spot_img
Thursday, July 3, 2025
spot_img

Merajut Kebersamaan, Punya Wadah Namanya Kelompok Footish Malang

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Bondan Sekaringadi, Tokoh di Balik Jalan Kaki Massal

Nyaris meninggal dunia saat pandemi Covid-19 lalu menjadi kesempatan kedua bagi Bondan Sekaringadi. Ia kini untuk mencurahkan hidupnya jadi lebih berkualitas dengan menggiatkan jalan kaki. Gerakan ini diwadahi dalam kelompok Footish Malang.

MALANG POSCO MEDIA– Bondan Sekaringadi sempat kritis karena Covid-19 varian Delta. Ia kini lebih meningkatkan kesadaran diri atas kesehatannya.

Tapi siapa sangka, dari upayanya untuk menjadi lebih sehat itu, ternyata di kemudian hari bisa membuat sebuah gerakan yang penuh manfaat bagi masyarakat luas.

Warga Gadingkasri ini merupakan sosok di balik gerakan jalan kaki massal yang beberapa waktu ini viral di media sosial. Sekarang mulai banyak digemari oleh masyarakat luas. Tidak tanggung tanggung, gerakan berjalan kaki bersama ini bahkan diikuti 500 hingga 600 orang.

“Rata rata yang pasti sekarang di atas 100 orang. Itu konsepnya memang ‘walk with stranger’, jadi benar-benar jalan kaki itu bersama orang asing. Jalan kaki sekaligus berpetualang,” ujar Bondan, kepada Malang Posco Media.

Gerakan ini, memang bermula sekitar 2021 lalu ketika Bondan bersama salah satu kawannya berkomitmen untuk berolahraga pasca terkena Covid-19. Awalnya Bondan sempat mengajak untuk memilih olahraga sepeda, yang sebelum pandemi, sudah sering ia geluti.

Namun ternyata, karena kondisi fisiknya terserang Covid-19 cukup parah, Bondan mengaku cukup kewalahan untuk olahraga sepeda lagi. Kemudian, ia pun beralih ke olahraga lari. Tapi ternyata juga setali tiga uang.

“Akhirnya downgrade lagi, kami putuskan jalan kaki saja. Berapa jauhnya ya semampunya saja waktu itu. Kemudian kami itu coba ajak teman- teman yang senasib dengan saya, ngos-ngosan bareng. Ya pelan-pelan memang, tapi sekarang saya sudah bisa lari akhirnya,” kenang Bondan.

Setelah mengajak kawan-kawan dekatnya, kemudian Bondan berinisiatif untuk mengajak masyarakat lebih luas. Tapi hanya sebatas melalui media sosial pribadinya saja. Jam untuk berjalan kaki bersama pun sengaja diagendakan sekitar pukul 09.00.

 Bukan tanpa alasan, semasa Covid-19 lalu, masyarakat diimbau oleh pemerintah untuk berjemur saat recovery. Sehingga di awal itu, Bondan banyak mengajak orang-orang senasibnya untuk jalan kaki sekaligus berjemur agar bisa pulih lebih cepat.

Singkat cerita, dari awalnya hanya bertiga atau berdua saja, kemudian kegiatan jalan kaki bersama ini ternyata terus bertambah dari waktu ke waktu. Bondan pun saat itu mulai menyadari, dengan berjalan kaki, ia bisa melihat sesuatu yang tidak dilihatnya ketika tidak berjalan kaki.

Tidak hanya memasuki gang-gang perkampungan, juga menyusuri sungai, hingga melewati tiap sudut-sudut perkotaan.

“Misalnya saat masuk gang kecil, ternyata dari situ bisa tembus ke sana. Lalu ada rumah yang ternyata bentuknya begini, ternyata fasilitas untuk pejalan kaki tidak karuan dan sebagainya. Selama ini kita tidak mawas karena naik motor. Dari situ, akhirnya kami punya tagline Melihat Malang dari Dekat,” beber Bondan.

Bahkan, Bondan pernah suatu saat mendapati bendera yang berkibar di salah satu perkantoran pemerintah ternyata dalam keadaan terbalik. Bendera Indonesia terbalik menjadi warna merah di bawah dan warna putih di atas. Saat berjalan kaki bersama, Bondan pun lantas mengabadikannya di media sosial.

Tidak disangka, potret yang ia ambil itu pun sampai dibagikan ulang oleh banyak netizen. Akhirnya hal itu sampai dilihat oleh Wali Kota Malang saat itu, Drs. H. Sutiaji. Orang nomor satu di Pemkot Malang itu pun akhirnya berterimakasih karena ada masyarakat yang peduli dan mengingatkan kesalahan tersebut.

“Nah kondisi bendera terbalik itu pasti tidak begitu bisa terlihat ketika naik motor atau naik mobil. Justru bisa terlihat saat berjalan kaki,” tutur alumnus Fakultas Perikanan dan Kelautan UB ini.

Gerakan jalan kaki bersama ini pun akhirnya dibuat rutin oleh Bondan. Untuk agenda jalan kaki rutin ditetapkan tiap hari Selasa dan Kamis. Sengaja dipilih hari biasa atau weekday, untuk menghindari banyaknya peserta. Sebab, jika weekend ia memperkirakan bakal ramai.

Namun ternyata, walaupun weekday, tetap banyak masyarakat yang antusias. Di awal, Bondan menghandle 50 orang saja dirasanya sudah ramai. Namun berjalan waktu, akhirnya bertambah menjadi 180 orang, bertambah lagi hingga mencapai 500 orang bahkan 600 orang. Gerakan jalan kaki bersama ini pun diwadahi dalam sebuah kelompok yang bernama Footish Malang.

Untuk jarak jalan kaki bersama ini, yang terjauh bisa sampai 7 kilometer atau jika dihitung adalah 10 ribu langkah kaki. Untuk bisa ikut jalan kaki bersama ini, ditegaskan Bondan sepenuhnya tidak ada biaya alias gratis.

“Mereka akhirnya banyak yang bikin konten sendiri-sendiri. Beberapa di antaranya pun FYP (trending). Akhirnya kami buat acara di Alun Alun, itu yang datang ternyata sampai 600 orang. Itu rasanya saya seperti jadi Dave Grohl (drummer band Nirvana dan vokalis Foo Fighters) karena ngomong di depan banyak orang,” kesan pria kelahiran 31 Mei 1992 ini.

Dengan jumlah yang sekian banyak, Bondan pun memecahnya menjadi tiga rute. Kemudian di acara selanjutnya, rute dipecah sejak titik start. Makin banyak peserta, dijelaskan Bondan tentu membuat tugasnya menjadi makin berat.

Sebab, selain memastikan ketertiban semua peserta, ia juga harus memastikan rombongan jalan kaki bersama ini tidak sampai putus.

“Kembali ke infrastruktur, kondisi trotoar dan fasilitas menyeberang, kalau tidak memadai, maka kecepatan rombongan bisa menjadi terpecah. Karena trotoar rusak, kecepatan melambat, akhirnya terputus dan yang di belakang ini tidak tahu rutenya kemudian kemana. Jadi akhirnya kalau dengan segitu banyak, ada yang bertugas di depan, di tengah dan di belakang,” papar Bondan.

Sedangkan untuk manfaat yang didapat, selain bisa mendapatkan kesehatan fisik, dengan berjalan kaki ternyata juga bisa menjadi obat untuk masalah kesehatan mental. Sebab, dengan berjalan kaki, orang orang bisa sekaligus refreshing, menikmati setiap sudut kota dan melepas penat.

Selain itu, karena berjalan kaki bersama dengan orang asing, aktivitas itu juga menjadi ajang untuk menambah pertemanan. “Jadi yang awalnya tidak kenal, bisa menambah kenalan. Bahkan banyak yang kemudian; oh ternyata tetangga sendiri, ternyata teman satu kampus, dan seterusnya,” tambah dia.

Melihat besarnya manfaat dan masifnya gerakan jalan kaki bersama ini, Bondan mengaku tidak berhenti berupaya untuk memberikan yang terbaik dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Ia punya keinginan untuk memecah agenda jalan kaki bersama untuk diadakan jalan kaki di pagi dan di sore hari. Sehingga jika ada yang berhalangan di pagi hari, bisa mengikuti jalan kaki sore hari.

“Yang paling mungkin dilakukan juga, kami ingin campaign bahwa jalan kaki itu tidak harus bareng-bareng. Kami tentukan start finisihnya, sekitar 6 kilometer sampai 7 kilometer, kami tentukan rutenya lalu kami serahkan ke mereka. Mau jalan kaki hanya sendirian, berdua atau bertiga terserah. Tidak harus menunggu dengan orang banyak juga,” ungkap Bondan.

Ia menyadari, gerakan jalan kaki bersama yang kini baru berusia 4 tahun, gambarannya memang baru seperti balita yang baru bertumbuh besar. Dengan berbagai kekurangan yang ada, Bondan berharap aktivitas fisik ini bisa memberi manfaat nyata kepada masyarakat luas. “Yang tidak kalah penting, sejujurnya dengan jalan kaki bersama ini saya itu juga pengen untuk mengurangi waktu screen time orang-orang. Dalam satu hari kita kurangi scrolling HP. Agar yang dilihat itu yang ada di dekat kita. Bukan yang dilihat seperti di Los Angeles seperti yang dilihat di HP,” pungkas Bondan yang juga penghobi motor tua ini. (ian/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img