Kirab Budaya Cemorokandang
MALANG POSCO MEDIA – Setelah beberapa waktu karnaval selalu identik dengan sound horeg, kini ada yang menarik di Kelurahan Cemorokandang Kota Malang. Bertajuk Kirab Seni dan Budaya dari 11 RW di Kelurahan Cemorokandang, warga menampilkan kesenian tradisional hingga atraksi, Minggu (20/7) kemarin.
Dimulai sejak pukul 11.00 sebanyak 16 kontingen dari seluruh RW, bergantian kirab dan pentas di depan panggung utama di dekat Kantor Kelurahan Cemorokandang. Lurah Cemorokandang Mokhamad Dulajis mengatakan ini sebagai cara warga dalam menguri-uri budaya.
“Jadi peserta ini mayoritas dari kalangan muda, banyak juga penampilam seni tradisional seperti bantegan, tarian tradisional seperti ganongan dan banyak lagi. Ini wadah bagi masyarakat untuk mengingat kembali sejarah, apalagi Cemorokandang juga dikenal sebagai tempat singgah Ken Arok pada masa lampau,” ungkapnya di sela pelaksanaan kegiatan.
Kirab yang menjadi rangkaian Grebeg Suro di tahun 2025 ini dipastikan menggunakan standar sound system yang tidak tergolong horeg.
“Agenda ini sudah kami sosialisasikan kepada masyarakat agar tidak menggunakan sound horeg,” jelasnya.
Ia menjelaskan, rute kirab budaya kali ini melintasi jalur utama di wilayah Kelurahan Cemorokandang. Hal ini sukses menarik animo masyarakat, yang datang berbondong-bondong untuk melihat pertunjukan yang digagas oleh warga sendiri.
“Semuanya ini dari warga kami (Cemorokandang) tidak ada peserta dari luar, total sekitar 300 orang. Kalau berdasarkan data sementara kami, setidaknya agenda ini berhasil menarik pengunjung hingga 2.000 orang, belum keterlibatan UMKM dari warga maupun luar wilayah kami,” sebutnya.
Agenda ini semakin meriah dengan hadirnya Ketua DPRD Kota Malang Amithya Ratnanggani Sirraduhita, Ketua Fraksi Golkar DPRD Kota Malang Suryadi, Kadisporapar Baihaqi, hingga jajaran Forkopimcam Kecamatan Kedungkandang. Selain itu, di wilayah Cemorokandang juga banyak melahirkan sanggar-sanggar budaya, yang turut menghasilkan seniman bertalenta.
Sementara itu, Wali Kota Malang Wahyu Hidayat mengapresiasi gerak cepat warga Kelurahan Cemorokandang untuk melakukan sosialisasi tidak ada sound horeg. Selain itu, ia juga menyoroti agar karnaval tidak diisi dengan penggunaan busana yang vulgar dan tidak senonoh.
“Agenda ini rangkaian Grebeg Suro dan ini rutin dilakukan Cemorokandang dan mereka sudah melaksnakan dan sudah berjanji sebelumnya. Saya juga mengingatkan dengan laranngan-larangannya,” tegasnya.
Ia menyampaikan kepada seluruh masyarakat, adanya kegiatan ini bisa dinikmati sebaik mungkin. Agenda ini bentuk rasa syukur masyarakat selama ini seperti kesejahteraan, perlindugan dan kesehatan. Sehingga, jangan sampai dinodai dengan penggunaan sound horeg yang justru mengganggu kenyamanan dan ketenteraman warga. “Kalau aturannya sudah masuk ke dalam ketentraman dan ketertiban, tetapi nanti katanya provinsi juga akan mengeluarkan terkait surat edaran (SE) sound horeg. Selama tidak mengganggu, kalau sudah mengganggu maka kami tegas melarang, termasuk juga joget-joget yang pakaiannya tidak senonoh, itu juga tidak boleh,” tandasnya. (rex/van)