.
Thursday, November 21, 2024

Mewarisi Bisnis Keluarga, Optimis Jajaki Bioskop Stand Alone

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Bagi Rulya Febrina, bioskop sudah seperti saudara sendiri. Itu menggambarkan bagaimana dekatnya ia dan keluarga dengan bioskop. Lahir dan tumbuh besar di lingkungan keluarga sebagai pengelola bioskop, menjadi salah satu motivasinya untuk bisa mewarisi apa yang selama ini telah dikerjakan oleh keluarganya.

“Awalnya tidak fokus di bisnis bioskop. Banyak pekerjaan dan usaha yang saya lalui. Sebelumnya kerja di bank, cukup lama sekitar hampir 8 tahunan. Waktu itu setelah lulus kuliah langsung kirim lamaran ke beberapa bank, dan ternyata diterima,” ujarnya.

Ia adalah alumni dari STIE Malangkucecwara atau dulu dikenal dengan ABM di jurusan Manajemen Marketing. Saat bekerja di bank itu juga, ia menemukan seorang pria yang kini resmi menjadi suaminya.

MOTIVASI: Lahir dan tumbuh besar di lingkungan keluarga sebagai pengelola bioskop, menjadi motivasi Rulya untuk bisa mewarisi apa yang selama ini telah dikerjakan oleh keluarganya.

“Setelah dari bank itu belum kepikiran untuk meneruskan usaha yang telah keluarga bangun. Sempat bekerja membuka usaha stand minuman di Malang Plasa dan Sarinah. Sempat juga membuka usaha gelato,” imbuhnya.

Lahir di keluarga yang menjadi pengelola bioskop, ia pun ditawari oleh salah satu family untuk mengelola bioskop di Mal Dinoyo. Dari sana sebagai langkah awal baginya untuk menunjukan kepada orang lain bahwa ia mampu bekerja di berbagai bidang.

“Itu menjadi titik awal bagi saya dan suami untuk menunjukan bahwa kami tidak hanya bisa kerja di bank, tapi juga bisa bekerja di berbagai tempat. Salah satunya, mengelola bioskop Movimax yang ada di Mal Dinoyo ini,” terangnya.

Berjalan selama enam tahun, ia bersama suami juga turut menabung hingga pada 2019, tepat di titik awal bioskop keluarganya berdiri, yakni Lumajang, Rulya bersama suami berhasil mendirikan bioskop Mopic Cinemas pertama.

“Itu Mopic pertama kali berdiri di Lumajang. Baru buka enam bulan, langsung tutup karena ada pandemi. Itu menjadi titik terendah. Tantangan lagi buat kami. Mencoba mencari jalan keluar dan akhirnya beralih ke pedagang lagi, jualan sepeda,” paparnya

Dari hasil berjualan sepeda itu ia masih tetap bisa menggaji para karyawan bioskop. Bahkan pasca pandemi, sempat bekerja sama dengan Cineas Malang untuk menayangkan film-film karya dari warga Malang untuk mengisi kekosongan dari penayangan film.

“Awal mula naiknya saat promo cast film, salah satunya seperti KKN Desa Penari. Dari sana mulai bangkit lagi. Seluruh bioskop istilahnya diberi rezeki dan mulai bangkit. Titik yang tak diduga-duga, puji Tuhan tahun 2023, kami bisa mendirikan Mopic di Malang Cinemas, tepatnya di Jalan Soekarno-Hatta. Ini adalah titik yang memang dari lama sudah diinginkan suami,” katanya.

Bermodal doa restu dari orang tua, ia berhasil untuk membuka titik kedua. Rezeki datang dari yang tak terduga, itulah yang dirasakan olehnya. Sebagai bioskop stand alone, ia optimis untuk bisa lebih banyak menarik perhatian masyarakat. Meskipun sempat membutuhkan usaha lebih saat awal berdirinya, namun sekarang peminatnya sudah tumbuh semakin tinggi.

“Motivasi sampai saat ini pasti. Yakni banyak titik Mopic dan memiliki ciri khas independen yang bisa dikenal di seluruh Indonesia. Sebagai generasi penerus, saya berharap tidak hanya putus di saya. Namun bisa terus diwariskan ke anak cucu ke depannya,” tandasnya. (adm/nda)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img