6 ke Malang Kayutangan Heritage. Kelas 5 dan 6 sekaligus menggalang donasi melalui nonton bareng film Buya Hamka, bekerja sama dengan YDSF.
Menurut Rachma, pembelajaran kontekstual akan membuat siswa enjoy. Karena tidak dibatasi dengan dinding kelas. Siswa tidak hanya mendengarkan ceramah guru.
Dengan pembelajaran kontekstual siswa dapat melihat dan mengalami langsung objek yang dipelajari. Medianya pun bermacam, sesuai dengan sarana yang ada di lokasi pembelajaran. Dan ini akan menjadi kenangan dan menguatkan daya ingat mereka.
“Sehingga siswa lebih lama mengingat muatan pembelajarannya, daripada hanya diceramahi,” terang Rachma.
Dia menegaskan, pembelajaran kontekstual perlu diperkuat di Sekolah Dasar (SD). Karena masa belajar di SD selama enam tahun. Bukan masa yang pendek. “Maka harus ada kesan belajar yang menyenangkan sehingga anak-anak cinta pada sekolahnya,” kata dia. (sir/imm/mpm)