Malang Posco Media – Menurut dr. Niken Lestari Poerbonegoro, seorang dokter spesialis penyakit telinga, hidung, tenggorokan, dan kepala leher dari RS Universitas Indonesia (UI), anak yang mengalami mimisan setiap malam dan mengalami kejadian yang berulang mungkin memiliki hubungan dengan alergi.
“Jadi pada anak-anak ini menjelang malam hari reaksi alergi yang ditandai dengan pembuluh darah melebar atau keluhan hidung gatal yang tanpa disadari sambil tidur menggosok hidung itu bisa memicu timbulnya mimisan,” ucap Niken dalam diskusi daring yang diikuti di Jakarta, Kamis (2/11).
Niken juga mencatat bahwa ketika seorang anak mengalami mimisan, bahkan jika itu terjadi secara tidak teratur, saat diperiksa oleh dokter, tanda-tanda sumber perdarahan mungkin akan ditemukan. Pada pasien dengan alergi, ada indikasi seperti penyempitan atau pembengkakan di rongga hidung, serta gejala seperti mata yang tampak bengkak.
Dalam penanganan anak yang mengalami mimisan karena alergi, pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Namun, jika mimisan tidak disebabkan oleh alergi atau tidak ada kelainan yang terlihat di area telinga, hidung, dan tenggorokan, maka pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk melihat apakah ada indikasi kelainan pada darah atau tidak. Ini membantu dalam memahami penyebab mimisan dan menentukan langkah pengobatan yang tepat.
Selain faktor alergi, mimisan juga sering dikaitkan dengan aktivitas fisik yang berlebihan pada anak, terutama di cuaca panas. Menurut penjelasan dr. Niken, hal ini dapat terjadi karena perubahan suhu tubuh yang mendadak ketika anak berada di lingkungan yang panas, lalu masuk ke dalam rumah yang sejuk atau dingin. Perubahan suhu ini dapat menyebabkan pembuluh darah di hidung mengalami perubahan cepat, yang pada gilirannya bisa menyebabkan mimisan pada anak.
“Secara normal memang begitu terjadi perbedaan suhu tubuh harus merespon untuk menyamakan perbedaan suhu, tapi pada beberapa anak yang memiliki kecenderungan alergi atau responnya berlebihan jadi pembuluh darahnya akan mengembang berlebihan jadi memicu mimisan,” terang Niken.
Para dokter yang tergabung dalam organisasi Perhimpunan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL) menjelaskan bahwa udara yang panas dapat menyebabkan hidung menjadi lebih berlendir dan meningkatkan risiko mimisan. Salah satu terapi yang dapat digunakan adalah memberikan semprotan larutan garam ke dalam hidung untuk menjaga kelembaban, terutama pada anak-anak yang menderita pilek alergi. Hal ini membantu mengurangi risiko terjadinya mimisan akibat hidung kering dan iritasi.
Mengonsumsi makanan atau minuman dingin setelah beraktivitas juga sering dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya mimisan. Dr. Niken menjelaskan bahwa hubungan ini, meskipun tidak langsung, bisa terjadi karena anak-anak berusia enam hingga delapan tahun memiliki adenoid di rongga mulut, yang terletak di belakang hidung dan di bawah lidah.
Adenoid bisa membesar pada masa remaja dan pada anak-anak yang memiliki riwayat alergi, yang pada gilirannya bisa memicu terjadinya mimisan.
“Kadang pembuluh itu tidak hanya lokal di hidung saja yang memicu, jadi bisa di mata, di saluran nafas jadi tidak selalu harus pemicunya lewat hidung,” jelasnya.
Niken berpesan pada orang tua yang memiliki anak yang sering mimisan berulang agar tidak panik karena perdarahan akan berhenti dalam satu menit dan pangku anak dalam kondisi duduk kemudian tekan lubang hidung yang keluar darah. Jika perlu, tambahkan suplemen vitamin D3 untuk menyeimbangkan sel-sel dalam tubuh dan probiotik seperti yogurt.
Jika kejadian berulang terus maka segera periksakan ke dokter spesialis THT agar diberikan penanganan untuk mencegah mimisan terjadi lagi.(ntr/mpm)