Merdeka sejatinya adalah terbebas dari segala bentuk penindasan. Sang penindas itu tak selalu berupa negara atau orang yang lebih kuat ke yang lemah. Bisa jadi penjajahan itu kini muncul dalam wujud yang berbeda. Seperti saat ini, kehadiran media sosial (medsos) telah menjajah banyak penggunanya. Para pengguna medsos banyak yang tak bisa lepas dan kecanduan pada medsos. Hidup mereka menjadi tak merdeka gegara medsos.
Tak jarang kehidupan kita menjadi semakin ribet semenjak ada medsos. Tak sedikit orang yang mau makan saja harus memfoto dulu makanannya dan diunggahnya di medsos. Apapun dilakukan orang agar menjadi konten di medsos. Bahkan, tak jarang yang menempuh segala cara, termasuk cara-cara yang ekstrem demi mendapatkan konten menarik yang bisa viral di medsos. Akhirnya, tak sedikit orang yang hidupnya justru diatur oleh medsos.
Medsos membuat penggunanya tak bebas justru di saat medsos memfasilitasi kebebasan. Justru medsos sebagai media yang sangat terbuka dan bebas menjadikan banyak orang menggunakannya dengan batasan kebebasan yang kelewat batas.
Di medsos informasi melaju tak terbendung. Volumenya berlebih, hingga menjadi banjir informasi (information overload). Situasi inilah yang menjadikan orang terjajah oleh beragam informasi yang menerpa dirinya itu sesungguhnya mereka tidak butuhkan.
Media Asosial
Medsos adalah media sosial, yang awalnya bisa menjadi sarana untuk menyambungkan pertemanan dan hubungan sosial. Namun pada perkembangannya, makna kata sosial yang membersamai kata media justru terjadi pergeseran. Justru karena faktor kebebasannya, sosial yang dimaksud justru bisa bermakna tidak sosial (asosial). Artinya medsos justru tak menjadikan sarana sosial tetapi justru dapat merusak hubungan sosial.
Medsos yang idealnya hadir sebagai sarana memperbaiki hubungan sosial justru menjadi asosial. Medsos justru menjadi sarana perpecahan sosial. Fitnah dan adu domba muncul di medsos dan tak jarang menimbulkan konflik sosial.
Ujaran kebencian antara kelompok satu dengan yang lain tumbuh subur difasilitasi medsos. Kata sosial di belakang kata media tak lagi menyatu menjadi sebuah arti yang sebangun. Banyak fakta justru menguatkan pernyataan bahwa medsos justru menjadi media asosial.
Kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial, manusia yang tak mampu hidup sendiri. Saling membutuhkan satu dengan yang lain itulah yang menjadi sifat hakiki manusia. Sejak kehadiran medsos, keberadaan manusia sebagai mahkluk sosial lebih eksis. Interaksi antar sesama manusia bisa lebih leluasa, meluas, dan tidak lagi dibatasi oleh jarak, waktu, perbedaan suku, etnis, bahasa, batasan wilayah geografis, dan beragam pembeda lain.
Banyak kasus terjadi melalui medsos. Penipuan, provokasi, adu domba, fitnah, dan berita bohong terus saja menggelinding membesar lewat medsos. Dampak buruk medsos merasuk menyatu dengan sisi baiknya. Ada yang berhasil memilah sisi baik dan membuang buruknya, namun tak jarang orang hanyut dalam arus negatif medsos. Medsos terus memfasilitasi beragam bentuk perbuatan melawan hukum.
Hubungan sosial di antara orang yang berinteraksi melalui medsos tak lagi berjalan dalam prinsip-prinsip relasi sosial yang saling menguntungkan. Interaksi sosial justru dibangun dengan prasangka, saling curiga, hingga memecah belah. Hubungan sosial yang dimediasi oleh medsos justru menjadikan relasi yang jauh dari sosial (asosial). Relasi sosial yang dibangun medsos justru tidak mendukung terjadinya ikatan sosial yang kuat, namun justru sebaliknya.
Degradasi hubungan sosial tumbuh subur lewat media yang idealnya menjadi kohesi sosial. Medsos telah menjadi sarana penyebaran berita hohong hingga timbul kegaduhan dan bikin runyam suasana. Sebenarnya medsos hanyalah sebuah alat. Penggunaannya sangat tergantung pada siapa yang memakai media ini (people behind the media). Untuk itu pengguna harus memahami media (media literate).
Logika Medsos
Informasi yang menyesatkan dengan cepat menyebar (viral) karena tingkat aksesibilitas orang pada medsos tergolong tinggi. Menurut data We Are Social 2021, hampir seratus persen (96 persen) pemilik smartphone di Indonesia menjadi pengguna medsos. Ini artinya, banyak pemilik medsos di mana pun, kapan pun, dan dalam situasi apa pun yang bisa menyampaikan pesan-pesannya melalui platform medsos miliknya dan akun medsos orang lain yang diikutinya.
Data We Are Social menyebutkan bahwa sebanyak 99,8 persen pemilik akun medsos di Indonesia sebagai pengguna aktif. Pengguna medsos Indonesia setiap hari bisa menghabiskan 3 jam 14 menit untuk berinteraksi di jagat medsos. Durasi itu di atas rata-rata dunia yang hanya 2 jam 25 menit. Data lain menyebutkan, di Indonesia, 60 persen pengguna internet menggunakan medsos untuk membantu bidang pekerjaannya.
Medsos memang telah menjadi media penghubung yang berhasil menghilangkan beragam batasan (border). Sebagai sebuah platform media, medsos tentu punya logika sendiri agar media ini dapat tetap eksis dan menguntungkan bagi para pemiliknya. Logika medsos yang salah satunya adalah menjadikan para penggunanya sebagai aset dan mesin uang mereka. Segala bentuk konten yang diunggah dan diunduh orang di medsos adalah aset berharga bagi para pemilik medsos.
Pemahaman tentang logika medsos ini perlu dimiliki oleh para pengguna medsos agar tak terus menerus menjadi jajahan medsos. Dalam perjalanan hubungan antar manusia dan medsos telah menyebarkan pengaruh yang luar biasa. Kalau konten yang positif tentu tak perlu dirisaukan, namun bagaimana dengan munculnya kebohongan, ujaran kebencian, fitnah, tipu-tipu, upaya pecah belah, dan disintegrasi bangsa.
Semua ini tentu tak bisa dibenarkan. Kalau ini yang terjadi, maka medsos benar-benar harus dilawan, bukan berdamai dan menjadikannya kawan.
Indonesia memang sudah merdeka dari penjajahan dari negara Jepang dan Belanda, namun penjajahan dalam bentuk baru sesungguhnya masih terjadi. Termasuk penjajahan lewat beragam platform medsos. Medsos memang punya sisi baik, namun sisi buruknya justru menciptakan keterjajahan model baru. Para pengguna medsos harus mampu terbebas dari penjajahan medsos. Para pengguna medsos harus merdeka dari beragam dampak buruk medsos. (*)