MALANG POSCO MEDIA, MALANG – MI Islamiyah kembali menggelar Pekan Riset MI Islamiyah mulai Senin (9/10) hingga ditutup Selasa (17/10) kemarin. Program unggulan di Sekolah Unggulan Kebonsari Malang (SUKMA) ini, merupakan kali kedua dilaksanakan setelah pertama dilakukan pada semester lalu.
Pekan Riset MI Islamiyah yang bertajuk PROMARIS (Projek Madrasah Riset) ini ditujukan untuk seluruh kelas, mulai dari kelas 1 hingga kelas 6. Total ada sebanyak 530 siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan yang diinisiasi oleh jajaran direksi LPI Kebonsari di lingkungan Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Kebonsari ini.
Direktur 1 LPI kebonsari H. Aldino Sibghotullah Mafa mengatakan, dalam projek itu, ada sintak alur sendiri yaitu P.A.P.E.R (Presenting a significant Issue, Analysis, Planning, Actualing dan Reporting) yang diharapkan dapat mengoptimalkan sistem pembelajaran yang efektif dan berkualitas. “Dalam presenting isu, itu kita memberikan baik isu nasional maupun regional, yang merupakan keresahan. Contoh bahaya gadget bagi anak anak jika tidak kontrol membahayakan. Atau bisa juga tentang sampah atau isu lingkungan atau bisa juga budaya, dimana saat ini moral anak bangsa terdegradasi dengan masuknya budaya dari luar,” katanya.
Dengan isu-isu tersebut, siswa siswi yang tiap kelasnya dibagi menjadi 4 atau 5 kelompok ini pun kemudian akan melakukan serangkaian analisa. Mereka akan berpikir bagaimana permasalahan itu bisa terjadi. Misalnya, apakah kecenderungan anak bermain gadget dikarenakan tidak adanya kontrol orang tua atau justru karena memang gadget lebih menarik daripada kegiatan bermain anak.
Begitu juga dengan isu lain. Siswa siswi MI Islamiyah ini diajak untuk berpikir kritis untuk menganalisa isu-isu tersebut. “Setelah analisa, mereka planning atau perencanaan eksekusi. Tiap presenting ada jurnalnya, sehingga memancing anak berpikir kritis. Cara pandang itu lah kita lebih menghargai proses,” lanjut Aldino, sapaannya.
Aldino menyampaikan, setelah eksekusi itu kemudian dilakukan reporting atau laporan. Untuk laporan ini akan dilakukan pada 21 Oktober mendatang bertepatan dengan kegiatan pembagian raport. Sehingga, para orang tua pun akan menyaksikan bagaimana hasil dari Pekan Riset MI Islamiyah.
“Nanti mereka akan mempresentasikan di depan orang tua masing-masing. Lalu kita juga kasih kesempatan orang tua untuk bertanya, bagaimana proses membuatnya dan sebagainya, disitulah keseruannya. Kita selaku dari lembaga dari awal tidak fokus pada produk, yang kita bangun adalah proses berpikir risetnya,” tegas Aldino.
Menurut dia, berkat kegiatan seperti ini, cara berpikir siswa semakin terasah dan berkembang. Selain itu, siswa siswinya juga terlihat sangat antusias saat mengikutinya, sejak awal hingga akhir.
Lebih detail Nur Kholifa, S.Pd., Kepala MI Islamiyah menambahkan, projek ini dirancang agar siswa mampu mengidentifikasi masalah atau isu yang signifikan, menganalisa kondisi yang ada, merencanakan projek yang berfokus terhadap problem solving (penyelesaian masalah) dari masalah yang dihadapi. Baik berupa alat, barang, dan seterusnya. Mengeksekusi dari projek yang telah direncanakan dan melaporkan hasil projek.
“Peran guru dalam kegiatan ini sangat besar. Hal ini berkaitan dengan kompetensi dan kemampuannya dalam memantik siswa untuk berpikir kritis, kreatif, kolaboratif serta mampu berkomunikasi secara lugas. Sehingga peran aktif guru sebagai fasilitator, mentor dan motivator dalam pelayanan pembelajaran dapat dirasakan secara langsung oleh siswa,” pungkasnya. (ian/sir/imm)