Pekerja Barbershop di Dinoyo Tunggu Kabar Nasib Putranya
Abdul Hanan dan Imron, warga Desa Sendang Dajah, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Madura, masih belum tenang. Mereka menunggu anak masing-masing yang belum diketemukan dari peristiwa ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Sedih dan penyesalan tak bisa ditutupi dari raut keduanya.
Imron terutama, sangat menyesal ketika ‘memaksa’ anaknya segera berangkat ke pondok. Sebab, putranya yang bernama Mochammad Haikal Ridwan sempat enggan berangkat. Namun, ketika Haikal mencoba menyampaikan itu kepada orang tuanya, baik ibunya maupun Imron justru tak mau mendengarkan.
“Ibunya memilih masuk ke kamar dan pura-pura tidak mendengar. Saya pun ingin dia segera berangkat ke pondok,” kata Imron.
Mengingat hal tersebut dia menitikkan air mata. Sang anak juga sempat bilang, tidak betah di pondok. Menurutnya, Haikal sempat melobi kepada orang tuanya, untuk berangkat hari Rabu (1/10) saja. Namun karena saudaranya Al Fatih Cakra Buana yang merupakan putra dari Abdul Hanan sudah siap berangkat, akhirnya Baikan dan Fatih berangkat.
“Kalau saja kami tidak memaksa, mungkin tidak jadi korban dan saya tidak merasa bersalah. Apalagi, pas hari kejadian, dia juga sempat telepon sama ibuknya jam satu siang,” tambahnya.
Di sana putranya sempat menyampaikan tidak kerasan. Masih ingin di rumah saja. “Terus ternyata pas salat ashar itu kejadian. Kami tahunya dari WA grup wali santri dan setelah isya kami berangkat,” jelas dia kepada Malang Posco Media.
Pria yang berkerja di barbershop di kawasan Dinoyo Kota Malang ini mengatakan, Haikal dan Fatih memang selalu bersama sejak kecil. Sejak sekolah SD, hingga akhirnya ketika memasuki SMP dimasukkan ke Ponpes Al Khoziny.
Mereka juga bergantian, kalau Fatih kadang masih molor-molor untuk berangkat, maka Haikal yang sudah siap. Kemarin, setelah liburan Maulid Nabi, Haikal lah yang mencoba untuk meminta waktu libur lebih lama.
Imron mengakui kini sangat menunggu kabar anaknya. Dia tetap berpikir positif, ada harapan anaknya selamat. Apalagi, sempat viral di media sosial, ada korban bernama Haikal yang bisa berkomunikasi di balik reruntuhan. Sayangnya, dia memperkirakan itu bukan suara anaknya.
“Katanya juga ada enam anak yang namanya Haikal. Terus ada juga informasi dua anak bernama Haikal dibawa ke rumah sakit, ketika saya cek bukan anak kami,” imbuhnya.
Imron dan Hanan pun saling menguatkan. Mereka mencoba terus berpikir berharap, sembari terus berburu informasi. Hanan terutama, dia sangat aktif bertanya-tanya.
“Tapi sampai sekarang belum ada kabar tentang anak saya Fatih dan Haikal anaknya Imron. Kami selalu berpikir positif dan berharap, tim evakuasi terus bergerak melakukan penyelamatan,” tutur Abdul Hanan.
Hanan pun sama dengan Imron, siap mempercayakan kepada tim gabungan yang mengevakuasi. “Tapi kami berharap juga bisa lebih cepat, kami juga perlu kabar anak kami yang selalu bersama-sama sejak kecil ini,” tandas Hanan yang mengakui m asih memiliki hubungan saudara dengan Imron tersebut. (ley/jon)