Sunday, October 5, 2025
spot_img

Mimpi Bisa Terwujud di Dua Benua, Naik Cruise

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media – Berada di perbatasan dua negara sudah biasa. Tapi bagaimana ceritanya kalau ada di perbatasan dua benua?? Karena sedang berada di Istanbul – Turki maka tidak boleh melewatkan kesempatan ini. Istanbul adalah satu-satunya kota di dunia yang membentang di dua benua. Berkat mengambil Bosphorus Tour Cruise kami bisa membelah dua benua, Eropa dan Asia!!!!

Visit Galata Tower Istanbul

Cuaca Istanbul dan Indonesia tidak jauh berbeda. pada bulan Juli 2025 silam temperatur pada siang hari mencapai 30 derajat celcius. Tingkat kelembapan juga sama seperti Asia pada umumnya. Berbeda dengan di Portugal, meskipun cuaca panas 30 derajat celcius tetapi kelembaban udara cenderung kering. Sehingga kalau di Istanbul atau Indonesia sudah keringat bercucuran, di Portugal belum tentu. Kulit masih terasa sangat kering. Sedangkan kalau bule Eropa berlibur ke Asia, sudah pasti komplain tubuh sangat berkeringat dan lembab.

-Advertisement- HUT
HUT

Jalan ninja supaya menikmati liburan tidak berpanas-panasan adalah mengambil paket cruise keluarga. Bosphorus Cruise Istanbul tidak sebesar seperti Royal Caribean Cruise. Total penumpang sekitar 300 – 500 orang untuk sekali perjalanan cruise. Naik cruise adalah salah satu impian keluarga kami. Alhamdulillah mimpiku ini bisa terwujud saat singgah di Istanbul – Turki. Jujur saat menentukan itinerary perjalanan, naik cruise ini tidak masuk ke agenda utama karena masih maju mundur menyesuaikan mood DoubleZ.

Kami mengambil paket cruise selama 3 jam. Biaya per orang dewasa sebesar 120 Euros (Rp. 2.330.000), untuk anak-anak membayar setengah harga (untuk Zirco), sedangkan dibawah 6 tahun gratis (Zygmund tidak membayar). Dalam harga tersebut sudah termasuk fasiltas penjemputan PP Hotel – Dermaga, makan malam di cruise berupa appetizer (makanan pembuka), main course (makanan utama), dessert (makanan penutup), buah-buahan, minuman (jus buah atau soda dan air putih free refill sepuasnya). Serta sudah disiapkan hiburan selama perjalanan full.

Makan Sebastian Cheese Cake yang terkenal

Kapal cruise terdiri dari 3 lantai, 2 indoor dan 1 outdoor. Alhamdulillah kami mendapatkan kursi di bagian indoor lantai 1. Lumayan gak kedinginan, hahaha. Cruise berlayar pada pukul 21.00 – 24.00 TRT (Turkey Time). Kami dijemput di hotel sekitar jam 20.00 TRT. Pada saat itu sebenarnya DoubleZ sudah mulai mengantuk. Perbedaan waktu Indonesia, Turki, dan Portugal membuat tubuh jetlag. Jam biologis tubuh belum bisa menyesuaikan jam asli di negara yang ditinggali.

Tiba di cruise langsung disambut ramah oleh para staff. Diantar ke meja yang sudah disiapkan, ditawari mau minum apa, dan mulai dilist memilih ikan atau daging sebagai menu utama. Serta ada fotografer yang mengabadikan momen indah ini. Papi Fariz dan DoubleZ memilih daging sedangkan saya memilih ikan. Meskipun Zygmund tidak membayar tiket namun dia mendapatkan menu komplit semua hidangan.

Mampir Mall of Istanbul

Tempat duduk kami juga sangat strategis dekat dengan panggung pertunjukkan. Sehingga bisa menikmati tarian Turki dengan jelas. Tidak hanya keluarga kami yang naik cruise ini, banyak juga penumpang berkeluarga kecil yang menikmati Bosphorus Cruise.

Saat kapal berlayar, penumpang bisa bebas berkeliling di dalam pesawat. Kami naik ke lantai 2 dan 3 yang ternyata full penumpang. Di bagian outdoor bisa ambil video momen membelah benua. Karena pada malam hari, maka kami bisa melihat bangunan-bangunan megah yang dihiasi lampu.

Zirco menikmati Cruise Bosphorus

Angin malam juga cukup kencang, untungnya DoubleZ tidak mabuk kendaraan.
Pengalaman menakjubkan naik cruise ini adalah Gong liburan di Istanbul. Sekali seumur hidup bisa merasakan bagaimana pesiar naik cruise ukuran sedang. Meskipun DoubleZ belum bisa benar menikmatinya karena habis kenyang makan, mereka tidur lagi juga di kapal. Kembali lagi ke hotel sudah pukul 01.00 TRT. Sudah pasti langsung tidur nyenyak sampai pagi.

Membelah benua di malam hari

Belum sah ke Istanbul kalau tidak mengunjungi Galata Tower dan menikmati San Sebastias Cheese Cake. Momen ini menjadi salah satu me-time karena saya pergi sendirian kesana. Papi Fariz menemani DoubleZ berenang di hotel dan mengambil tugas untuk packing sebelum terbang ke Lisbon. Naik tram menuju Galata Tower, foto-foto syantik pastinya, makan cheese cake terkenal, dan kembali ke hotel sambil membawa ayam goreng kriuk Popeyes kesukaan anak-anak untuk makan siang.

Liburan di Turki telah usai, saatnya kembali ke perantauan, rumah tercinta Cascais-Lisbon. Sekitar jam 16.00 TST kami berangkat menuju bandara. Proses check-in dan drop bagasi berjalan lancar. Petugas bandara Istandul sangat ramah. Meskipun proses check-in secara mandiri, tetapi mereka membantu kami untuk mengakumulasi berat koper. Sehingga kalau ada koper yang melebihi 30 kg masih tidak apa-apa selama ada koper lain yang kurang dari 30 kg. Total bagasi yang diperbolehkan untuk 4 orang Adalah 120 kg. Selain itu kami juga masih membawa 2 tas ransel, 1 koper kabin, dan 1 tas jinjing karena kalapnya belanja untuk oleh-oleh diri sendiri, wkwkwkwk.

Mungkin ada 25 kg total tas kami yang masuk ke cabin pesawat.
Pesawat dijadwalkan berangkat jam 21.00 TST dan landing di Lisbon 01.00 WEST (Western European Summer Time) di hari esoknya. Sebelum berangkat DoubleZ sudah makan malam di bandara membeli steak di Salt Bae. Salah satu brand restoran global. Akhirnya mimpi Papi Fariz kesampaian bisa mencicipi steak Salt Bae, tidak hanya melihat dari sosial media. Papi Fariz dan Zirco penggemar steak sejati.

Menikmati dinner di cruise

Alhamdulilah perjalanan Istanbul – Lisbon berjalan lancar. Sebelum landing kami mendapatkan sarapan dari pesawat. Karena DoubleZ masih mengantuk, beberapa makanan kami bungkus dan bawa turun dari pesawat. Landing di Lisbon pada waktu dini hari adalah Keputusan terbaik yang kami pilih. Loket immigrasi yang bisa memakan waktu minimal 2 jam pada waktu normal, ada juga yang butuh waktu 4 jam untuk proses imigrasi.

Alhamdulillah kami cukup membutuhkan waktu kurang dari 1 jam. Hanya sepertiga loket yang buka pada waktu tersebut.
Sebenarnya agak sedikit geregetan dengan kinerja petugas. Mereka menemukan penumpang yang besar kemungkinan datang ke Lisbon hanya membawa surat keterangan kerja (belum mempunyai residence permit). Petugas cukup lama mewawancarai mereka, sehingga antrian tidak bergerak. Menurut pengalaman Papi Fariz dulu saat tiba di Manila – Filipina, petugas langsung mengarahkan Papi Fariz ke ruangan tertentu untuk mengecek kelegalan berkas. Sehingga tidak merugikan antrian dan membuang-buang waktu.

Atau mungkin Portugal bisa meniru Negeri Sakura dimana Jepang menyediakan antrian tersendiri bagi non warga negara Jepang tetapi memiliki kartu residence Jepang. Sehingga antrian yang membutuhkan pengecekan berkas-berkas ini tidak begitu menghambat antrian pendatang yang sudah memiliki residence card.
Masya Allah perjalanan panjang mudik besar setelah merantau 4 tahun ini membawa energi positif dan pengalaman bahagia. Setelah hampir liburan 1 bulan, saatnya kembali ke realita sebenarnya, hahaha.

Kembali berjuang untuk hidup merantau di Portugal, kembali melihat harga Euro yang mana lebih mahal dari harga Rupiah dan Lira Turki. Insya Allah akan datang lagi rezeki waktu, kesehatan, uang, ketentraman hati dan pikiran untuk bisa mudik dan liburan lagi. Amin Amin Amin.
Terimakasih sebesar-besarnya untuk kawan pembaca yang sudah setia mengikuti perjalanan mudik keluarga kecil kami. Tanpa support kalian, mungkin tulisan saya tidak bisa sampai di titik ini. Semoga kita semua bisa menikmati segala rezeki dan kebahagiaan yang Tuhan berikan. Sampai bertemu lagi keluarga tercinta, sahabat, dan kerabat tersayang di Indonesia. Kalau ada kawan pembaca yang mau berlibur ke Lisbon, jangan sungkan untuk chat di IG @okkyputri untuk sekedar say hai atau berbagi pengalaman. Habis. OPP.

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img