.
Friday, November 22, 2024

Meramu Rasa Bahasa dalam Puisi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Dan untuk kita saudara-saudara.

Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.

Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!

Dan kita yakin saudara-saudara.

Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,

Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.

Percayalah saudara-saudara.

Tuhan akan melindungi kita sekalian.

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Merdeka!!!

Malang Posco Media – Kutipan pidato Bung Tomo di atas merupakan penyemangat arek-arek Suroboyo untuk melawan pasukan Inggris kala itu 10 November 1945. Siapapun yang membaca atau mendengar pidato tersebut pasti akan tersulut dan berkobar semangatnya dengan gagah berani untuk mempertahankan Indonesia. Kutipan tersebut telah membuktikan bahwa rangkaian kata dan bahasa mempunyai rasa yang bisa memengaruhi pembaca atau pendengarnya.

              Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1997). Bahasa juga dapat dimaknai sebagai sarana untuk menyampaikan atau mengungkapkan perasaan pikiran, ide, aspirasi, gagasan, pendapat, inspirasi, kreasi seni, religi dan teknologi kepada orang lain. Salah satunya dapat disampaikan lewat bahasa.

              Salah satu rangkaian bahasa yang mudah dalam menyampaikan perasaan seseorang adalah puisi. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang cukup digemari oleh semua kalangan. Bahasanya yang indah dan penuh makna menjadi salah satu alasan puisi selalu menarik perhatian.

Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengadopsi Hari Puisi Sedunia pada 21 Maret berdasarkan Konferensi Umum ke-30 pada tahun 1999 yang diadakan di Paris, Prancis. Adanya Hari Puisi Sedunia tidak sebatas sebagai dukungan pada keragaman bahasa melalui ekspresi puitis, melainkan lebih jauh untuk meningkatkan kesempatan bahasa yang terancam punah agart tetap bisa didengar.

              Secara sederhana puisi adalah bahasa rasa. Curahan rasa yang tersusun dalam rangkaian kata atas apa yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh penulisnya. Menulis puisi adalah mengolah rasa. Dengan kata lain, puisi sebagai bahasa rasa harus punya rasa bahasa.

Rasa adalah alat untuk merasakan, sementara bahasa rasa adalah hasil dari merasa atau refleksi dari sebuah rasa. Bisa saja berbentuk kata-kata, ide-ide segar, pemikiran dan aksi, sedangkan rasa bahasa adalah bentuk dari ide, kata-kata, pemikiran dan aksi di dalamnya berisi kelembutan, kesejukan, kesegaran dan kedamaian (Muserang, 2014).

              Rasa yang menuntun bahasa rasa dan rasa bahasa juga harus dieksplorasi lebih jauh dan mendalam, sebab tiga unsur (rasa, bahasa rasa dan rasa bahasa) merupakan paduan yang tidak boleh diabaikan oleh penyair manapun. Akan tetapi rasa, bahasa rasa dan rasa bahasa akan kurang lengkap jika tidak dibarengi oleh tujuan dari penulisan puisi tersebut.

              Puisi itu yang terpenting rasa. Walaupun dengan bahasa dan sistematika baik, tetapi tidak ada rasa maka maksud puisi juga tidak bisa tersampaikan. Ada beberapa trik agar menulis puisi bisa lebih terasa bahasanya.

Pertama, jangan berpikir terlalu lama. Tulis kata yang sedang ada di benak saat itu juga dan hubungkan dengan topik yang akan diangkat. Semakin cepat kita menuangkan tema yang terbersit dalam pikiran dalam puisi, makin baik kita menautkan dengan rasa bahasanya.

Kedua, jangan pikirkan terlebih dahulu tentang pembaca. Tulis saja. Jangan memikirkan orang lain. Orang lain tidak ada hubungannya dengan puisi yang sedang dibuat. Mereka hanya akan membaca dan memberi pujian atau celaan.

Ketiga, buatlah puisi yang mempunyai your own style (gaya sendiri). Kekhasan penyair dalam menulis puisi juga mencerminkan jati diri. Objek yang sama saat mencari inspirasi membuat puisi, bisa jadi puisi yang dihasilkan akan sangat berbeda jika dibuat dengan kekhasan sendiri.

Keempat, gunakan majas (gaya bahasa) dalam menulis puisi. Majaslah yang punya peran penting untuk menciptakan rasa. Penganalogian manusia dalam bentuk benda, perumpamaan perasaan, atau pengungkapan sindiran yang cerdik memberi kesan bagi pembaca. Keindahan merangkai kata akan membuai rasa bahasa puisi masuk ke ruang-ruang imaji dan memainkan perasaan pembacanya.

Kelima, koreksi semua tulisan puisi yang sudah dibuat. Pada proses ini, bisa dengan membaca ulang dengan cermat setiap bait puisi yang telah ditulis. Jika mendapatkan kesalahan-kesalahan dalam penulisan puisi segeralah diperbaiki.

Keenam, terus berlatih. Untuk memiliki keterampilan dalam menulis puisi kamu perlu terbiasa. “Bisa karena terbiasa.” Dengan membiasakan diri untuk sering menulis puisi, seiring berjalannya waktu, banyaknya karya, dan koreksi-koreksimu, maka kamu akan menjadi penulis puisi yang dapat memahami kekurangan puisi. Dengan memahami kekurangan tersebut kamu dapat membuat karya sastra puisi yang diinginkan.

Di saat sedang merasa resah tetapi tidak tahu cara meluapkannya, menulis puisi bisa menjadi opsi untuk menampung rasa keresahan itu. Dalam bahasa puisi, tidak ada yang mengikat. yang terpenting adalah hubungan-hubungan kata dan kalimat yang menghasilkan rasa bahasa, menghasilkan penghayatan hubungan antar manusia dan pengetahuan, bukan sibuk untuk berdebat cara menuliskan awalan di- yang dipisah dan bikin kangen atau di- yang digandeng.

Oleh karena itu, pandai-pandailah memilih kata agar tak membuat kata kehilangan rasa dan makna sebenarnya. Menulis puisi akan melatih agar cerdas memilih kata yang apik, mampu mengungkapkan isi hati dengan cara yang baik dan mengasah kemampuan menulis. Bahasa itu sendiri sebagai jembatan memahami dan mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan yang terbentang luas di alam semesta.

Puisi bukan hanya rangkaian kata, tapi cerminan rasa yang nyata. (*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img